1. Arsip Kajian Akhlak dan Adab (KAA)

KAA81. Bahaya Suka Berdebat

Kajian Akhlak dan Adab – Rabu, 13 Safar 1445 H / 30 Agustus 2023

‎بسم الله الرحمن الرحيم
‎أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
‎وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# Sejenak Bersama Al-Qur’an: Surat Qaf (50): 12-14

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ ﴿ ١٢﴾
[50:12] Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud,

وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ ﴿ ١٣﴾
[50:13] dan kaum Aad, kaum Fir´aun dan kaum Luth,

وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ ۚ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ ﴿ ١٤﴾
[50:14] dan penduduk Aikah serta kaum Tubba´ semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan.

Ayat-ayat ini menceritakan hal-hal yang dihadapi oleh para Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW bahwa pendustaan terhadap para Rasul itu sudah pernah terjadi juga di zaman-zaman sebelumnya. Sebelum kaum Quraisy di zaman Rasulullah SAW, sudah ada juga kaum-kaum yang mendustakan para Rasul terdahulu, diantaranya kaum Nuh, penduduk Rass dan Tsamud, kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth.

Pelajaran dari ayat:

  1. Kaum yang mendustakan Rasul itu berlaku sejak awal kenabian yakni sejak kaumnya Nabi Nuh. Namun, Allah telah memastikan bahwa agama ini akan terus terjaga sampai dengan hari kiamat. Penjagaan ini dimulai dari Nabi dan Rasul hingga para ulama setelah wafatnya Rasulullah SAW.
  2. Ini adalah hikmah yang luar biasa bagi Rasulullah agar beliau merasa tidak merasa sendirian dalam menghadapi kasus pendustaan terhadap Rasul karena situasi ini juga dihadapi oleh para Rasul sebelumnya.
  3. Adanya ketegasan dari Allah bahwa siapapun yang mendustakan Rasul itu akan mendapatkan ancaman hukuman dari Allah SWT.

BAHAYA SUKA BERDEBAT

Suka berdebat adalah akhlak buruk.

Dua istilah yang sering digunakan:

  1. Jidal / debat –> negatif, buruk, dilarang
  2. Khiwar / dialog –> positif, baik, dianjurkan

Jidal (debat) yakni saling menyanggah di antara dua pihak dan seterusnya tanpa menggunakan bukti yang kokoh dan etika yang baik. Khiwar (dialog) atau dialog adalah beradu argumen dengan bukti dan etika yang baik –> positif, diperkenankan

Dalil terkait dilarangnya suka berdebat atau jidal:

  • QS Al-Baqarah (2):197
  • QS Ali Imran (3):66
  • QS Az-Zukhruf (43):58

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿ ١٩٧﴾
2:197 haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa jidal ini ditafsirkan ketika engkau mendebat saudaramu sampai membuat saudaramu marah.

هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿ ٦٦﴾
[3:66] Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Bedebat yang batil itu dilakukan tanpa ilmu dan tanpa dasar. Rasul bahkan menganjurkan untuk meninggalkan debat sekalipun dia berhak untuk itu.

وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ ۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ ﴿ ٥٨﴾
[43:58] Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.

Perdebatan itu justru tidak membuat orang baik namun membuat orang lain menjadi antipati. Kita ingin benar sendiri dan justru membuat orang lain menjauh.

Ungkapan-ungkapan para ulama salaf terkait akhlak suka berdebat:

  • (Ibnu Abbas ra) Janganlah kau mendebat saudaramu karena perdebatan itu tidak akan dipahami hikmahnya dan juga tidak aman masalahnya.
  • (Abi Dhar ra) Termasuk pengejawantahan hakikat iman adalah meninggalkan debat.
  • (Abu Darda) Cukup bagimu dosa jika engkau selalu berdebat.
  • (Ibnu Umar ra) Seseorang tidak akan mendapati hakikatnya iman sampai dia meninggalkan perdebatan dan meninggalkan dusta dalam bercanda.
  • (Muadz Ibn Jabal ra) Kalau engkau mencintai saudaramu maka jangan kau berdebat dengannya.
  • (Imam Ghazali) Perdebatan itu mengeraskan hati dan mewariskan rasa dongkol.
  • (Imam Malik) Setiap ada orang yang lebih pandai berdebat datang, kami meninggalkan apa yang diturunkan Jibril kepada Rasul karena adanya perdebatan itu.
  • (Imam Malik) Perdebatan ini tidaklah masuk ke dalam ajaran agama sedikit pun.

Secara umum, al-Qur’an, sunnah dan para Ulama itu mencela akhlak suka berdebat. Ujung dari perdebatan itu bukanlah membuat orang lain menerima kebenaran namun justru menjatuhkannya. Perdebatan itu tidak mendatangkan kebaikan dan sebaliknya justru mendatangkan keburukan. Perdebatan itu tidak membuat orang menjadi taat kepada agama namun justru membuatnya meninggalkan syariat.

