Kuliah Al-Hikam – Selasa, 28 Rabiul Akhir 1444 H / 22 November 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Al-Hikam, Hikmah ke-14
الكَونُ كلُّهُ ظُلمة ٌ واِنّمَا اَناَرَهُ ظُهُورُالحَقِّ فيه فمن رأى الكَوْنَ ولم يَشْهَدْهُ فيهِ اوعِندهُ اوقَبْله اوبَعْدهُ فقد اَعوزَهُ وجودُ الانوَرِ وحُجِبتْ عَنه شموس المعارفِ بِسُحُبِ الاثارِ
“Alam itu semuanya gelap. Dan sesungguhnya yang menyinari adalah karena hadirnya Allah Yang Maha Benar. Maka barang siapa yang melihat alam dan tidak bisa menyaksikan hadirnya Allah di alam (sebelumnya atau setelahnya), maka sungguh ia terlewatkan hadirnya cahaya-cahaya dan tertutupi darinya cahaya ma’rifat yang membawa jejak dan dampak.”
Pengantar
Hikmah yang ke-14 ini bercerita tentang prinsip-prinsip yang sangat dasar dan tinggi yakni mengenai Allah yang menyaksikan Allah dan merasakan kehadiran Allah dengan mata hatinya. Ibnu Ata’ilah menyebutkan bahwa asal alam ini semula adalah tidak ada dan gelap. Ia diterangi karena hadirnya Allah yang Maha Benar. Barang siapa yang melewati alam namun tidak bisa menyaksikan hadirnya Allah yang menerangi di sekitar itu, maka sesungguhnya ia telah terlewatkan hadirnya cahaya-cahaya Allah.
Hadirnya Allah SWT disini bukan dengan tampaknya Allah SWT di alam semesta, atau Allah SWT dapat dilihat dengan mata manusia. Namun, Allah SWT hadir karena IA menciptakan alam semesta, IA memberikan pengetahuan, dan IA mengetahui semuanya tentang alam semesta.
Dalil
Hikmah ini sebenarnya terinspirasi dari ayat Allah di dalam Al-Qur’an:
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ﴿ ١١٥﴾
[QS Al-Baqarah (2):115] Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Sebagaimana di dalam ayat ini, disebutkan bahwa dimanapun manusia menghadap, maka disana ada Allah SWT. Kemanapun manusia melangkah, manusia menghadap Allah SWT. Allah SWT bersama kalian dimanapun kalian berada.
Kalau kita tidak bisa merasakan cahaya Allah, maka sesungguhnya kita terlewatkan atas ma’rifat Allah di dalam alam semesta. Ketika alam semesta ini terang namun kita tidak bisa merasakannya, maka kita akan kehilangan banyak cahaya dari Allah.
Saking terangnya alam semesta, pikiran kita seakan-akan merasakan bahwa ini terang begitu saja dan melupakan siapa sebenarnya yang menerangi. Kalau demikian, kita akan kehilangan banyak cahaya dari Allah. Di dalam kegelapan alam semesta, kita akan kehilangan cahaya dari Allah. Kita bisa tertutupi dari ma’rifah kepada Allah yang sebenarnya terang-benderang.
Yang perlu kita upayakan adalah bahwa terangnya alam semesta ini tidak membuat kita lupa siapa yang menerangi. Terangnya alam semesta itu tidak terjadi dengan sendirinya. Semua ciptaan di alam semesta itu tidak berdiri sendiri dan ada yang menciptakan. Alam semesta yang luas ini tetaplah makhluk yang ada penciptanya. Ketika kita terbuai oleh alam semesta dan tidak langsung bisa merasakan kehadiran penciptanya, maka kita akan kehilangan sinar dari cahaya-Nya.
Ma’rifatullah
Bab 14 ini berbicara mengenai ma’rifatullah, yakni mengenal Allah. Apa saja yang terjadi di alam semesta ini seharusnya langsung membuat kita merasakan dan menyaksikan dengan mata hati atas kehadiran Allah. Tidak mungkin semua itu terjadi tanpa kuasa Allah dan izin Allah.
