Kuliah Tafkir Islami – Kamis, 27 Rabiul Awal 1445 H / 12 Oktober 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Kurikulum Materi Kuliah Tafkir Islami
- Pengantar
- Kaidah-Kaidah Umum
- Kaidah-Kaidah yang Bersumber dari Fiqih
- Kaidah-Kaidah yang Bersumber dari Tsaqafah Islamiyah
4.1. Empat Hakikat Besar
4.2. Hukum-hukum di Alam Semesta
4.3. Konsep-konsep di dalam Islam
4.3.1. Konsep Islam dan Dakwah
4.3.2. Konsep Kepemimpinan (Ri’ayah)
4.3.3. Konsep Harta
4.3.4. Konsep Ilmu
4.3.5. Konsep Kekuasaan
4.3.6. Konsep Popularitas (materi saat ini)
MEMAHAMI KONSEP POPULARITAS
Gambaran terhadap suatu hal akan membantu kita dalam melihat dan menyikapi hal tersebut. Memahami konsep-konsep di dalam Islam ini akan membantu kita dalam memandang dan bersikap tepat terhadap konsep terkait. Konsep popularitas ini mirip dengan konsep harta dan kekuasaan. Di satu sisi, popularitas merupakan karunia. Namun di sisi lain, popularitas juga merupakan fitnah. Kesukaan terhadap popularitas itu secara langsung akan menggerus keikhlasan. Tidak sedikit dari para ulama yang menghindari popularitas karena khawatir akan menggerus keikhlasannya.
Namun demikian, harus diakui bahwa tidak sedikit dari orang-orang shaleh ini memiliki tingkat popularitas yang tinggi. Siapakah yang tidak mengenal Abu Bakar as-Shiddiq? Siapa yang tidak mengenal Anas bin Malik? Siapa yang tidak mengenal Abu Hurairah, dan seterusnya sampai generasi ke bawahnya. Mereka adalah orang-orang yang sangat dikenal walaupun sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menghindari popularitas. Ini seperti kisah Umar bin Abdul Aziz yang menghindar untuk ditunjuk sebagai raja namun pada akhirnya ia mengambil peran ini.
# Dalil terkait
Ada ayat yang mendasari konsep popularitas sekalipun tidak menyebutkan secara langsung:
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ﴿ ٤﴾
warafa’naa laka dzikraka
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu [QS Al-Insyirah (94):4] (2)
Rasulullah memiliki sebutan yang sangat mulia. Ini yang disebut dengan memiliki tingkat penerimaan yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain, populer.
الصَّمَدِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي جِبْرِيلُ فِي السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَيُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ
Abu Hurairah radliyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala jika mencintai seseorang, Dia memanggil Jibril ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia.’ Sehingga Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil seluruh penghuni langit seraya berseru, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia.’ Maka penghuni langit pun mencintainya, sehingga orang tersebut diterima oleh penduduk bumi.” (HR Al-Bukhari) (2)
Ketika Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memanggil seluruh penghuni ahli langit untuk mencintainya. Fadhilah dari mahabah Allah kepada hamba-Nya adalah bahwa Allah akan membuat makhluk-makhluk-Nya yang lain untuk mencintai hamba-Nya ini. Ini adalah karunia popularitas.
# Konsep-Konsep Popularitas
- Popularitas mirip dengan karunia Allah yang lain yang bersifat duniawi seperti harta dan kekuasaan.
- Popularitas bisa menjadi fitnah yang melalaikan manusia dari keikhlasan.
- Adanya dorongan yang lebih baik dari populer di dunia ke populer di antara penduduk langit.
- Sikap kita terhadap popularitas harus penuh kehati-hatian.
- 4.1. Harus selalu menjaga keikhlasan hati.
- 4.2. Harus bisa menjaga diri dari fitnah popularitas.
- 4.3. Pada batas tertentu, popularitas bisa menjadi alat evaluasi atau sebuah amal.
Popularitas perlu dipahami dengan sangat baik agar terhindar dari fitnahnya.
# Jebakan atau fitnah popularitas:
- Ketika sejak awal seseorang memiliki motif mengejar popularitas dalam bertindak
- Ketika seseorang menikmati popularitas yang muncul saat berada di tengah-tengah amal sehingga keikhlasan hati berhenti disana
Islam mengarahkan aksetabilitas itu ke penduduk langit, yakni populer di antara makhluk-makhluk Allah yang berada di sisi-Nya. Hal ini merupakan salah satu kanal agar tidak terjebak ke dalam riya.
