1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH53. Kitab Al-Hikam – Hikmah ke-62 (Jangan Salah Bergantung) & ke-63 (Cobaan Bagi Yang Tidak Mau Mendekat)

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 2 Rabiul Akhir 1445 H / 17 Oktober 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

HIKMAH KE-62: JANGAN SALAH BERGANTUNG
  1. أنْتَ حُرٌ مِمّا أنْتَ عَنْهُ آيِسٌ. وَعَبْدٌ لِما أنْتَ لَهُ طامِعٌ.
    Engkau merdeka dari segala yang engkau berlepas diri darinya, dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau tamak terhadapnya

Engkau ini bebas dari apa yang engkau putus asai, dan engkau akan menjadi hambanya dari apa yang engkau inginkan. Engkau ini bebas dari segala sesuatu dimana engkau ini sudah putus asa darinya. Putus asa dari sesuatu itu menjadi bukti selesainya hati dari sesuatu itu. Demikian itu adalah kebebasan sejati. Sebagaimana menginginkan sesuatu yakni menunjukkan cintanya pada hal itu dan keinginan atau keperluannya yang sangat besar untuk mencapainya, maka hal itu merupakan penghambaan yang nyata baginya.

Ada sebuah syair yang berbunyi, “Seorang hamba sahaya itu menjadi merdeka jika dia ridha. Dan seorang yang merdeka itu bisa menjadi hamba sahaya jika ia terus meminta. Maka ridha-lah atas apa yang ada dan jangan menginginkan apa yang ada selain Allah. Tidak ada sesuatu yang menghinakan dan merepotkan selain tamak.”

Ada syair lain yang berbunyi, “Merendahkan kepada Allah dan jangan menghiba kepada manusia. Ridha-lah apa yang ada dengan kehormatan diri karena sesungguhnya kehormatan atau kemuliaan diri itu dalam putus asa yakni dalam keadaan sudah tidak berharap atau sudah memutus harapan. Orang yang kaya dan cukup itu adalah orang yang tidak lagi bergantung kepada orang lain.”

Ini adalah hikmah yang mengajarkan kepada kita untuk mengelola hati, selalu merdeka, tidak tertindas dan juga tidak terjajah. Kita itu merdeka dari apa-apa yang kita sudah putus harapan atasnya. Contoh yang mudah, misalkan ada seseorang pria yang menginginkan seorang wanita sampai-sampai kuliah tidak tenang dan makan tidak nyaman, maka sesungguhnya ia sudah terjajah oleh wania itu. Namun jika ia sama sekali tidak lagi berharap kepada wanita itu, maka ia sesungguhnya sudah merdeka darinya.

Kita harus memutus harapan kita kepada selain Allah. Dengan demikian, kita akan merdeka dari orang lain dan urusan dunia. Sebaliknya ketika saking menginginkan harta, seseorang bisa menjadi budaknya harta. Saking menginginkan posisi, seseorang bisa menjadi budaknya posisi. Hidupnya menjadi tidak merdeka.

# Pesan utama dari hikmah ke-62:

  1. Hendaknya kita terus berlatih untuk memutus harapan kepada selain Allah. Hati ini sudah putus harapannya kepada selain Allah. Begitu kita bisa memutus harapan kepada selain Allah, maka kita akan merdeka. Seseorang akan menjadi budak dari apa yang ia inginkan dan ia harapkan.
  2. Kita harus terus menumbuhkan rasa harap dan ingin sekali kepada Allah agar kita menjadi hambanya Allah. Jangan sampai keadaannya terbalik, yakni ketika kita menjadi hambanya makhluknya Allah. Kita harus merdeka dari makhluknya Allah.

Menghibalah kepada Allah, jangan menghiba kepada makhluk-Nya. Kehormatan dan kemuliaan itu terjadi ketika engkau memutus harapan kepada makhluknya Allah.

Kapankah hikmah itu datang?
Hikmah itu datang dari:

  1. Kebersihan hati
  2. Pendalaman ilmu
  3. Pengalaman hidup

Untuk mendapatkan hikmah-hikmah ini, kita perlu terus untuk mengasah dan mengasah hati agar hati terus bisa dekat kepada Allah, bergantung kepada Allah, berharap kepada Allah, putus harapan kepada makhluknya Allah dan berharap hanya kepada Allah. Ini adalah proses kematangan jiwa yang perlu ditekuni.

Proses untuk menuju ke keadaan hati yang seperti ini memang membutuhkan waktu. Setiap saat kita membaca “Hanya kepada-Mu kami menghamba”. Namun, apakah kita sudah demikian? Bisa jadi kita masih menghamba kepada harta, posisi, orang lain dan bukan kepada Allah. Sesungguhnya manusia itu sangatlah membutuhkan Allah yang Maha Kaya.