Kita tidak lagi fokus apa yang terjadi di alam semesta namun kita fokus kepada Allah yang menciptakan alam semesta. Alam semesta ini sebenarnya tidak memiliki kuasa apa-apa dan tidak berdaya.
Apakah ma’rifatullah ini bisa benar-benar hadir di dalam diri kita? Hati ini harus mengetahui siapa sebenarnya yang mengizinkan semua hal yang di dunia ini terjadi. Ketika melihat matahari terbit dan tenggelam, kita tidak fokus kepada mataharinya namun fokus kepada siapa yang mengizinkan ini terjadi. Demikian juga untuk laut, untuk angin, untuk orang hebat, untuk orang yang melanggar, dan sebagainya. Hati ini akan fokus kepada siapa yang mengizinkan, menggerakkan, menciptakan dan mengetahui semua ini terjadi. Dia adalah Allah. Kemana pun mata ini memandang, ia akan menyaksikan kehadiran Allah. Allah tidak butuh tempat.
Ketika melihat ada nasi di atas meja, ia mengetahui hadirnya Allah atas peristiwa yang terjadi. Ia merasakan betul kehadiran Allah karena alam semesta ini tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kehadiran Allah.
Ketika hati bisa mengenal Allah, maka akan banyak sekali cahaya yang bisa membimbingnya. Akan ada jalan kebenaran dan jalan ketaatan yang ditunjukkan. Namun ketika hati ini tidak mengenal Allah, maka akan banyak sekali cahaya yang terhalang yang semestinya ada bayangannya.
Bagi hati yang sudah cemerlang, akan terlalu tampak cahaya-cahaya Allah karena Allah mengizinkannya. Namun bagi hati yang tertutup, ia akan tidak bisa melihat hal itu dan hanya tertutup sampai alam semesta saja. Inilah kegelapan yang menyelimuti hati manusia.
Agar manusia tidak terlena dengan terang dan hebatnya alam semesta dan dapat menjadi musyrik, manusia perlu untuk mengingat:
- Bahwa seluruh yang ada di alam semesta ini tidak ada dengan sendirinya, namun ada yang menciptakan. Tidak ada yang menciptakan alam semesta kecuali Allah SWT.
- Bahwa seluruh hal yang terjadi di alam semesta ini, ada Allah yang mengizinkan dan menggerakkan. Tidak ada yang mengatur dan menggerakkan alam semesta kecuali Allah SWT.
- Bahwa karenanya manusia hanya perlu takut kepada Allah SWT, berharap, mencintai dan merindukan Allah SWT.
Musyahadah
Ibnu Ata’illah mengatakan bahwa kesaksian ini dilakukan dengan hati. Sewaktu melihat hujan turun, matanya melihat hujan turun dan mata hatinya menyaksikan keberadaan Allah. Hati bisa menyaksikan kehadiran Allah di setiap proses di alam semesta. Hati mengetahui itu semua. Bagaimana mungkin bumi yang kita huni ini bisa berputar? Bagaimana mungkin matahari terus menyinari bumi tanpa pernah berhenti?
Ketika hati tidak bisa menyaksikan itu, hati bisa terbuai dan merasa bahwa kehebatan itu adalah dari alam semesta. Maka muncullah hal-hal yang menyimpang, seperti penyembahan terhadap matahari, terhadap api, dan seterusnya.
Makna laa ilaha illallah perlu dikuatkan. Tidak ada yang bisa mengadakan hal itu semua kecuali Allah SWT.
Yang bisa dilakukan untuk mengenal Allah:
- Penguatan pemahaman atas qada dan qadar
- Berdzikir kepada Allah
- Berlatih dan menyempatkan diri untuk bertafakkur atas alam semesta
Qada dan Qadar
Manusia itu tidak punya kuasa apa pun atas apa yang terjadi. Kita bisa mengambil sebab (berusaha) di dunia ini adalah karena Allah izinkan. Ada ruang usaha yang Allah izinkan untuk diambil manusia.
