1. Arsip Kuliah Umum Tematik (KTM)

KTM91. Memahami Konsep Kepemimpinan (2)

Kuliah Tafkir Islami – Kamis, 29 Safar 1445 H / 14 September 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.

‎بسم الله الرحمن الرحيم
‎أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
‎وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# Kurikulum Materi Kuliah Tafkir Islami

  1. Pengantar
  2. Kaidah-Kaidah Umum
  3. Kaidah-Kaidah yang Bersumber dari Fiqih
  4. Kaidah-Kaidah yang Bersumber dari Tsaqafah Islamiyah
    4.1. Empat Hakikat Besar
    4.2. Hukum-hukum di Alam Semesta
    4.3. Konsep-konsep Islam dan Dakwah
    4.3.1. Konsep Islam dan Dakwah
    4.3.2. Konsep Kepemimpinan (Ri’ayah) (materi saat ini)

MEMAHAMI KONSEP KEPEMIMPINAN (RI’AYAH) (BAGIAN 2)

# Karakter dasar yang perlu dimiliki agar peran kepemimpinan muncul:

  1. Kejujuran
  2. Amanah
  3. Bervisi kuat
  4. Bertanggung jawab
  5. Memiliki interpersonal yang baik, terampil bergaul
  6. Penghormatan yang tinggi pada sesama
  7. Adil (fairness)
  8. Terampil eksekusi
  9. Mampu mewujudkan ta’awun (kolaborasi)

7. Adil (Fairness)
Mampu dan bisa melihat hal secara adil. Hampir setiap masalah hubungan antar masyarakat dengan pemimpinnya itu karena tidak adil. Ketidakadilan itu menyebabkan konfrontasi. Bagi yang merasa mendapat perlakuan tidak adil itu akan menolak. Hal ini akan hilang kalau para pemimpinnya memiliki sifat adil.

Sifat adil ini ditekankan betul di dalam Islam. Rasul menyebutkan bahwa kalau Fatimah putrinya mencuri, maka ia akan memotong tangannya. Seorang pemimpin itu tidak boleh bermain-main dengan ketidakadilan. Tidak adil itu bisa berat sebelah, memperlakukan orang dengan cara dzalim.

Beberapa definisi atau makna keadilan:

  1. Definisi para ulama yang populer adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Misal, di waktu ibadah, kita beribadah. Di waktu bekerja, kita bekerja.
  2. Definisi secara sosial: memberikan sesuatu atau bersikap terhadap sesuatu secara proporsional. Misal, uang saku bagi
  3. Bersikap menyamakan, yakni egalitarian. Misal, perihal nasihat. Nasihat itu berlaku untuk semua.
  4. Menempatkan kebenaran sebagai kebenaran dan kesalahan sebagai kesalahan.

Ketika seorang pemimpin kehilangan sifat adil, maka ia akan kehilangan pengaruh untuk mendorong timnya. Misal ketika seorang ayah kehilangan sifat adil terhadap anak-anaknya karena pilih kasih, maka daya kepemimpinan ayah ini menjadi rendah.

8. Terampil eksekusi
Seorang pemimpin itu ikhsan (baik) di dalam eksekusi. Yang membuat sulit adalah ketika wacana yang digulirkan itu tanpa eksekusi. Ada seseorang yang bervisi bagus namun eksekusinya rendah. Ada juga seseorang yang eksekusinya bagus namun visinya rendah. Seorang pemimpin harus bisa menyatukan keduanya.

Contoh yang paling ideal adalah baginda Nabi SAW. Beliau adalah seseorang yang bervisi jauh dan terampil dalam eksekusinya. Kita semua berlatih tumbuh untuk saling melengkapi dan menyempurnakan.

9. Mampu mewujudkan ta’awun (kolaborasi)
Pemimpin itu mengumpulkan banyak orang dan tantangannya adalah membuat orang yang banyak itu untuk saling berkolaborasi dan bukan saling menegasikan. Hal ini membutuhkan satu seni tersendiri dan kemampuan untuk membangun kolaborasi. Kemampuan ini tumbuh dari beberapa akhlak mulia, misal menghargai, bisa mendengarkan, bisa melihat kemampuan dan seterusnya. Kalau seorang pemimpin tidak bisa membangun kolaborasi dan membuat orang lain itu untuk berkolaborasi, maka ia bukanlah seorang pemimpin dan hanya seorang single fighter.

Contoh yang sangat baik adalah Rasulullah SAW. Sedari awal, beliau mengajak seluruh sahabatnya untuk berkolaborasi dalam perjalanan dakwahnya. Mulai dari Khadijah istrinya, Abu Bakar dengan posisi dan hartanya, Utsman dengan hartanya, Talhah, Ali yang pemberani, dan seterusnya. Tidak ada satupun yang tidak berperan. Dalam satu tim itu tidak perlu banyak orang namun yang penting adalah semua anggota tim itu berperan.

