1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH47. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-50 (Dosa, di antara keadilan dan karunia-Nya) & ke-51 (Amal yang diterima Allah)

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 20 Safar 1445 H / 5 September 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# HIKMAH 50: DOSA, DI ANTARA KEADILAN DAN KARUNIA-NYA
  1. لا صَغيرَةَ إِذا قابَلَكَ عَدْلُهُ. وَلا كَبيرَةَ إِذا واجَهَكَ فَضْلُهُ.
    Tidak ada (dosa) yang kecil jika keadilan Allah berhadapan dengannya, dan tidak ada (dosa) yang besar jika karunia Allah menghadapimu.

Tidak ada dosa yang kecil dan bahkan semuanya menjadi besar jika keadilan Allah berhadapan dengan dosa ini. Sifat keadilan itu adalah jika suatu dosa tampak pada seseorang yang Allah murkai, maka kebaikannya itu bisa sirna. Dosa-dosa kecil itu bisa menjadi dosa yang besar karena Allah meng-adzab bahkan kepada dosa yang kecil tadi.

Sebaliknya, tidak ada dosa yang besar jika karunia Allah menghampiri kita. Allah itu memberi sesuatu tanpa ganti. Sifat karunia itu jika tampak pada seseorang yang Allah cintai, maka keburukannya akan hilang dan diganti dengan kebaikan. Kita berdoa semoga Allah menjadikan keburukan kita sebagai keburukan orang yang Allah cintai dan jangan menjadikan kebaikan kita sebagai kebaikan dari orang yang Allah murkai.

Berbuat baik itu tidak ada manfaatnya jika bersama dengan kemurkaan Allah. Keburukan itu tidak ada manfaatnya jika bersamaan dengan cintanya Allah.

Hal yang sangat mendasar dalam beramal yakni untuk menggapai ridha dan mahabbah-Nya Allah. Kalau seseorang sudah bisa sampai di level ini, maka keburukannya akan dimaafkan dan kebaikannya akan dilipatgandakan. Namun sebaliknya kalau seseorang dimurkai oleh Allah karena perbuatan buruknya selama ini, maka dosanya yang kecil pun bisa jadi perkara yang besar.

Kalau kita sudah berhadapan dengan keadilan Allah, maka tidak akan ada dosa besar yang bisa dimaafkan. Esensi terkait perbuatan dosa itu bukan berupa dosa kecil atau dosa besar kalau berhadapan dengan keadilan Allah. Esensinya adalah bagaimana agar kita menjadi orang yang Allah ridhai. Sekiranya berbuat buruk, maka kita berusaha semaksimal mungkin bagaimana caranya agar Allah mencintai kita.

Di dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah berfirman:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ ، وَمَا يَزالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أحْبَبْتُهُ ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Hamba-Ku terus-menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku pun mencintainya. Bila Aku telah mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia pakai untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pun pasti memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pun pasti akan melindunginya.” (HR. Al-Bukhâri 6502 Fathul Bârî (11/348)) (1)

Jenis amalan meliputi amal hati, amal lisan, dan amal anggota badan. Kita terus beramal sampai Allah cintai. Kalau Allah mencintai kita, maka insyaAllah Allah akan memaafkan dosa-dosa kita karena manusia adalah makhluk yang akan terus berbuat dosa. Jika kita berusaha untuk dicintai Allah, niscaya kita akan sedikit berbuat dosa.

Sekiranya seseorang yang seperti ini berbuat tidak baik, maka bisa jadi ia tidak akan jauh terjerumus ke keburukan. Sebaliknya, jika seseorang berani menghinakan perintah Allah dan justru takut kepada manusia, maka ia akan sangat mudah dalam berbuat dosa dan menganggap bahwa semua dosa itu kecil karena terbiasa untuk berbuat dosa.

Pelajaran dari hikmah ke-50:
Kita perlu memahami adanya bobot dosa. Kalau berhadapan dengan keadilan Allah, maka setiap dosa itu tidak ada yang kecil. Di dalam sebuah hadits Bukhari disebutkan bahwa yang dihisab itu akan diadzab. Dengan demikian, Allah akan sangat memperhitungkan semua amal keburukan yang dikerjakan.

Namun, setiap dosa itu tidak ada yang besar kalau berhadapan dengan karunia-Nya Allah. Tugas kita adalah berusaha untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya semaksimal mungkin. Dalam kesehariannya, setiap orang termasuk para ulama itu bekerja (untuk memenuhi kebutuhan hidupnya) selain beribadah kepada Allah. Semua yang dikerjakannya itu berada di dalam koridor yang diperkenankan Allah dan ini yang disebut sebagai ketaatan kepada Allah.

Bekerja, mengurus keluarga, makan, tidur dan semua hal yang dikerjakan menurut aturan Allah itu akan mendatangkan pahala. Jika semua hal yang kita lakukan itu berdasarkan ketaatan kepada Allah, maka ini semua akan mendekatkan kita kepada Allah.

jangan pernah menganggap remeh suatu dosa karena adanya keadilan Allah dan jangan pernah merasa suatu dosa tidak akan diampuni karena adanya ampunan Allah.

