Kuliah Al-Hikam – Selasa, 21 Rabiul Akhir 1444 H / 15 November 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Al-Hikam, Hikmah ke-13
كَيْفَ يَشْرُقُ قَلْبٌ صُوَرُ اْلأَكْوَانِ مـُــنْطَبِعَةٌ فيِ مِرْآتِهِ، أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ إِلىَ اللَّهِ وَهُوَ مُكَبَّلٌ بشِهَوَاتِهِ، أَمْ كَيْفَ يَطْمَعُ أَنْ يَدْخُلَ حَضْرَةَ اللَّهِ وَهُوَ لَمْ يَـتَطَهَّرْ مِنْ جَنَابَةِ غَفَلاتِهِ أَمْ كَيْفَ يَرْجُوْ أَنْ يَفْهَمَ دَقَائِقَ اْلأَسْرَارِ وَهُوَ لَمْ يَـتـُبْ مِنْ هَفَوَاتِهِ
“Bagaimana qalb akan bersinar sementara gambaran-gambaran dunia masih terlukis pada cermin qalb; atau bagaimana seseorang akan berjalan menuju Allah sementara ia masih terikat oleh syahwat-syahwatnya; atau bagaimana seseorang akan gandrung untuk memasuki hadirat Allah sementara ia belum bersuci dari janabat kelalaian-kelalaiannya; atau bagaimana seseorang mengharap dapat memahami rahasia-rahasia yang halus sementara ia belum bertaubat dari ketergelincirannya?”
- Bagaimana hati itu bisa bersinar sementara gambaran dunia ini masih terpancar di kacanya?
- Bagaimana seseorang itu bisa pergi kepada Allah sementara dia terkekang dengan syahwat-syahwatnya?
- Bagaimana seseorang bisa berharap masuk ke dalam jamuannya Allah sementara dia tidak bersuci dari kelalaiannya?
- Bagaimana seseorang bisa berharap paham atas rahasia yang sangat kecil dan detail sementara dia belum taubat dari kelalaiannya?
# Pengantar
Ilmu itu mempelajari benar atau salah. Hikmah itu membahas tepat dan tidak tepat.
Hikmah ke-13 ini melengkapi penjelasan hikmah ke-12 Ketika seseorang melakukan uzlah. Bertafakkur –> hati bisa bernilai dan bermanfaat –> hati akan bersinar. Allah berikan taufiq lalu muncullah furqon.
Seseorang yang ber-uzlah itu perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Bagaimana dunia di matanya?
- Bagaimana kondisi syahwatnya?
- Bagaimana tingkat kelalaiannya?
- Bagaimana dengan kesalahannya?
Uzlah akan berhasil jika ke empat pertanyaan tadi bisa terjawab.
# 1. Bagaimana dunia di matanya?
Apakah dunia masih ada di gambaran hidupnya? Obsesi itu adalah kaca yang nanti akan melahirkan ukuran-ukuran. Meskipun seseorang ber-uzlah, kalau kacanya masih dunia sehingga obsesinya masih sangat kuat kepada dunia, dia akan kesulitan mendapatkan hati yang bersinar.
Ukuran atau kaca yang kita gunakan sejatinya bukan berupa dunia. Kalau ukuran hidup kita bukan berupa ukuran duniawi, maka insya Allah hati ini akan bersinar. Kalau hati sudah bersinar, maka hati ini akan lebih terang dari sinarnya matahari karena Allah akan tunjukkan banyak hal kepada hati yang bersinar dibandingkan dengan hati yang redup.
Seseorang yang memperbaiki diri dengan tazkiyatun nafs, ia tetap tidak pergi dari dunia namun ia akan mengejar amal shalehnya ketika berada di dunia.
Kita perlu mencontoh bagaimana para sahabat mengelola hidup ini dan menjalani hidup ini. Karena ukurannya akhirat, maka para sahabat itu menengok dunia bukan sebagai ukuran melainkan sebagai sesuatu yang diukur. Meskipun para sahabat memiliki dunia, namun mereka tidak menjadikannya sebagai ukuran.
