1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH02. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-2

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 3 Safar 1444 H / 30 Agustus 2022

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Pengantar

Al Hikam sebagaimana namanya yaitu hikmah-hikmah. Pemaparannya bisa jadi tidak berurutan. Beruntunglah bagi mereka yang sudah bisa rutin dalam mengikuti kajian Tazkiyatun Nafs. Tazkiyatun Nafs adalah kematangan hati dan kematangan berpikir untuk bisa memahami tentang masalah hati.

Meskipun kajian ini berupa hikmah-hikmah yang tidak berurutan, akan tetapi ada mutiara-mutiara yang menjadikan seperti menjadi berurutan. Tatkala seorang mulai berhijrah untuk memperbaiki diri, (yang dikerjakannya) adalah memperbanyak amal. Namun, janganlah tertipu dengan banyaknya amalan.

HIKMAH KEDUA
Maqom Tajrid dan Maqom Asbab

‎اِرادَاتُكَ التَّجْرِيد مَعَ اِقَامَةِالّلهِ اِيَّاكَ فِى الْاَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ ، وَاِرَادَتُكَ الْاَسْبَابَ مَعَ اِقَمَةِاللّهِ فِى التَّجْرِيْدِ اِنْحِطَاطٌ عَنْ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ

Keinginanmu untuk ber-Tajrid (Mengkhususkan ibadah dan meninggalkan usaha mencari rejeki) sedangkan Allah menempatkanmu di dalam al-Asbab (sebab akibat, melakukan usaha mencari rejeki) adalah termasuk ke dalam syahwat yang tersembunyi. Dan keinginanmu ke dalam maqom al-Asbab sedangkan Allah menempatkanmu ke dalam maqom Tajrid, adalah suatu penurunan himmah atau semangat yang tinggi.

Ada 2 maqom bagi orang-orang yang memperbaiki diri atau orang yang taqqarub kepada Allah (orang terkesima dengan tazkiyatun nafs):
1. Allah tempatkan dia di maqam Asbab, yaitu Allah tempatkan Mutasabbib (orang yang mengambil sebab). Setiap orang menjadi sakilah. Contoh: mencari rezeki. Manusia yang mengandalkan kekuatan sebab untuk mendapatkan akibat (hasil) itu yang dinamakan ahli asbab.

2. Orang yang mengambil At-Tajrid, yaitu orang yang mengambil sakilah-nya adalah Allah mendorong dia untuk melayani agama ini. (Minkhimatillah) mulai dari belajar ilmu, mengajarkan ilmu, yaitu hari-hari diiisi dengan kesibukan itu. Bagaimana dengan ilmu tasawuf, disini ada perdebatan, yaitu tidak selalu benar dan tidak seluruhnya salah.

Ada orang yang sehari-harinya mengurus agama Allah dan dekat dengan Allah SWT. Tajrid adalah sebuah kondisi dimana seseorang tidak memiliki kesibukan duniawi. Imam Al Bashri mengatakan: “saya makan dari hadiah orang”.

Orang yang ditempatkan Allah dari Al-Asbab yaitu orang yang mencari rezeki. Keinginanmu untuk tajrid (tawakkal, berserah diri seutuhnya kepada Allah), sementara Allah masih menghendaki engkau di dalam asbab (dituntut melakukan usaha) merupakan syahwah yang tersamar (tersembunyi).

Pada dasarnya, seseorang mengambil tajrid tatkala dia sudah lelah dengan Al-Asbab. Ketika Allah menghidupkanmu di posisi Tajrid, adalah dengan menugaskanmu dan engkau ingin mengambil sebab karena untuk memenuhi perintah Allah, yaitu dalam rangka etika sebuah muslim sehingga terjerembab dengan cita-cita luhur tanpa tersibukkan dengan urusan duniawi.

Kalau Allah tempatkan kita di level Tajrid, maka banyak sabarnya untuk kemudian engkau menjalankan dengan baik. Kalau Allah tempatkan kita di level Asbab, maka engkau ditempatkan untuk mencari nafkah (mencari rezeki). Keduanya adalah jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Salah satu pokok pembahasannya adalah di maqam yang mana kita ditempatkan, apakah tajrid atau Asbab? Semua tergantung dari perjalanan hidup masing-masing orang karena keduanya dijalankan atas perintah dari Allah SWT.