# Sikap kehati-hatian terhadap popularitas
4.1. Harus selalu menjaga keikhlasan hati.
Hal ini merupakan tugas yang sangat besar. Kalau kita tidak bisa sampai menata hati ketika beramal yakni riya, maka bukan hanya saja tidak mendapat pahala dari amalnya, kita bisa jadi dimurkai oleh Allah karena sifat ini.
4.2. Harus bisa menjaga diri dari fitnah popularitas.
Kalau Allah beri kita popularitas bahkan sampai aksetabilitas, janganlah kita sampai tertarik disana karena bisa jadi kita tergerus kesana dan menjadi motif perbuatan.
4.3. Pada batas tertentu, popularitas bisa menjadi alat evaluasi atau sebuah amal.
Popularitas bisa dijadikan alat ukur terhadap kinerja dan bukan sebagai motif. Misal ketika mengevaluasi dalam perjalanan dakwah, kita bisa menggunakan popularitas untuk mengukur apakah dakwah ini sudah diterima lebih banyak oleh masyarakat atau tidak. Berdakwah itu harus ikhlas namun berdakwah itu harus diterima. Kalau dakwah itu tidak diterima, maka manfaatnya bisa jadi berkurang.
# Yang perlu dilakukan bagi orang yang diberi karunia popularitas:
- Perlu banyak istighfar agar terhindar dari riya, ujub dan sombong
- Harus bisa memantau hatinya apakah bergeser atau tidak. Kalau ternyata bergeser, ia harus menghindari
- Menggunakannya sebagai alat untuk melipatgandakan kebaikan
# Yang perlu dilakukan bagi orang yang tidak diberi karunia popularitas:
- Bersyukur kepada Allah karena tidak diberi beban yang membahayakan
- Terus memperbaiki diri dan mengevaluasi diri
TANYA JAWAB
1. Fenomena yang terjadi saat ini banyak orang memanfaatkan YouTube sebagai ladang untuk mencari nafkah dengan membuat kontenkreatif. Bagaimana hukumnya rezeki yang didapat dari kegiatan ini?
Ketika seseorang membuat konten yang targetnya adalah jumlah viewer, maka ia perlu mendasarkan motif perbuatannya dalam mengejar jumlah viewer sebagai target yang bersifat kinerja dan bukan sebagai tujuan utama agar populer sehingga bisa riya dan yang sejenis. Perlu ada panduan agar motifnya itu betul dan agar terhindar dari jebakan popularitas, seperti:
- Tujuan membuat konten adalah bukan untuk mengejar popularitas namun untuk mencari nafkah
- Seseorang boleh saja memilih menjadi YouTuber selama proses menjalankannya benar
2. Ujian bagi umat akhir zaman seperti kita saat ini adalah dorongan kuat untuk tampil atau mengejar popularitas melalui maraknya media sosial. Dalam bentuk yang berbeda, apakah Ustadz bisa memberi contoh mengenai ujian bagi umat-umat di zaman sebelum kita terkait fitnah popularitas?
Sesungguhnya fitnah sepanjang zaman itu mirip sekalipun medianya berbeda-beda. Di zaman dulu memang tidak ada media sosial, namun ada obrolan-obrolan di warung kopi, di masjid ataupun di tempat lain yang juga bisa menjadi pemicu dari ujian-ujian popularitas.
3. Ketika memandang bahwa dakwah itu harus tetap berjalan, apakah popularitas itu memang harus dikejar atau hanya sebagai alternatif alat yang bisa digunakan selain alat lain seperti harta dan kekuasaan?
Bahasa yang lebih tepat adalah bahwa popularitas hanya sebagai ukuran kinerja. Kalaupun kita mengejar, maka ini lebih mirip seperti mengejar kepuasan pelanggan. Popularitas perlu dicapai dalam kerangka ihsan dan bukan dalam kerangka niat atau motif. Di konteks syiar, follower menjadi salah satu ukuran keberhasilan.
wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)
Kutipan:
(1) https://www.mushaf.id/surat/al-insyirah/
(2) https://islamdigest.republika.co.id/berita/r7p9bh366/jika-allah-mencintai-seseorang-ia-akan-memanggil-malaikat-jibril
No Comments
Leave a comment Cancel