1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH52. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-60 & ke-61 (Tamak dan Angan-Angan)

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 25 Rabiul Awal 1445 H / 10 Oktober 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# HIKMAH KE-60: DAHAN KEHINAAN TUMBUH DARI BENIH KETAMAKAN
  1. ما بَسَقَتْ أَغْصانُ ذُلٍّ إلّا عَلى بِذْرِ طَمَعٍ.
    Tidak tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan.

Keteduhan itu diumpamakan seperti pohon. Daun yang merindang digunakan sebagai ilustrasi. Namun, tidaklah terjuntai atau memanjang dahan-dahan kehinaan kecuali hal ini tumbuh dari benih ketamakan. Ini adalah istilah yang digunakan oleh orang-orang Arab.

Janganlah kita menanamkan benih ketamakan di dalam hati karena akan keluar cabang kehinaan. Tamak adalah asal muasal atau sumber dari kecelakaan dan kebinasaan. Mereka yang memiliki sifat tamak itu akan terus bergantung kepada orang lain sampai-sampai keyakinannya (kepada Allah) itu bisa pudar. Padahal sesungguhnya orang mukmin itu harus menanamkan keyakinan kepada kemuliaan imannya yang kokoh.

Seorang mukmin akan terus mengulang-ulang firman Allah bahwa kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul dan bagi orang-orang mukmin. Hal ini tidak akan terjadi kecuali ketika ia bisa bergantung kepada Allah dan memutus harapan dan keinginannya kepada selain Allah. Bagi siapa yang menginginkan sesuatu kepada selain Allah, maka akan hina dirinya.

Tamak itu identik dengan menginginkan dunia. Arti tamak adalah ingin, yakni menginginkan dunia dan hal-hal yang ada di tangan orang lain. Ibnu Athailah mengatakan bahwa dahan-dahan kehinaan itu tumbuh dari benih tamak. Ketika seseorang menginginkan hal-hal yang dimiliki orang lain, maka kehinaanlah yang akan muncul.

Lalu, bagaimana dengan mukmin? Mukmin itu hanya menginginkan hal-hal yang dimiliki oleh Allah. Ketika seorang mukmin menginginkan sesuatu, maka ia akan meminta langsung kepada Allah.

Hubungan seorang mukmin dengan orang lain adalah sebatas hubungan muamalah. Seorang mukmin itu boleh saja berada dalam keadaan yang tidak mampu, namun ia tidak boleh menginginkan miliknya orang lain. Hal ini bertujuan supaya seorang mukmin itu terjaga kehormatannya. Ia mencukupkan apa yang ia punyai dan ia dapati.

Agama ini mengajarkan kepada kita mengenai hal yang luar biasa. Begitu benih ketamakan ini muncul, maka kita akan hina. Orang tua dulu mengajarkan anak-anaknya agar tidak tamak. Ketika sedangn makan, kita diajarkan hanya untuk makan yang ada di atas piringnya dan tidak melihat piring orang lain.

Ketamakan yang dimaksud dalam hal ini adalah semua hal yang terkait dalam kehidupan. Contoh, kendali dan posisi yang dimiliki oleh seorang atasan yang membuat seorang karyawan itu menginginkannya. Dalam kondisi ini, ada orang-orang yang sampai menjilat atasannya untuk mendapatkan perhatian dan bantuannya.

Begitu seseorang tamak, maka ia akan langsung terkena masalah dan menjadi lebih binasa. Orang ini akan bergantung kepada orang lain dan bukannya kepada Allah sehingga keyakinan kepada Allah akan terus tergerus. Seakan-akan yang memberikan kebaikan untuknya adalah orang lain, bukan Allah. Padahal, seorang mukmin diperintahkan hanya untuk bergantung kepada Allah, Yang Maha memiliki kekuasaan, Yang memberikan kekuasaan kepada yang Ia kehendaki dan Yang mencabut kekuasaan dari yang Ia kehendaki.

