Kuliah Al-Hikam – Selasa, 9 Rajab 1444 H / 31 Januari 2023
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Al-Hikam, Hikmah ke-23
“Jangan engkau terus memperhatikan (menunggu) selesainya hal-hal yang menggodamu (melalaikanmu), karena hal itu akan memutuskanmu dari hadirnya muraqabah (mawas diri) kepada Allah, sesuatu yang memang Allah telah tempatkan (perankan) engkau disitu.”
Kita ini hidup di dunia dan dunia ini seperti yang kita kerjakan sekarang. Sibuk padat merayap. Saat kecil, kita disibukkan dengan bermain. Setelah besar, kita sibuk bekerja mengejar target. Kita berpikir bahwa masa muda adalah untuk dinikmati dan ketika sudah tidak muda lagi baru kita beribadah. Kalimat yang sama ini diucapkan juga oleh para profesional yang mengatakan bahwa mereka akan beribadah ketika sudah lebih longgar dan tidak sesibuk saat ini. Para ibu juga berkata bahwa mereka akan beribadah ketika anak-anak sudah lebih besar sehingga lebih punya waktu. Ini semua adalah pikiran yang tidak tepat, karena tidak akan pernah ada waktu di dunia ini yang sangat kosong yang memberikan kita kesempatan penuh untuk beribadah.
# Pelajaran penting dari hikmah:
- Berkomitmen dan taat kepada Allah sedari awal dalam situasi apapun.
- Jangan pernah membuat sedikit pun alasan untuk tidak taat kepada Allah karena perkara dunia yang belum selesai.
- Jangan pernah menunggu selesainya kesibukan kita. Jangan pernah menunggu memperhatikan selesainya semua yang menggoda kita.
- Lakukan ketaatan dari sekarang di semua waktu yang kita lewati saat ini.
Jangan pernah menunggu memperhatikan selesainya semua yang menggoda kita
Sejak kita sibuk, maka sejak itu pula kita harus bisa mendekatkan diri kepada Allah. Yang muda direpotkan oleh ambisi, yang tua direpotkan oleh pekerjaan, yang tidak punya pekerjaan direpotkan dengan mencari pekerjaan, yang belum menikah direpotkan dengan mencari pasangan, dan seterusnya. Inilah dunia. Maka dari itu, kita tidak perlu menunggu untuk semua ini selesai karena inilah karakter dunia.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿ ٣٥﴾
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [QS Al-Anbiya (21):35]
Janganlah pernah berharap perkara-perkara yang terjadi di dunia ini akan pernah selesai. Untuk itu, kita perlu tetap dan terus meningkatkan kualitas muraqabah kita kepada Allah sejalan dengan kegiatan yang kita jalani di dunia ini. Yang sehat akan diuji dengan kesehatannya. Yang sakit akan diuji dengan sakitnya.
Berkomitmen dan taat kepada Allah sedari awal dalam situasi apapun
Tidak menyediakan alasan apapun untuk tidak taat. Sekalinya seseorang membuat alasan, maka akan ada seribu alasan yang datang.
Jangan pernah menunggu selesainya kesibukan kita
Semua orang akan punya kesibukannya masing-masing. Sekiranya kesibukan kita selesai, sejatinya belum tentu juga kita akan bisa taat.
Lakukan ketaatan dari sekarang di semua waktu yang kita lewati saat ini
Di setiap waktu yang kita lewati, disitulah kesempatan yang datang untuk kita berbuat. Belum tentu kita memiliki waktu yang lain ketika hidup kita sudah Allah akhiri. Bisa jadi di waktu yang lain juga justru tantangan beramal menjadi lebih berat.
Esensi Kehidupan
Manusia tidak diperintahkan hidup di dunia kecuali untuk beribadah kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿ ٥٦﴾
[QS Az-Zariyat (51):56] Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Esensi di dalam penempatan diri kita oleh Allah di situasi yang kita hadapi saat ini adalah sebagai ujian dari Allah. Allah berikan semua hal yang bisa menggoda kita.
