Kuliah Al-Hikam – Selasa, 1 Sya’ban 1444 H / 21 Februari 2023
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Al-Hikam, Hikmah ke-26
- مِنْ عَلاماتِ النُّجْحِ في النِّهاياتِ، الرُّجوعُ إلى اللهِ في البِداياتِ.
Termasuk tanda-tanda keberhasilan mencapai tujuan di akhir nanti adalah kembali kepada Allah di permulaan.
Termasuk tanda-tanda keberhasilan kita di dalam sesuatu di akhir nanti adalah kembalinya kita kepada Allah sejak awal.
Makna keberhasilan dalam bab ini:
- Di konteks jangka pendek, makna keberhasilan adalah ketika kita berhasil mewujudkan amal sholeh
- Di konteks yang nyata, makna keberhasilan adalah diterimanya amal-amal kita dan Allah letakkan kita di surga-Nya.
- Dalam pengkiasan yang lebih luas, makna keberhasilan adalah berhasil di semua urusannya, baik kehidupan yang baik di dunia dan juga balasan yang baik di akhirat.
Tanda adanya keberhasilan dalam pencapaian tujuan:
- Kita kembali kepada Allah sejak awal, yakni dengan bertawakal kepada Allah dan minta tolong kepada Allah. Barang siapa yang telah memohonkan sesuatu kepada Allah sejak awal, maka sesungguhnya ia telah menancapkan tanda keberhasilan dari proses yang ia jalani. Seseorang yang memohon permohonannya kepada Allah itu tidak akan gagal karena Allah Maha Menguasai.
- Hikmah ini bisa dipahami secara terbalik, yakni barang siapa yang sejak awal tidak mengembalikan urusannya kepada Allah yakni dengan tidak meminta tolong kepada Allah dan tidak bertawakal kepada Allah, maka hal ini merupakan tanda bahwa usaha dan urusannya akan menemui kegagalan.
Kapan kita menjatuhkan (mulai) tawakal?
Di awal langkah, dan bukan di akhir.
Umumnya orang-orang baru memerlukan pertolongan Allah itu ketika sudah menemui kegagalan. Ketika seseorang berhasil, sering kali ia merasa tidak memerlukan Allah. Sejatinya, ini adalah bentuk kesombongan kepada Allah. Tawakal itu seharusnya di awal perbuatan dan bukan di akhir perbuatan.
Hikmah ini membimbing kita bahwa perbuatan terbaik itu adalah ketika memulainya dengan meminta pertolongan Allah dan ini menjadi tanda keberhasilan atas urusan yang dikerjakan.
# Catatan penting dari hikmah ke-26:
- Kembali kepada Allah di awal sebuah urusan adalah tanda keberhasilan di akhir nanti.
- Bentuk-bentuk kembali kepada Allah:
2.1. Meminta tolong kepada Allah, dengan bacaan basmallah dan berdoa.
2.2. Bertawakal kepada Allah. - Memiliki situasi batin yang hanya mengandalkan Allah.
- Berhusnuzon kepada Allah sejak awal dan percaya kepada Allah sejak awal.
- Keberhasilan itu meliputi segala urusan hamba Allah.
Doa itu mengawali perbuatan
Doa, usaha, doa. Doa adalah usaha yang paling baik. Usaha itu diapit oleh doa. Bentuk kembali kepada Allah yakni bertawakal kepada Allah.
Urusan kita sejak awal diserahkan kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai sebaik-baiknya tempat kita bersandar. Hati ini sejak awal sudah berserah diri, tidak sedikit pun mengandalkan dirinya dan tidak sedikit pun membanggakan dirinya. Ia sepenuhnya menyerahkan urusannya kepada Allah.
Doa ketika keluar rumah:
بِاسْمِ اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ
Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi wa laa haula wa laa quwwata illaa billahi
Dengan menyebut nama Alllah, aku bertawakkal kepada-Nya dan tidak daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.
Memiliki situasi batin yang hanya mengandalkan Allah
Hendaknya kita menyingkirkan diri untuk tidak bergantung kepada diri dan juga tidak bergantung kepada hamba Allah yang lain. Tidak bergantung kepada pikiran, kemampuan dan pengalaman kita yang lalu. Kita tidak mempercayai diri ini bahkan sampai-sampai menyombongkan diri. Sedikit pun kita tidak bergantung kepada selain Allah. Kita hanya bisa berjalan atas pertolongan Allah. Situasi batin kita hanya mengandalkan Allah.
Semua yang kita anggap sebagai resources untuk menghasilkan sesuatu itu miliknya Allah. Dengan demikian, tidaklah pantas kita justru bersandar kepada resources itu semua yang sejatinya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin pemiliknya. Maka dari itu, bersandarlah hanya kepada yang memiliki segalanya. Disinilah ujian tawadhu memiliki tempat dan menjadi penting.
Berhusnuzon kepada Allah sejak awal dan percaya kepada Allah sejak awal
Insya Allah, Allah akan memberikan hasil yang terbaik. Janganlah kita melakukan sebaliknya, yakni sejak awal sudah ragu bahkan sampai suudzon kepada Allah.
Keberhasilan itu meliputi segala urusan dari hamba Allah
Keberhasilan adalah semua hal yang terkait dengan seorang hamba, meliputi:
- Terlaksananya amal shaleh di dunia.
- Amalnya diterima oleh Allah, sehingga mendapatkan balasan besar yakni surga dan mardhatillah (keridhaan Allah).
- Keberhasilan dalam urusan dunia, yakni kehidupan yang baik. Urusan dunia pun perlu diserahkan kepada Allah sejak awal.
Kalau sejak awal kita berhasil menjinakkan keangkuhan diri kita dan kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah, maka kita sudah menapaki tangga pertama dari keberhasilan.
Sebaliknya, kalau kita tidak berhasil menjinakkan keangkuhan diri dan justru mengandalkan dirinya atau makhluk Allah yan lain, maka sejatinya kita sudah menapaki tangga pertama dari kegagalan.
Pesannya jelas, yakni memulai segala sesuatu dengan mengembalikannya kepada Allah.
Barang siapa yang mengira bahwa ia bisa sampai kepada Allah yakni sampai kepada kedekatan kepada Allah namun menggunakan sandaran kepada selain Allah, maka sesungguhnya ia terputus dari jalan Allah.
Mintakanlah tolong kepada Allah untuk dimudahkan dalam beribadah. Hanya atas pertolongan Allah-lah kita bisa beribadah kepada-Nya. Kita tidak bisa beribadah dengan baik kecuali karena Allah menolong kita.
Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika.
Wahai Allah, aku mohon pertolongan agar aku selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah yang baik kepada-Mu)
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan”
Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya.”
(HR. Ibnu As Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 46, An Nasai dalam Al Kubro 381: 570, Al Bazzar dalam musnadnya 4/ 25/ 3107, Al Hakim 1: 545. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 227).
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)
Kutipan:
https://rumaysho.com/10415-doa-ketika-dirundung-duka.html
No Comments
Leave a comment Cancel