Hanya kepada Allah kita bersandar dan hanya kepada Allah kita berharap. Kita tidak menginginkan milik orang lain. Ketika kita melihat seseorang kaya raya, maka kita mengetahui bahwa kekayaannya itu diberikan oleh Allah. Ketika kita melihat seseorang memiliki posisi yang tinggi, maka kita mengetahui bahwa posisinya itu diberikan Allah. Dengan demikian, kita hanya berharap kepada Allah.

Pesan dari hikmah:

  1. Agar tidak terbesit di hati mengenai keinginan, harapan dan ketergantungan kepada selain Allah. Jika tetap demikian, lama-lama cahaya keyakinan itu bisa meredup dan sampai bisa sirna. Hal yang paling sederhana yang bisa diajarkan adalah jangan menginginkan milik orang lain.
  2. Begitu seseorang bergantung kepada selain Allah, maka kehinaanlah yang akan mendatanginya.

# HIKMAH KE-61: HATI-HATI TERHADAP ANGAN-ANGAN
  1. ما قادَكَ شَيْءٌ مِثْلُ الوَهْمِ.
    Tidak ada sesuatu yang menyeretmu seperti angan-angan

Tidaklah sesuatu yang menggiringmu itu semisal al-wahm yakni perkara yang tidak jelas. Tidak jelas bermakna tidak benar dan tidak benar adalah hal yang batil.

Ketamakan itu membenarkan sebuah anggapan bohong bahwa orang lain itu bisa menetapkan sesuatu. Berharap kepada makhluk itu adalah harapan yang tidak pantas diharapkan. Seseorang yang sudah memahami hakikat, maka ia akan terputus dari harapan kepada makhluk. Ia akan zuhud dan wara. Zuhud itu menginginkan akhirat, wara itu menjaga kehormatan. Orang yang seperti ini akan diberikan sifat qanaah oleh Allah, yakni merasa cukup terhadap apa yang dimilikinya.

Ketika seseorang hanya bergantung kepada Allah, maka Allah akan berikan ketenangan di dalam kehidupannya. Namun, nafsu itu lebih suka digiring kepada yang tidak jelas. Ketika seseorang disuruh bergantung kepada Allah dan dirasa berat, maka nafsu itu akan lebih suka digiring kepada hal selain Allah yang tidak jelas itu.

PENUTUP
Kita perlu bergantung hanya kepada Allah. Namun, hawa nafsu itu akan sangat suka apabila diarahkan kepada manusia dan bukan kepada Allah. Maka dari itu, hawa nafsu itu harus dididik agar berharapnya hanya kepada Allah. Ketika seseorang hanya bergantung kepada Allah, maka hidup seseorang akan tenang dan merasa cukup.


TANYA JAWAB

1. Bagaimana jika ada orang yang sering menolak pemberian atau hadiah dari orang lain?
Menolak hadiah itu sebenarnya bukan sifat baik karena Nabi pun menerima hadiah. Namun, seseorang masih boleh menolak hadiah karena merasa ada orang lain yang lebih membutuhkan. Ketika seseorang menolak hadiah karena alasan lain misal karena kesombongan, maka ini yang tidak diperkenankan. Yang merusak kehormatan adalah meminta dan mengharap. Maka, Nabi menerima hadiah namun tidak menerima shadaqah.

2. Dalam kehidupan sehari-hari ketika kita menghadapi masalah, spontan yang terpikir adalah orang-orang yang bisa membantu persoalan kita. Bagaimana kiat-kiat kita mengubah sikap ini sehingga yang terpikir pertama kali adalah Allah?
Yang diajarkan adalah agar kita kembali kepada Allah. Setiap ada apa-apa, seharusnya kita kembali kepada Allah. Cara melatihnya:

  1. Selalu berdzikir kepada Allah
  2. Latihan berdoa setiap saat dan untuk semua halnya
  3. Selami doa-doa tawakkal, misal doa ketika ruku’

Ideologinya adalah kembali kepada Allah dan cara mengambil sebabnya adalah melalui muamalah. Misal, ketika seseorang sakit, ia akan meminta kesembuhan kepada Allah dan berusaha melalui kunjungan ke dokter.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Comments to: KAH52. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-60 & ke-61 (Tamak dan Angan-Angan)

Your email address will not be published. Required fields are marked *