1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH49. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-54 (Warid dari Allah) & ke-55 (Cahaya dan Hati)

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 4 Rabiul Awal 1445 H / 19 September 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# HIKMAH KE-54. WARID DARI ALLAH & HIKMAH KE-55. CAHAYA DAN HATI

#54. Warid dari Allah

أَوْرَدَ عَلَيْكَ الوارِدَ لِيُخْرِجَكَ مِنْ سِجْنِ وُجودِكَ إلى فَضاءِ شُهودِكَ.
Allah memberimu Warid untuk melepasmu dari penjara wujudmu ke alam syuhud (penyaksian)

Yang dimaksud dengan warid adalah ma’rifatullah yakni mengenal Allah dan yang sejenisnya.

Sesungguhnya keberadaanmu yang menyerupai dengan penjara itu adalah kesaksianmu terhadap dirimu. Keberadaanmu itu mirip dengan penjara. Engkau terlalu fokus kepada dirimu yakni terlalu melihat dirimu dan engkau selalu memperhatikan terhadap bagianmu, dan persaksianmu yang diserupakan dengan langit/antariksa (dalam masalah luas) itu membuatmu hilang dari hal tersebut karena kau menyaksikan betapa agungnya Rabb-mu. Maka sebagian berkata bahwa penjaramu itu adalah dirimu itu sendiri. Kalau kau keluar dari dirinya, maka kau akan keluar ke lapangan yang abadi.

ketika kita sudah ma’rifah kepada Allah yang sesungguhnya yakni ketika hati sudah bersih dan mata hati sudah terpancar betul, maka hal ini bisa mengeluarkan kita dari penjara diri kita. Diri kita sendiri ini bisa menjadi penjara bagi kita kalau kita selalu hidup hanya dalam kepentingan diri kita sendiri. Ketika kita bisa ma’rifah kepada Allah dan mata hati sudah bersih, maka kita bisa keluar dari penjara itu dan bebas menyaksikan keagungan Allah SWT.

Ketika seseorang bisa ma’rifah, maka akhirnya ia akan bisa menikmati kebesaran Allah dan hidupnya damai dan bahagia. Yang menjadi masalah adalah ketika manusia dipenjara oleh dirinya maka dia akan menjadi budak bagi dirinya sendiri.

Pesan dari hikmah:

  1. Agar kita bisa benar-benar ma’rifah kepada Allah dalam arti yang sesungguhnya, yakni bukan hanya di konteks ilmu namun juga mata hatinya yang bisa betul-betul terasah.
  2. Dari proses yang terus memohon rahmat berupa turunnya ma’rifah di hati kita, kita berproses untuk menggeser fokus dalam hidup kita dari fokus terhadap dirinya sendiri menuju musyahadah kepada kebesaran Allah SWT.
  3. Agar kita bisa terus melatih dalam memahami bobot diri kita, yakni ma’rifatunnafs atau mengenali diri, dan bagaimana kita bisa mengagumi kebesaran Allah agar ma’rifah bisa turun. Dengan demikian, pada akhirnya kita bisa tersenyum atas kebesaran Allah SWT.

TANYA JAWAB

Bagaimana jika kita masih masih menjalankan bisnis agar tetap bisa ma’rifat dengan baik dan tidak terpenjara diri? Bagaimana juga ketika kita berperan sebagai ibu/istri bagi anak-anak/suami yang tentunya juga banyak kesibukan?
Demikianlah hidup kita sehari-hari. Kita sedang memperjuangkan agar ilmu hati ini tetap berlaku di kehidupan normal kita. Seluruh dinamika hidup ini kita kerjakan dalam rangka memenuhi perintah Allah. Kita bekerja dan berusaha di kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk membesarkan nama Allah.

Kiat-kiatnya:

  1. Pastikan kita bisa mengelola usaha sesuai dengan aturan syariah
  2. Kita perlu menunaikan hak-hak harta (zakat, shadaqah, dst). Semoga kita sampai bisa mendermakan 1/3 dari harta kita seperti yang dicontohkan oleh Sa’ad bin Abi Waqas.
  3. Kita juga tidak melupakan dzikrullah selama menjalankan usaha untuk tetap menjaga diri dari kepentingan pribadi atau tergeser ke arah sana.

jika bisa demikian, insyaAllah kita bisa selalu mengenali kebesaran Allah.

Di semua kajian (Al-Hikam) ini umumnya materinya bermuara kepada ma’rifatullah. Apakah dengan demikian riyadah utama bagi setiap muslim adalah ma’rifatullah ini?
Betul. Ma’rifatullah ini seperti terminal yang akan mengantarkan banyak kendaraan ke tujuannya. Latihan-latihan yang perlu dilakukan seperti tafakkur diri dan tafakkur alam, tadabbur al-quran, dzikir, dan syariat Allah. Latihan-latihan ini diperlukan agar kita bisa mengakui semua keputusan Allah dan pada akhirnya mengagumi (kebesaran) Allah. jika tidak demikian, maka yang dibesarkan adalah diri sendiri.

Bagaimana cara melatih diri agar bisa mencapai musyahadah?

  1. Yang paling mudah adalah dzikrullah, baik dzikir lisan maupun hati
  2. Tafakkur
  3. Melihat alam semesta, untuk menyaksikan kebesaran Allah. karena menyaksikan kebenaran Allah bersama dengan mahabbah, matanya melihat ciptaan Allah namun hatinya melihat ke penciptanya.

#55 Cahaya dan Hati


الأنْوارُ مَطايا القُلوبِ وَالأَسْرارِ.
Cahaya adalah kendaraan hati dan rahasia hati (asrar)

Nur ilahiyah atau cahaya yang ilahiyah adalah hati yang terang benderang dalam melihati keadaan. Ini adalah pijakan atau tujuan hati dan merupakan hati yang paling dalam.

Salah satu yang ingin kita capai adalah cahaya ilahiyah yakni hati yang terang benderang. Ketika seseorang yang sakit matanya dan kemudian ingin berobat, maka ia ingin menjadikan matanya menjadi terang benderang dalam melihat banyak hal. Demikian juga dengan mata hati. Kita menginginkan mata hati yang terang benderang.

Hati itu mempunyai batin yang merupakan bagian hati yang lebih dalam. Cahaya ilahiyah tadi akan bisa menerangi hati dan batinnya untuk bisa menuju ke haribaan Allah. Cahaya itu adalah pijakannya hati. Begitu bisa sampai disana, maka seseorang akan bisa mencapai kedekatan kepada Allah.

Darimanakah adanya anwar itu? Sumbernya adalah dari dzikir dan riyadah (yakni semua amal ibadah). Ketika keduanya kuat, maka insya Allah seseorang akan mendapatkan cahaya ilahi, terang benderang dan terbukanya mata hati. Kalau seseorang sudah mendapatkan anwar ilahi, maka ia akan diantar menuju kedekatan dengan Allah. Apakah ada seorang hamba yang tidak ingin dekat dengan penciptanya?

Pesan dari hikmah:
Hendaknya kita terus melanggengkan dzikir dan riyadah, misal shalat wajib, shalat sunnah, puasa wajib, puasa sunnah, dan seterusnya. Mudahnya, kita menjalankan seluruh yang ada di cabang-cabang iman. Kalau Allah sudah memberikan nur ilahi, maka kita akan senang berada di dekat Allah. Kita akan menikmati taqarub kepada Allah.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Comments to: KAH49. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-54 (Warid dari Allah) & ke-55 (Cahaya dan Hati)

Your email address will not be published. Required fields are marked *