TANYA JAWAB

1. Bagaimana menerapkan sikap profesional terhadap karyawan, misal saat ada yang izin karena ada kepentingan keluarga padahal perannya penting di kantor?
Hubungan dengan manusia itu diletakkan sebagai sebab basyari, yakni dijalankan sesuai dengan prosedur. Namun, hakikat perkara tetap berharap bukan kepada manusia melainkan kepada Allah. Contoh yang lain, ketika seseorang pergi ke dokter untuk meminta satu prosedur berobat, namun di hatinya tetap kepada Allah untuk meminta kesembuhan. Kita berharap hanya kepada Allah.

2. Hakikat perkara adalah bergantung kepada Allah. Namun dalam prakteknya adalah kita selalu berhubungan dengan manusia. Apakah berarti setiap saat kita harus berdoa kepada Allah?
Tiga posisi dalam doa:

  1. Sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah
  2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah
  3. Sebagai bentuk permohonan kepada Allah

3. Bagaimana agar kita bisa selalu bergantung kepada Allah dan melawan hati yang selalu waswas?

  • Memperbanyak dzikir kepada Allah, terutama dzikir tauhid
  • Memperbanyak dzikir hasbiAllah wa ni’mal wakil
  • Memperbanyak dzikir lahawla wala quwwata illabillah
  • Bertafakur terhadap urusan hidup kita

HIKMAH KE-63: COBAAN BAGI YANG TIDAK MAU MENDEKAT KEPADA ALLAH
  1. مَنْ لَمْ يُقْبِلْ عَلى اللهِ بِمُلاطَفاتِ الإحْسانِ قِيْدَ إلَيْهِ بِسَلاسِلِ الامْتِحانِ.
    Siapa yang tidak mendekat kepada Allah dengan halusnya kebaikan yang Dia berikan, maka ia akan diseret (supaya mendekat) dengan rantai cobaan

Kalau ada orang yang tidak sempat menghadap Allah karena merasa diberikan ihsan atau kelembutan atas kebaikan Allah, maka ia akan digiring kepada Allah dengan ujian sehingga pada akhirnya ia akan menghadap kepada Allah.

Barangsiapa yang tidak cepat menghadap kepada Allah dengan kelembutan atau ihsannya Allah kepadanya, maka Allah akan menggiring hamba ini kepada-Nya dengan ujian-ujian. Jiwa yang mulia akan menghadap kepada Allah dengan ihsan-Nya. Dan jiwa yang buruk tidak kembali kepada Allah kecuali dengan ujian dan bala. Kehendak Allah dari hamba-Nya ini adalah agar hamba ini kembali kepada Allah dengan senang hati atau terpaksa.

Hamba yang diingatkan dengan ujian ini sebenarnya diberikan kebaikan oleh Allah karena tidak dibiarkan terlunta-lunta untuk mengurus hidupnya sendiri. Ia dipaksa untuk kembali kepada Allah.

# Pesan dari hikmah:

  1. Agar kita selalu menghadap Allah dan hendaknya kita menghadap Allah karena kita sudah bisa merasakan ihsannya Allah. Kalau tidak, kita akan dipaksa untuk menghadap Allah dengan ujiannya. Dan sekalipun ujian ini terjadi, sebenarnya keadaan ini juga adalah baik karena Allah masih menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya. Kita harus benar-benar bisa menghadap Allah dan jangan pernah berpaling sedikit pun. Dengan demikian, kita akan menghadap Allah dengan sukarela dan bersenang hati.
  2. Sekiranya ujian itu terjadi dan akhirnya kita seperti dipaksa menghadap Allah, maka ini sebenarnya adalah masih baik karena Allah masih menginginkan kebaikan atas kita. Keadaan yang lebih berbahaya adalah ketika kita dibiarkan sama sekali oleh Allah. Bentuk ujian itu berbeda-beda bagi setiap hamba Allah. Orang-orang shaleh itu diuji bukan karena berpaling namun karena Allah menginginkan agar mereka bisa naik kelas dan lebih dekat kepada Allah.

# Penutup
Ayo terus menjadi hamba Allah yang terus menghadap-Nya pada saat menjalankan ibadah maghdah ataupun ibadah ghairu maghdah (yakni di kehidupan sehari-hari). Bentuk berpaling dari Allah adalah bermaksiat dan meninggalkan kewajiban. Bentuk berpaling yang lain juga seperti goflah atau lalai dari mengingat Allah. Semoga kita terus mendapatkan kebaikan dari Allah SWT.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Comments to: KAH53. Kitab Al-Hikam – Hikmah ke-62 (Jangan Salah Bergantung) & ke-63 (Cobaan Bagi Yang Tidak Mau Mendekat)

Your email address will not be published. Required fields are marked *