1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH19. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-19

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 10 Jumadil Akhir 1444 H / 3 Januari 2023

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# Al-Hikam, Hikmah ke-19

“Jangan kau minta dariNYA untuk mengeluarkanmu dari satu kondisi, untuk menugaskanmu atau memberimu peran di luar kondisi yang sekarang. Kalau IA menghendakimu, IA akan memberikanmu peran selain dari posisimu yang sekarang.”

Hikmah dari penyataan ini adalah manusia diajak untuk mengikuti kehendak dari Allah SWT siang dan malam, dan menekuni serta menjalaninya dengan penuh ridha. Hidup itu dijalani dengan penuh penerimaan, dijalani dengan tekun, serta ridha dengan apapun yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Hal ini berlaku untuk segala urusan yang sifatnya duniawi dan akhirat. Peran yang sifatnya duniawi misalnya terkait dengan tugas manusia sebagai pencari nafkah bagi keluarganya dan saudara-saudaranya. Contoh peran yang sifatnya akhirat, misalnya saat ini diberikan tugas sebagai pengajar, maka sebaiknya hal tersebut ditekuni dengan sungguh-sungguh dan tidak perlu meminta peran yang lain.

Pesan utama:
Agar kita bisa menekuni dan menerima peran-peran yang sudah diberikan Allah SWT kepada kita dan tidak perlu memintakan kepada Allah untuk diberikan peran yang lain.

Hikmah yang bisa diambil:

  1. Agar kita bisa menekuni peran yang diberikan kepada kita sehingga kita menjalani peran ini secara maksimal, baik untuk dunia maupun akhirat
  2. Agar kita menjalani hidup ini dengan ridha kepada Allah atas semua peran yang sudah diberikan
  3. Manusia hendaknya memperbaiki mindset untuk dapat memahami kondisi atas perannya masing-masing, sehingga dapat menjalani perannya dengan baik dan semaksimal mungkin. Yang diberi ilmu dapat memainkan peran sebagai guru yang baik. Yang sedang diberi kesempatan dzikir, maka berdzikirlah yang banyak, dst.
  4. Bila manusia tidak menjalani perannya dengan maksimal, maka akan selalu merasakan berat dalam menjalani kehidupannya, mengeluh, tidak bersyukur, dan tidak akan mampu berbuat semaksimal yang seharusnya.

Apakah kita tidak perlu memperbaiki keadaan?
Hal ini menjadi diskusi panjang antara pemahaman-pemahaman para ulama. Kita bisa mengambil peran lain tanpa meninggalkan peran yang ada dengan catatan adanya kesanggupan waktu dan kesanggupan kemampuan. Ini juga bagian dari amal terhadap ayat mengenai usaha.

Apakah kita berarti tidak boleh berdoa untuk memperbaiki keadaan?
Tetap boleh, asalkan kita tetap ridha atas keadaan yang ada. Secara umum, kita boleh berdoa apa saja untuk perbaikan keadaan.

Bagaimana jika suatu peran itu melanggar syariat?
Misalkan, menjadi pembawa air di tempat minum khamr, menjadi juru bicara untuk fitnah, menjadi peneliti namun peneliti yang dusta. Jika demikian, maka kita perlu segera mengganti peran, karena peran yang diridhai Allah adalah peran yang diluar kemaksiatan.

Apakah manusia dapat mencoba dan meminta kondisi (peran) yang berbeda dengan yang sedang dijalani saat ini?

  1. Manusia dapat mencoba peran lain diluar perannya yang sekarang, dengan catatan ada kesanggupan waktu dan kesanggupan usaha.
  2. Manusia boleh berdoa untuk perbaikan keadaaan yang sekarang, dengan catatan tetap ridha dengan kondisi yang sedang dan akan diberikan.
  3. Manusia boleh mengambil sikap untuk berpindah dari peran yang lain dari yang saat ini sedang dijalani apabila kondisinya penuh dengan kemaksiatan dan tidak sesuai dengan ajaran agama.

Manusia dan kompetensinya
Setiap manusia itu diberi bekal agar ia menjadi Unggul. Agar bisa demikian, seseorang perlu:

  1. Mengetahui apa kompetensi yang dimilikinya
  2. Menerima kompetensi diri dan memaksimalkannya
  3. Mengembangkan kompetensinya

Untuk mengetahui kompetensi diri, seseorang bisa melakukannya dengan tes kompetensi dan pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan untuk memastikan hasil tes kompetensi yang sudah dikumpulkan. Ketika seseorang memaksimalkan kompetensi yang dimilikinya sehingga memiliki reputasi yang baik, maka bisa jadi kita akan diberikan peran lain.

Penutup
Kita perlu ridha dan menjalani semua peran kondisi yang Allah izinkan terjadi kepada kita, baik secara pribadi ataupun di masyarakat.


TANYA JAWAB

Apakah peran yang diberikan kepada kita itu sama dengan takdir (qada dan qadar)?

  1. Peran atau kondisi kehidupan ini merupakan takdirnya Allah.
  2. Kita tidak bisa merubah takdir karena kita hamba Allah. Bahasa yang betul adalah bahwa kita boleh meminta perubahan qada, atau meminta agar qada buruk tidak jatuh kepada kita. Qada adalah keputusan Allah yang belum dilaksanakan.

Bagaimana cara mengatur hati agar ridha atas peran yang diberikan?
Kita ridha namun tetap memintakan kebaikan.

Bagaimana cara menata hati ketika hanya menjadi ibu rumah tangga yang kadang merasa perannya kurang istimewa?
Dikhawatirkan kondisi ini adalah tidak ridha terhadap peran yang ada. Kita perlu memperbaiki mindset agar memahami peran dan memahami kondisi. Kita perlu ikhlas menjalani peran.

  1. Bisa jadi ini bagian dari serangan feminimisme.
  2. Bisa jadi ada kondisi buruk di sekitarnya, seperti suami dan anak yang tidak menghargai. Ini adalah bagian dari ujian.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (DA/AA)

Comments to: KAH19. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-19

Your email address will not be published. Required fields are marked *