Allah yang mengizinkan manusia untuk beribadah. Allah yang menjalankan manusia untuk beribadah. Kalau kita berhitung, sesungguhnya amal shaleh yang kita kerjakan itu tidak sebanding dengan apa yang Allah akan berikan nanti di akhirat nanti. Allah yang dengan luar biasa sudah memberikan banyak hal kepada kita.
Berdzikir kepada Allah
Ketika dzikir ini sering dilakukan, maka kita akan lebih mudah dalam mengenal Allah. Tidak ada hari-hari yang baik selain dengan melaluinya dengan mengingat Allah.
Hal-hal yang dapat menghalangi hati manusia untuk bisa musyahadah diantaranya adalah:
- Banyaknya kemaksiatan
- Goflah; terkesima dengan alam semesta namun melupakan penciptanya
- Sangat mencintai dunia
- Apa saja yang menyebabkan matinya hati
1. Banyaknya kemaksiatan yang dilakukan.
Maksiat ini ibarat selaput atau kotoran yang dapat menjadi titik hitam dan menghalangi untuk melihat kehadiran Allah SWT. Kalau seseorang banyak bermaksiat, ia akan banyak takut kepada orang lain dan bukan kepada Allah.
2. Goflah.
Terkesima dengan apa yang terjadi di alam semesta, namun berhenti disitu. Perlu diingat bahwa orang mukmin tidak berdecak kagum dan merasa besar dengan apa yang ada dan diterima di dunia, dan tidak merasa kerdil dengan hal duniawi yang hilang darinya.
3. Sangat mencintai dunia
Sangat mencintai dunia dan menganggap dunia sebagai akhir dari pencapaian manusia.
4. Apa saja yang menyebabkan matinya hati
Hal-hal yang menyebabkan matinya hati adalah seperti suka bersama orang fasik dan adanya kebodohan dalam memahami syari’at.
TANYA JAWAB
1. Bagaimana agar hati manusia selalu bisa menyaksikan hadirnya Allah SWT dan meyakini bahwa apa saja di alam semesta ini adalah karena Allah SWT?
Hal ini dapat terjadi dengan kuatnya cinta manusia pada Allah SWT dengan cara:
a. Menguatkan pemahaman terhadap qada dan qadar (iman terhadap qada dan qadar).
b. Memperkuat dan memperbanyak dzikir. Dzikir dapat memenuhi hati. Dengan terus menerus berdzikir, insya Allah hati manusia akan mencintai kalimat yang didzikirkan.
c. Menyediakan waktu yang cukup untuk bertafakur. Melihat, mengingat dan meyakini bahwa segala sesuatu adalah ciptaan dan atas kuasa Allah SWT.
2. Ketika sedang melakukan kegiatan (misalnya sedang masak), dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (misalnya ada lalat yang masuk di dalam masakannya). Apakah masih juga karena izin Allah SWT?
Hakikatnya semua yang terjadi adalah atas izin Allah SWT. Namun manusia juga perlu memahami ketentuan atas hal-hal yang menjadi penyebab suatu hal dapat terjadi (akibat). Dengan begitu manusia dapat lebih bisa berhati-hati dalam melakukan kegiatannya.
3. Terang tapi tidak bisa merasakan. Di kehidupan yang materialistik saat ini, banyak sekali orang yang mudah stres, rapuh, mudah mengeluh. Sehingga perlu figur yang tenang dan matang dalam berfikir. Jumlah orang tersebut terbatas, sehingga banyak yang lari pada hal-hal negatif atau ajaran agama yang tidak tepat secara syar’i. Mengajak mengikuti kajian tidak mudah, ditambah lagi dengan kondisi kesulitan ekonomi.
Setiap orang selalu punya alasan untuk tidak beranjak menjadi baik. Sehingga perlu dikuatkan niat dan adzamnya agar alasan-alasan itu hilang. Hal ini perlu untuk mengkokohkan diri agar terus berada dalam lingkaran kebaikan, dan tidak sampai terbawa arus negatif.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (DA/AA)
No Comments
Leave a comment Cancel