TANYA JAWAB

Di dalam masyarakat, ada orang-orang yang berani melanggar aturan Allah tetapi patuh kepada aturan manusia. Bagaimana cara agar bisa meraih ketaatan dan bermuamalah dalam mencapai ketaatan kepada Allah?

Situasi ini terjadi karena awamnya seseorang terhadap aturan Allah. Seseorang akan mentaati hal-hal yang ia pahami. Kalau seseorang tidak memahami ke-mahakuasa-Nya Allah, maka bagaimana ia bisa takut kepada Allah? Ini terkait dengan bab mengenai ma’rifat kepada Allah. Jika ilmu seseorang tentang Allah itu masih rendah, maka ia hanya akan bisa taat kepada orang atau makhluk yang berada di depannya saja.

Secara umum, yang kita butuhkan meliputi dua hal:

  1. Ma’rifah kepada Allah; ketaqwaan kepada Allah
  2. Mengetahui ilmu syariah

Jika kita bisa menjaga keduanya, maka dampaknya adalah hubungan kita kepada Allah bisa baik dan hubungan muamalah jg baik. Inilah dua hal utama yang perlu dimiliki.


# HIKMAH 51: AMAL YANG DITERIMA ALLAH
  1. لا عَمَلَ أَرْجى لِلْقُلوبِ مِنْ عَمَلٍ يَغيبُ عَنْكَ شُهودُهُ ويُحْتَقَرُ عِنْدَك وُجودُهُ.

Tidak ada amal yang lebih bisa diharapkan untuk diterima daripada amal yang tidak engkau sadari (perhitungkan) dan engkau pandang tidak berarti.

Secara umum, amal yang punya harapan diterima adalah jika amal itu sudah hilang dari diri kita. Atau secara sederhana, amal-amal itu sudah kita lupakan. Namun sebaliknya, jika suatu amal itu masih saja kita ingat-ingat, masih melekat di hati dan masih terasa besar menurut kita, maka ini bisa menjadi tanda tidak diterimanya amal tersebut. Maka dari itu, keikhlasan dibutuhkan disini. Kita sudah tidak ingat atau tidak mau mengingat-ingat amal perbuatan kita agar Allah ridha kepada kita.

Orang-orang yang bisa seperti ini akan tidak merasa amalnya itu besar. Ia tidak akan ingat atau berusaha mengingat-ingat amal yang dikerjakannya. Hal ini akan menjadi tanda kemungkinan diterimanya amalnya. Sebagai contoh, kita melihat bagaimana banyaknya amal perbuatan yang dikerjakan oleh para sahabat. Mereka hanya mengerjakan hal-hal yang diperintahkan Allah.

Pelajaran dari hikmah ke-51:

  1. Agar kita bisa menjaga hati untuk tidak mengingat-ingat perbuatan baik dan agar kita bisa menjaga hati untuk tetap merasa kecil atas perbuatan-perbuatan baik yang sudah kita kerjakan. Jika bisa demikian, maka kita berharap agar amal-amal ini diterima Allah.
  2. Perlunya latihan-latihan untuk bisa mencapai situasi tadi. Amal-amal perbuatan baik itu perlu diperbanyak dan sering dilakukan agar kita tidak lagi mengingat-ingat amal perbuatan yang sudah dikerjakan.
  3. Agar kita selalu mengupayakan untuk memenuhi hak-hak-Nya Allah. Hak-Nya Allah adalah hal-hal yang Allah perintahkan untuk dikerjakan. Hak-Nya Allah adalah usaha kita untuk menyempurnakan penghambaan kepada Allah. Kalau hak ini kita penuhi, maka kita akan merasa bahwa amal kita sangatlah kecil. Kalau kita serius memenuhi hak-Nya Allah, maka sebesar apapun amal yang kita kerjakan itu insyaAllah tidak akan melekat di hati.

TANYA JAWAB

Bagaimana sebaiknya sikap kita terkait dengan adanya peluang bahwa amal itu menjadi sia-sia dan terhapus akibat tidak diterima oleh Allah?
Esensi dari semua perkara amal adalah keikhlasan. Kalau sudah ikhlas, maka salah satu pertandanya adalah kita tidak lagi mengingat amal-amal tadi. Kita terus beramal baik yang kecil ataupun yang besar supaya peluang diterimanya semakin banyak.

Cara yang bisa dilakukan adalah dengan terus mengerjakan mulai dari amal yang kecil dan lama-lama meningkat sehingga amal-amal tadi itu ringan untuk dikerjakan. Hati dan lisan itu selalu bergeser-geser sehingga kita perlu terus berdoa dan berusaha agar terus terjaga oleh Allah.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Kutipan:
(1) https://almanhaj.or.id/9927-cara-meraih-cinta-allah-bertaqarrub-kepada-allah-subhanahu-wa-taala-dengan-amalan-sunnah-setelah-yang-wajib.html

Comments to: KAH47. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-50 (Dosa, di antara keadilan dan karunia-Nya) & ke-51 (Amal yang diterima Allah)

Your email address will not be published. Required fields are marked *