Sahabat Thalhah yang dijamin masuk surga menikah dengan Umi Kultsum itu mendapatkan 7000 dinar dari Yaman. Mendapati ini, ia menjadi kebingungan sendiri sampai-sampai istrinya bertanya kepadanya. Thalhah bingung karena sekalipun memiliki harta, ia khawatir bahwa harta-harta ini akan membahayakannya di akhir nanti jika tidak segera disedekahkan.
# 2. Bagaimana kondisi syahwatnya?
Uzlah itu digambarkan seperti orang yang pergi menuju Allah. Ia meninggalkan segalanya dan pergi menuju Allah. Bagaimana seseoang bisa pergi menuju Allah sementara ia masih terkukung, terikat dan terkurung oleh syahwat? Ibarat seseorang mau pergi ke suatu tujuan namun ia masih terkurung, bagaimana bisa ia pergi menuju tujuan itu?
Orang yang uzlah itu meninggalkan selain Allah untuk menuju Allah. Hal ini tidak bisa terjadi jika ia tidak bisa melepaskan syahwatnya. Hal ini digambarkan dengan cara yang sangat kongkrit dengan ilustrasi tadi. Meskipun seakan-akan seseorang itu sudah berada di tempat yang khusus untuk Allah, namun hal itu tidak akan berhasil jika hatinya masih terikat oleh syahwat.
Kabar buruknya, setiap dari kita itu memiliki syahwat dan berpeluang terikat oleh syahwat. Maka dari itu, kita harus bisa melepaskan diri dari penguasaan syahwat dengan cara memiliki kemampuan untuk mengelola dan memimpin syahwatnya. Ini adalah keadaan seseorang yang mampu keluar dari syahwat yang bersifat setan menuju syahwat yang bersifat kemalaikatan. Syahwat yang bersifat kemalaikatan itu memiliki ukuran kebahagiaan dan kenyamanan berupa hal-hal yang baik.
Sabda Rasulullah:
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ رُوِّيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.
Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits hasan sahih, kami meriwayatkannya dari kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih).
Bilamana syahwat itu sudah bisa terkelola?
- Ketika syahwatnya tunduk terhadap apa yang dibawa Nabi
- Ketika ia berbahagia ketika berbuat baik
- Ketika ia bersedih ketika berbuat buruk
Bagaimana agar tafakkur tidak membuat mudharat?
- Perlu penguatan Hati
- Perlu kecukupan ilmu
Berbuat kebaikan di tengah lingkungan yang baik itulah yang menyenangkan.
# 3. Bagaimana tingkat kelalaiannya?
Cara untuk bersuci dari ghoflah (hal yang melalaikan)
- Bertaubat dari ghoflah
- Berdzikir
# 4. Bagaimana dengan kesalahannya?
Ada rahasia-rahasia yang sangat kecil yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang hatinya bersinar. Setiap keputusan Allah di alam semesta itu mengandung hikmah. Setiap sekecil apapun dinamika di hati itu akan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Kurangnya bersyukur dan mulai munculnya kelalaian itu akan bisa tampak oleh seseorang yang memiliki sinar di dalam hatinya. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah bertaubat dari dosa dan kesalahannya. Jika dosa-dosa ini tidak ditaubati, maka hati menjadi gelap gulita. Titik-titik kotoran kecil di hati ini perlu dibersihkan.
Cara untuk bersuci dari dosa:
- Bertaubat dari dosa kepada Allah
- Menyedikitkan dosa, bukan memperbanyak dosa
Di dalam Tazkiyatun Nafs, memperoleh hati yang cemerlang merupakan bagian dari pencapaian. Seseorang yang hatinya bersih dan cemerlang itu akan bisa menangkap rahasia-rahasia Allah. Semua keputusan Allah itu pasti baik. Hal-hal yang cemerlang itu termasuk hal-hal baik yang rahasia dan hal-hal buruk yang rahasia.
Jenis seseorang yang bertaubat:
- Datang karena memang ingin bertaubat
- Datang karena kelelahan dari kemaksiatan
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)
No Comments
Leave a comment Cancel