Kuliah Al-Hikam – Selasa, 16 Rajab 1444 H / 7 Februari 2023
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Al-Hikam, Hikmah ke-24
“Jangan engkau merasa heran atas jatuhnya (terjadinya) ujian-ujian selama engkau berada di dunia ini, karena tidaklah ujian-ujian itu tampak (terjadi) melainkan itu adalah sifat yang melekat padanya dan merupakan hal yang wajib atasnya.”
Kita disadarkan akan kondisi yang melekat pada dunia yakni terjadinya ujian-ujian. Selama kita di dunia, maka ujian-ujian akan selalu terjadi. Ada orang yang diuji kesehatannya, namun dikaruniai harta. Ada orang yang diuji hartanya, namun dikaruniai anak. Ada orang yang diuji tanpa istri, namun dikaruniai banyak teman. Ada orang yang dimuliakan di dunia, namun tidak memiliki harta. Demikianlah dunia ini dan segala sifat atau hak atas dunia yang melekat. Maka dari itu, janganlah heran atas segala yang terjadi ini selama kita masih berada di dunia.
Kenyamanan itu hanya akan terjadi di akhirat (surga) sedangkan yang terjadi di dunia itu adalah ujian-ujian. Setiap orang akan selalu melihat satu dengan yang lain dan sebenarnya masing-masing sudah ada ujiannya. Janganlah pernah berharap tidak adanya masalah atau ujian selama berada di dunia. Sifat yang melekat pada dunia adalah yang seperti ini.
Allah tegaskan di dalam al-Qur’an mengenai ujian:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿ ٣٥﴾
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [QS Al-Anbiya (21):35]
Dunia disebut dengan daarufitnah (negeri ujian). Oleh karena itu, yang perlu disiapkan adalah sikap menghadapi ujian. Rasulullah adalah orang yang paling mulia dan tidak pernah salah dan hidup penuh dengan ujian. Nabi Adam pun hidup dengan ujian, memiliki anak yang taat dan yang tidak. Demikian pula dengan Nabi Nuh dan Nabi Yahya. Nabi Isa dikejar-kejar untuk dibunuh. Orang-orang yang suci itu hidup dengan penuh ujian. Tidak ada orang-orang yang hidup biasa-biasa saja tanpa ujian. Selama orang itu hidup di dunia, ia akan mendapatkan ujian.
# Sifat-sifat ujian di dunia
- Sifat dasar dunia adalah hadirnya ujian-ujian
- Ujian itu ada yang bersifat menyedihkan dan menyenangkan (QS 21:35)
- Secara umum, orang bisa melewati ujian kesulitan dibandingkan ujian kenikmatan
- Yang dimaksud lulus menghadapi ujian adalah tetap menjalankan ketaatan selama ujian berlangsung
1. Sifat dasar dunia adalah hadirnya ujian-ujian, sehingga kita tidak heran ataupun terkagum-kagum ketika terjadi ujian atas diri kita.
2. Ujian itu ada yang bersifat menyedihkan dan menyenangkan (QS 21:35), kesusahan dan kenikmatan.
3. Secara umum, orang bisa melewati ujian kesulitan dibandingkan ujian kenikmatan. Yang dimaksud melewati itu adalah tetap bersikap taat dan baik selama ujian berlangsung. Namun begitu diberikan kelapangan, yang sering terjadi adalah orang menjadi tidak taat. Orang lebih bisa mudah lulus dalam ujian kesulitan.
Keberlimpahan dunia itu adalah ujian. Nabi menegaskan:
Aku tidak takut kalian fakir, namun aku takut ketika Allah buka kepada kalian dunia sehingga kalian berlomba-lomba mendapatkan dunia, maka dunia tadi menghancurkan kalian sebagaimana dunia menghancurkan umat sebelumnya.
