1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH12. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-12

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 14 Rabiul Akhir 1444 H / 8 November 2022

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# Al-Hikam, Hikmah ke-12

مَا نَـفَعَ الْقَلْبَ مِثْلَ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مِيْدَانَ فِكْرَةٍ

*”Tidak ada sesuatu pun yang lebih membawa manfaat bagi qalb sebagaimana *uzlah, yang dengan (uzlahnya) itu masuk ke medan tafakkur.”

# Pengantar
Pintu besar bagi seseorang untuk mendesain atau menata hati untuk mendapatkan manfaat yang besar adalah tafakkur. Tafakkur itu dihasilkan oleh banyak hal dan yang paling baik menghasilkan tafakkur adalah uzlah. Menata hati –> Tafakkur –> Uzlah.

Pentingnya bagi hati untuk terus diberikan asupan gizi yang baik agar terus sehat dan terus tumbuh.
Tidaklah sesuatu memberi manfaat yang terbaik kepada hati selain uzlah. Kalau hati tidak terus mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, maka hati bisa jadi tidak berguna. Hati yang tidak berguna bisa mendatangkan keburukan, yakni hati yang keras, hati yang mati, hati yang buta dan hati yang sakit. Hati yang buta adalah hati yang tidak bisa membedakan kebenaran dan kebatilan, yakni hati yang tidak bisa melahirkan kebaikan. Jikalau badan saja kekurangan gizi yang baik, badan bisa rusak.

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Rasulullah bersabda, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Doa nabi Ibrahim: Qalb salim.

Cara memberikan hal bermanfaat bagi hati:

  1. Membersihkan hati dan menata hati (Tazkiyatun Nafs)
  2. Tafakkur, muhasabah, dzikir dan tadzakkur

Tafakkur
Dengan ber-tafakkur, maka tujuan hidup yang luar biasa akan bisa diraih. Allah tidak menciptakan semua hal sia-sia. Dengan ber-tafakkur, kita akan lebih mengenal Allah. Ketika seseorang sudah mengenali kebesaran Tuhannya, maka ia kemudian akan mensucikan Rabb-nya. Ketika kebesaran Rabb-nya sudah tampak di hati, maka setelah itu ia akan menyadari kehambaan dirinya sebagai yang dicipta yang tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin penciptanya. Ini adalah ma’rifatuz zat. Tidak ada satu pun benih-kenih kesombongan di hadapan Rabb-nya yang maha besar. Setelah hal ini diraih, maka tinggal selangkah lagi menuju ketaatan dan ketundukan yang sempurna kepada penciptanya. Ia akan ridha dan menerima dengan suka hati terhadap semua ketetapan Allah di alam semesta.

Hasil dari tafakkur:

  1. Ma’rifatullah
  2. Ma’rifatuzzat
  3. Ketundukan sepenuhnya kepada Allah

(مَنْ قَالَ : رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا ، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا ، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ)
Siapa yang berkata, “Aku ridha kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai diin, Muhammad sebagai Rasul” niscaya surga itu wajib untuknya. (Hadits Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu, riwayat Abu Daud, dishahihkan al-Albaniy rahimahullah)

Uzlah
Tafakkur yang demikian baik itu akan berpeluang berhasil jika seseorang itu Uzlah (mengasingkan diri).

Jenis Uzlah

  1. Uzlah jasadiyah wa nafsiyah; uzlah zatiyah
  2. Uzlah nafsiyah

Uzlah Jasadiyah wa Nafsiyah; uzlah zatiyah
Yakni Uzlah fisik dan rohani. Dilakukan ketika keramaian itu isinya maksiat yang tidak membawakan kepada kebaikan. Apakah hari ini boleh melakukan uzlah? Boleh, jika seseorang tidak bisa berada di tengah-tengah keramaian yang buruk.

Uzlah Nafsiyah
Yakni uzlah jiwa saja, karena tidak mungkin baginya untuk keluar dari keramaian karena adanya tugas-tugas dalam kehidupan.

Keutamaan Uzlah Nafsiyah
Para ulama berpandangan bahwa Uzlah nafsiyah lebih tepat dilakukan saat ini karena beberapa alasan:

  1. Uzlah nafsiyah lebih tepat di situasi setelah islam, yakni ketika umat muslim bercampur dengan umat lain untuk menyebarkan kebaikan dan memperbaiki keadaan.
  2. I’tikaf, yakni uzlah yang sempurna bagi muslim, karena seorang muslim tetap tidak meninggalkan keramaian. I’tikaf adalah satu momen ketika seseorang menyingkir dari semua hal di dalam masjid untuk sementara waktu.
  3. Ketika seseorang berada dalam situasi buruk dan ia justru meninggalkan keramaian untuk membersihkan dirinya, maka ia sebenarnya abai terhadap perbaikan keadaan. Namun ketika ia sama sekali tidak mampu memperbaiki keadaan, maka ini masih diperkenankan.

Kesimpulan
Tidak ada satu manfaat yang baik bagi hati kecuali uzlah. Situasi kesendirian itu baik bagi hati.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Kutipan:
Sumber https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.html

Comments to: KAH12. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-12

Your email address will not be published. Required fields are marked *