Kuliah Al-Hikam – Selasa, 10 Safar 1444 H / 6 September 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
Al-Hikam Hikmah ke-2: Tambahan penjelasan materi
Di dalam Hikmah yang ke-2 jika dari sudut kajian ilmu Tazkiyatun Nafs, kategori seseorang itu terbagi menjadi 2, yaitu:*
1. Maqom Asbab, adalah orang yang Allah kehendaki untuk mengambil sebab-sebab dzohir untuk menjalankan hidupnya dalam memenuhi kebutuhannya dan metaati Rabb-Nya.
2. Maqom Tajrid, adalah orang yang Allah kehendaki untuk tidak mengambil sebab dzohir, menjalankan perintah-perintah Allah secara totalitas dan Allah yang memenuhi semua kebutuhannya.
Salah satu dasar hukum maqom Asbab adalah:
إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar Rad: 11)
Salah satu dasar hukum dari maqom Tajrid adalah:
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah (QS At Taghabun: 11)
“Itu semua sudah dicatat dalam kitab sebelum Allah menciptakan semuanya.”
Dua ayat ini mempunyai makna komprensif dalam memahami qodha dan qodhar, yaitu:
- Allah kuasa atas segalah sesuatu
- Allah telah menetapkan sebab dan akibat, oleh karena itu manusia wajib berusaha, wajib pasrah dan bertawakkal kepada Allah.
Ada yang Allah kehendaki yang mempunyai sebab dzohir dan dan ada yang Allah kehendaki tidak mengambil dzohir. Contoh: ada kelompok manusia yang tidak mengambil sebab keduanya (asbab), yaitu:
- Anak-anak. Mereka tidak mencari rezeki sendiri tapi Allah penuhi kebutuhannya dan rezekinya. Anak-anak bertugas hanya untuk sekolah dan kebutuhannya akan dipenuhi oleh orang tuanya.
- Para isteri. Mereka tidak mencari nafkah namun sudah terpenuhi kebutuhan dan rezekinya oleh suaminya yang mencari nafkah.
Dengan demikian, ketika engkau berada di maqom Asbab maka nikmatilah maqam asbab. Ketika engkau di maqom tajrid maka nikmatilah maqom tajrid itu. “Dua itu sebaik-baik sebab”.
Maqom Nabi ada 2, yaitu:
- Maqom tajrid, salah satunya adalah berdakwah.
- Maqom Asbab, salah satunya adalah doa.
Kalau Allah sudah tempatkan seseorang di maqom Tajrid lalu ia ingin pindah ke maqom asbab, maka ini adalah adanya syahwat tersembunyi.
Al-Hikam Hikmah ke-3
سَوَابِقُ الْهِمَمِ لَا تَحْرِقُ أَسْرَارَ الْأَقْدَارِ.
”Menggebunya semangat itu tidak dapat menembus benteng takdir.”
Keinginan yang sangat membumbung tinggi tidak akan merobek dinding pagar keinginan Allah. Apapun keinginan kita tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Jangan sampai keinginan atau cita-cita kita itu membuat jauh dari Allah. Kita masih boleh bercita-cita tinggi. Namun, apapun yang kita cita-citakan itu tidak akan tembus tanpa kehendak Allah. Untuk itu, tugas utama kita adalah untuk menghamba kepada Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Az Zariyat 56).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau”
إنَّ الدُّنيا حلوةٌ خَضِرة، وإنَّ الله مُستخلفكم فيها، فينظر كيف تعملُون
Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- menyerupakan dunia dengan buah-buahan manis dan hijau karena disukai dan menarik.
Kata manis melahirkan pribahasa yaitu semut mendatangi gula. “Dimana ada gula disitu ada semut”. Perkara-perkara yang menarik disebut hijau. Seperti rumput tetangga lebih hijau. Apa-apa yang serba hijau akan lebih disenangi.
“Dunia itu manis dan hijau.” Artinya, dunia itu manis rasanya, penuh kelezatan dan kenikmatan. Dan hijau adalah bahwa dunia indah dipandang dan bisa menyegarkan mata.
Jika ada sesuatu yang manis rasanya dan hijau berada di depan mata, maka mata akan menangkapnya terlebih dahulu dan setelah itu barulah jiwa yang akan berusaha mencapainya. Allah memberikan kita syahwat. Akan tetapi, ambisi kita itu tidak bisa merubah apa-apa.
Kita diperbolehkan mempunyai cita-cita & mimpi yang tinggi asalkan tidak sampai merusak agama kita. Misalkan: lalai dari sholat, tidak pernah dzikir, tidak pernah tilawah, dsb. Cita-cita kita yang sudah ada itu tidak bisa mengalahkan ketentuan takdir Allah.
Kita jangan memaksa waktu namun waktu kita jalani saja. Setiap kita ini punya irtibat (hubungan-hubungan). Jikta kita terlalu berambisi untuk mengejar keinginan dan mimpi, hal ini tidak akan mengubah apa-apa tanpa kehendak Allah.
Syekh Al Kamal: “Jika engkau gagal, maka berusaha lagi.” Letak usaha adalah sebagai amal sholeh berupa pemenuhan perintah Allah. Hasil itu adalah keputusan Robb kita.
Allah itu maha Rahman dan maha Rahim:
لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ
Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan (QS An nisa: 2)
In Syaa Allah, Allah akan memperbaiki hasilnya.
Yang harus dilakukan mencapai target:
- Mengukur kadar diri
- Mengukur kemampuan
Dengan mempelajari Tazkiyatun Nafs, kita akan memandang hidup ini untuk apa dan kemudian meluruskan tujuan hidup. Hal ini perlu kematangan. Cita-cita kita ini kita jalankan saja dengan kehendak Allah, dengan terus memperbaiki hati dan memperbaiki diri menjadi hamba Allah.
TANYA JAWAB
Apakah yang dimaksud dengan rileks terhadap usaha? Misalkan dalam hal mendidik anak yang saat ini banyak sekali tantangannya seperti gadget dll.
Rileks itu bukan santai atau malas, tapi merasa nyaman dalam menjalani. Kita tidak harus memaksakan kehendak kita kepada anak tetapi selalu mendoakan kebaikan kepada anak. Doanya:
Yaa Allah, anak ini adalah hambamu, engkau yang menitipkannya kepada kami, maka kami serahkan urusan dalam mengurus anak ini kepadamu, yaa Allah.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (UZ)
No Comments
Leave a comment Cancel