Variabel ujian bagi manusia:
- Diberikannya syahwat
- Dunia yang dibuat menarik
- Adanya setan yang menggoda
Tidak ada ruang untuk alasan apapun
Hendaklah kita tidak memberikan ruang kepada sedikit pun alasan untuk tidak taat. Begitu kita piawai memproduksi alasan, maka jangan pernah bermimpi kita tumbuh menjadi orang baik. Kalau kita ingin bershadaqah, maka lakukan dari sekarang dan jangan menunggu sampai mampu.
Alasan ini menunjukkan kualitas niat. Kalau muncul alasan, maka bisa jadi kita sebenarnya tidak berniat dengan serius.
Ketika seorang sahabat Kaab bin Malik tidak ikut perang Tabuk, ia mendatangi Rasulullah dan berkata bahwa ia adalah orang yang paling baik berkata-kata di antara umat mukmin yang lain dan bisa saja ia membuat alasan tentang ketidakhadirannya di dalam perang, namun ia tidak menyebutkan alasan itu dan segara bertaubat atas kekhilafannya.
Pesan penting dari hikmah:
- Berhenti membuat alasan
- Berhenti menunda dan mengakhirkan pekerjaan baik
- Lakukan ketaatan dalam kondisi apapun sebisanya
- Jangan menunggu kesempurnaan situasi baru kita taat
- Tidak akan pernah ada waktu yang sempurna, namun kondisi kita terus disempurnakan sambil jalan
- Jadikan semua yang kita lewati sebagai bentuk penghambaan kepada Allah
- Perlu niat yang kuat, pikiran yang kokoh dan eksekusi yang tepat untuk selalu melakukan penghambaan kepada Allah.
- Awalnya kita mengikhlaskan perbuatan, dan kemudian menjadi mengikhlaskan hidup hanya untuk Allah.
Agenda utama kita adalah ketaatan. Jika sudah demikian, maka di segala kesibukan kita akan tetap berada dalam koridor ketaatan.
TANYA JAWAB
Bagaimana cara memasang mindset yang betul di dunia ini?
Jangan pernah menjadikan dunia untuk tidak taat kepada Allah karena karakter dunia memang menggoda. Dalam situasi kita memiliki syahwat, kita terus beribadah. Zuhud itu membantu banyak hal dalam kebaikan.
Dalam menghadapi ujian itu pastinya ada kelelahan dan kesabaran. Bagaimana relaksasi yang diperkenankan dalam syariat dalam kondisi ini?
Ada saatnya orang merasa sudah mentok. Namun, Nabi mencontohkan doa ketika berada di batas akhir, “Aku melaporkan kepada-Mu tentang sedikitnya strategiku, namun rahmat-Mu lebih luas dari semuanya.”
Kita boleh merasa lelah, namun tidak kelelahan. Cara untuk relaksasi dari kesibukan dan kembali membangkitkan semangat:
- Ingat bahwa rahmat Allah lebih luas
- Membaca ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang terkait dengan rahmat Allah.
- Memperbanyak dzikir
Dalam menjalani hidup ini, mindset yang digunakan adalah untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Hal ini akan memperingan hal-hal yang kita jalani.
Bagaimana menghadapi godaan setan yang selalu meningkat setiap saat?
Tingkat godaan akan sesuai dengan tingkat kedekatan seorang manusia kepada Allah. Semakin tinggi posisinya, semakin tinggi godaannya.
Cara untuk mengantisipasi godaan setan:
- Melanggengkan dzikir. Dzikir ibarat alat untuk menghadapi setan. Membaca al-Qur’an pun termasuk kedalam dzikir.
- Mengenali modus godaan setan.
- Bergabung ke dalam komunitas yang baik untuk saling mengingatkan. Perlunya berjamaah.
Apakah berarti kita harus segera ambil bagian dalam sebuah kebaikan walaupun sekecil apapun perannya?
- Harus bisa mengambil kebaikan di setiap keadaan.
- Jadikan duniamu sebagai ladang akhiratmu.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)
No Comments
Leave a comment Cancel