Apakah kita didorong ke arah tajrid? Ya, karena tajrid adalah suatu perintah Allah SWT.

Adakalanya Allah menempatkan seseorang dalam dunia asbab dalam kurun tertentu, misalnya untuk mencari nafkah, mengurus keluarga.
Bila seseorang sedang Allah tempatkan dalam kondisi asbab itu, namun dia berkeinginan untuk tajrid, maka itu dikatakan sebagai syahwat yang samar. Sebaliknya, saat Allah menempatkan seseorang dalam tajrid, namun dia justru menginginkan asbab, maka itu merupakan sebuah kejatuhan dari keinginan yang tinggi.

Menurut Ali bin Abi Thalib, rezeki ada 2, yaitu:

  1. Rezeki yang dicari
  2. Rezeki yang mencarimu

Secara umum, kedua perintah itu ada:

  • Tajrid itu adalah seseorang yang hidup secara khusus untuk beribadah kepada Allah, seperti mengajar agama, berdzikir, mengurus agama Allah dsb.
  • Asbab adalah seseorang yang dekat sama Allah tetapi masih bekerja tanpa meninggalkan dzikir, sholat, dan ibadah lain. Disyukuri saja untuk posisi kita masing-masing.

Orang yang menyadari kekuasaan Allah dalam bentuk hukum sebab-akibat tadi dan meletakan kebergantunganya hanya kepada Allah dan tidak bergantung kepada amal maka orang tersebut dinamakan tajrid.

Ahli tajrid melakukan amal sebagaimana ahli asbab yang mengikuti sunnatullah yaitu hukum sebab akibat, namun perbedaanya adalah penyaksian dalam hati sedangkan asbab berkeyakinan pada sebab akibat sedangkan ahli tajrid berkeyakinan melakukan amal sebagaimana yang diperintah Allah mengikuti sebab akibat dan hasilnya berharap penuh dari Allah.

Orang yang mengambil asbab, maka dia tidak akan maksimal beribadah kepada Allah SWT. Para Ahli Tasawuf yang lama mengatakan bahwa (perjalanan seseorang adalah) dari orang yang Asbab menuju ke Tajrid. Sedangkan orang yang Tajrid akan tetap diposisi tajrid.

Ketika seseorang ada di Asbab, maka bisa ke posisi tajrid. Bagi orang-orang yang sudah berada di posisi tajrid, maka Allah yang mengatur rezekinya karena memang dia diperintahkan untuk mengurus Agama Allah. Sedangkan Asbab adalah ketika seseorang mencari rezeki (bekerja) tetapi sama tetap sama berada di jalan menuju Allah.
Ada orang yang ditempatkan di posisi Tajrid dan ada orang yang ditempatkan di posisi Asbab.

Seseorang yang berada di posisi Tajrid adalah seseorang yang senantisa mengurus agama Allah sebagai hadiah dari Allah SWT. Setiap orang bekerja dengan sakilahnya (potongannya). Contoh: seorang hamba sahaya yang hanya menemani majikannya. Kewajiban seorang hamba adalah menyerahkan kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apa lagi kalau majikan itu adalah Allah yang maha mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Tanda-tanda bahwa Allah menempatkan diri kita ke dalam golongan orang yang harus berusaha (asbab) adalah apabila terasa ringan baginya, sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamanya dan juga menyebabkan dirinya tidak tamak terhadap milik orang lain.

Tanda-tanda bahwa Allah mendudukkan diri kita dalam golongan hamba yang tidak berusaha (Tajrid) adalah apabila Allah memudahkan bagi kita untuk keperluan hidup dari jalan yang tidak disangka-sangka, kemudian jiwa kita tetap tenang ketika terjadi kekurangan karena tetap ingat dan bersandar kepada Allah dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (UZ)

Comments to: KAH02. Kitab Al-Hikam Hikmah ke-2

Your email address will not be published. Required fields are marked *