4. Yang dimaksud lulus menghadapi ujian adalah tetap menjalankan ketaatan selama ujian berlangsung. Seseorang menjadi baik selama ujian dan menjadi semakin lebih baik setelah ujian selesai. Pada dasarnya, yang utama adalah seseorang itu sampai pada tujuan.
# Sikap-sikap menghadapi ujian di dunia
- Memahami betul kondisi dunia yang merupakan tempat ujian
- Menguatkan diri dengan iman
- Menguatkan sikap mental dan akhlak melalui tazkiyatun nafs
- Belajar menemukan hikmah pada setiap ujian
Kita perlu mempersiapkan diri dan memiliki sikap-sikap yang tepat dalam menghadapi ujian selama kehidupan di dunia.
1. Memahami betul kondisi dunia yang merupakan tempat ujian, sehingga seseorang sudah bersiap diri atas apa yang terjadi di dunia.
2. Menguatkan diri dengan iman. Ibaratnya dalam sebuah perjalanan, ada jalanan yang lurus dan ada jalanan yang berbelok dan curam. Tidak menutup kemungkinan akan ada hujan badai dan menemui gangguan-gangguan binatang buas selama di perjalanan. Setelah mengetahui semua hal ini, kita harus mempunyai kesiapan mental untuk kuat melaluinya. Bahasa agama atas persiapan ini adalah memilki iman. Setiap dari kita akan memiliki jalan hidupnya sendiri sehingga tidak perlu iri dengan jalan hidup orang lain.
3. Menguatkan sikap mental dan akhlak melalui tazkiyatun nafs. Saat ada ujian kesulitan, sikapnya adalah bersabar. Saat ada ujian kenikmatan, sikapnya adalah bersyukur. Hidup Rasulullah itu tidak ada enaknya (banyak ujian), namun Nabi tidak mengeluh dan menjalaninya terus. Ada sikap qanaah, yakni merasa cukup dan menerima semua pemberian Allah.
Hidup ini bukan mengenai apa yang terjadi, namun mengenai bagaimana sikap kita menghadapi yang terjadi. Jika sikap kita tidak tepat, maka ujian sekecil apapun akan membuat kita sengsara.
4. Belajar menemukan hikmah pada setiap ujian karena Allah tidak dzalim pada Hamba-Nya. Allah sayang pada hamba-Nya dan Allah Maha Pemberi. Kalau kita bisa menangkapnya, maka hal ini akan menambah kekaguman dan ma’rifah kita kepada Allah sehingga mendorong kita untuk semakin bersujud kepada Allah. Pesan indah ini terkadang menguatkan dan menghibur kita untuk bisa melewati jalan berikutnya. Allah hendak memberikan kebahagiaan dengan cara yang unik.
Antara ujian kesulitan dan kenikmatan
Kata ujian itu identik dengan hal-hal yang sulit. Seringkali, kenikmatan itu tidak disebut dengan ujian. Padahal, hakikat perkara adalah bahwa kesulitan dan kenikmatan itu adalah merupakan ujian.
TANYA JAWAB
Bagaimana tips untuk menguatkan iman kepada Allah?
- Ma’rifatullah, mengenali Allah dengan baik.
- Taqarrub, mendekat kepada Allah.
- Tafakkur, mengenali ciptaan Allah sehingga mengetahui bahwa keputusan Allah mencakup seluruhnya
- Menyelami sejarah hidup kita sendiri
- Mengetahui sejarah hidup bangsa-bangsa
Apakah jika kita terus diuji oleh Allah dengan bentuk ujian yang sama itu berarti kita belum lulus dari ujian tersebut?
Tentunya yang mengetahui hal itu adalah Allah. Namun ketika kita berbicara hikmah, maka pendapat ini bisa dapat dibenarkan untuk menguatkan sikap-sikap kita menghadapinya walaupun tidak seluruhnya seperti ini. Bisa jadi ada orang yang sudah ditetapkan untuk hidup seperti itu.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)
No Comments
Leave a comment Cancel