Dampak buruk suka berdebat

  1. Merupakan bagian dari perkataan yang melebihi batas dan hal ini tercela
  2. Perdebatan yang berlebihan itu akan mendorong orang-orang saling mengkafirkan dan menyesatkan
  3. Berdampak saling menolak
  4. Memicu permusuhan
  5. Mendorong orang untuk berdusta karena tidak mau kalah

2 Kategori debat:

  1. Debat yang terpuji: debat dengan menggunakan dasar, dalil atau bukti yang baik dan menggunakan etika yang baik (An-Nahl (16):125, Al-Ankabut (29):46)
  2. Debat yang tercela: debat yang mencari kebatilan setelah tampak kebenaran (Ghafir (40):4, Al-Hajj (22):3, Al-Hajj (22):8)

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿ ١٢٥﴾
[16:125] Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ﴿ ٤٦﴾
[29:46] Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri”.

مَا يُجَادِلُ فِي آيَاتِ اللَّهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلَادِ ﴿ ٤﴾
[40:4] Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ ﴿ ٣﴾
[22:3] Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ ﴿ ٨﴾
[22:8] Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,

Hadits Shahih:
Mendebat al-Qur’an adalah kufur

2 macam perdebatan menurut Syekh Hutsaimin:

  1. Perdebatan yang tanpa dasar, yakni debatnya orang-orang yang tidak berilmu dan hanya ingin menang saja –> tercela
  2. Perdebatan yang ingin mencari kebenaran dengan akhlak yang baik –> diperbolehkan

Terkadang orang itu sering kali tidak mau kalah dalam berbicara sehingga terjadilah perdebatan. Ia berpikir bahwa ketika bisa berdebat, maka ia akan menang dan puas. Padahal, sesungguhnya ia kalah karena tidak ada gunanya. Kemenangan di atas perdebatan yang menyakiti itu sesungguhnya adalah kekalahan dari sudut diplomasi. Ada ungkapan bahwa lebih baik kalah di omongan tapi menang di agenda, ketimbang menang di omongan tapi kalah di agenda. Itulah perlunya kita menghindari akhlak ini dan semoga Allah selalu menjaga kita.

Beberapa contoh debat yang diizinkan di dalam al-Qur’an dan Sunnah:

  1. Dialog antara Nabi Nuh dan kaumnya yang menentang Allah (QS Hud (11):25-33)
  2. Dialog antara Nabi Ibrahim dengan ayahnya dan kaumnya (QS Al-An’am (6):74-83)
  3. Dialog antara Umar, Abu Bakar dan Rasulullah tentang perdamaian Hudaibiyah

Dialog-dialog ini dapat diizinkan dan terpuji karena menggunakan data, tidak ada suara tinggi, dan tidak menolak kebenaran.

Etika dalam berdebat agar debat bisa bergeser dari debat buruk menjadi dialog yang baik:

  1. Memiliki niat yang baik untuk mencari kebenaran, tidak ingin menang sendiri dan tidak sombong
  2. Memiliki data yang cukup
  3. Memiliki kemampuan untuk mengembalikannya kepada bukti
  4. Memuliakan dan tidak menghinakan lawan bicara selama berdialog
  5. Mendahulukan hal-hal yang lebih penting daripada hal-hal yang tidak penting
  6. Menghindari pembicaraan yang panjang lebar yang tidak berfokus kepada tujuan

TANYA JAWAB

1. Dalam kehidupan keluarga, seringkali kita beda pendapat dengan anggota keluarga. Bagaimana kiat-kiat menghadapi anggota keluarga yang bersikeras mempertahankan pendapatnya sekalipun sebenarnya salah?
Ketika menghadapi yang ngotot atau bersikeras, kita sebaiknya berdiam saja. Kita meninggalkan debat meskipun kita benar dan kita akan bisa selesaikan dengan cara yang lain pada waktunya nanti.

2. Bagaimana usaha untuk meyakinkan orang lain yang suka berdebat untuk bisa mengerti maksud kita?
Kalau kita meyakinkan dengan dasar dan etika yang baik, maka ini bukan termasuk debat yang tercela. Namun secara umum, perlu strategi yang dicari untuk bisa menyampaikan kebenaran kepada orang semacam ini, misalkan dengan ilmu.

3. Sifat suka berdebat itu apakah termasuk kategori sombong?
Bisa jadi ada hubungan namun perlu dibuktikan. Ada orang yang suka berdebat karena merasa paling benar sehingga tidak ingin dikalahkan, namun ada juga orang yang dasarnya suka berdebat.

wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Comments to: KAA81. Bahaya Suka Berdebat

Your email address will not be published. Required fields are marked *