Kita tidak boleh berputus asa untuk terus mengasah kebaikan. Kebaikan itu tidak melihat usia. Sekalipun sudah berumur, kebaikan itu perlu terus diasah. Dengan memahami materi ini, minimal kita bisa bermanfaat untuk keluarga kita. Anak-anak terdidik dan bisa diraih. Yang dewasa bisa saling bahu membahu untuk mewujudkan keluarga yang baik. Kalau kemampuan ini tidak diasah, maka seorang ibu itu tidak bisa menasihati anak-anaknya dan seorang ayah tidak bisa membawa keluarganya ke arah kebaikan.

# Pesan utama
Pada setiap muslim itu ada fungsi kepemimpinan (ri’ayah) yang melekat ke dalam masing-masing individunya. Pesan utamanya adalah bahwa setiap muslim itu da’i dan setiap da’i adalah pemimpin. Pemimpin itu memiliki tanggung jawab besar kepada lingkungannya. Allah ciptakan manusia itu bukan hanya untuk dirinya namun untuk lingkungannya. Mindset ini akan menjadikan seorang muslim berkembang pesat. Di dalam kepemimpinan, kontennya adalah dakwah.


# Fungsi-fungsi dalam Ri’ayah

  1. Fungsi mendorong kebaikan atau memotivasi
  2. Fungsi koordinasi
  3. Fungsi evaluasi

1. Fungsi mendorong kebaikan atau memotivasi
Seorang pemimpin memiliki fungsi untuk memotivasi sekitarnya untuk berbuat baik. Oleh karena itu, ia tidak boleh kehilangan semangat berbuat baik. Yang membedakan seorang pemimpin dengan yang lainnya adalah di hal ini. Ia mendorong dirinya dan orang lain untuk berbuat baik. Ia tidak bosan-bosan untuk memotivasi sekitarnya untuk terus berbuat baik.

Ketika seorang pemimpin baik suasana batinnya sejak pagi hari, maka ia akan sudah terkondisikan untuk berbuat baik dan memotivasi orang lain. Seorang pemimpin itu tidak boleh kehilangan semangat untuk ini. Fungsi memotivasi berarti memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan kemampuan untuk mengkoordinasi.

Seorang ayah dan ibu perlu memiliki sesi yang khusus bagi anak-anaknya untuk menyampaikan kebaikan dan hal ini sangat baik sekali.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad) (1)

Keluarga adalah ruang lingkup yang sangat penting agar peran memotivasi itu perlu ditumbuhkan. Kalau konsep dakwah dan kepemimpinan itu tidak ditanamkan sejak awal, maka kebaikan itu tidak akan bisa mengalir.

2. Fungsi koordinasi
Beda seorang pemimpin dan yang lain adalah kemampuannya untuk mengkoordinasi dalam menyatukan semua resources untuk mengerjakan kebaikan. Hal ini perlu dilatih dan tentunya akan terdapat banyak tantangan di lapangan. Keberhasilan kita bisa diukur dari sebaik apa tingkat koordinasi yang sudah dicapai sehingga tidak ada satu pihak yang berjalan sendiri ke tujuan yang berbeda. Satu sama lain harus bisa saling menopang.

Kisah Rasulullah itu sarat sekali dengan fungsi koordinasi. Salah satu kejadian yang paling besar yang bisa banyak diambil ibrahnya adalah peristiwa Hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat.

3. Fungsi evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk bisa mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada. Contoh yang dilakukan Rasulullah adalah evaluasi yang dilakukan selepas peristiwa perang Uhud.

# Urusan Dakwah dengan karunia Allah
Kemampuan seseorang dalam kepemimpinan adalah karunia dari Allah dan kita diwajibkan untuk terus berusaha dan berlatih sehingga suatu saat Allah akan berikan karunia kepada kita atas kemampuan ini. Dengan demikian, kita berharap keluarga kita menjadi lebih bagus, masyarakat lebih bagus dan pahalanya juga menjadi lebih bagus. Sangat disayangkan kalau pahala itu berhenti di diri kita sendiri saja.

# Pesan kepada peserta kuliah
Setiap peserta FHI wajib memiliki proyek sosial, misal membangun majelis, mengajak anak cucunya dan lain sebagainya. Peserta harus naik kelas dari peserta pasif menjadi peserta aktif. Berperan aktif ini akan menyalakan api dan semangat dalam diri kita sehingga tidak sampai pada keadaan stagnasi. Dengan demikian, hidup akan semakin hidup.

# Penutup
Setiap orang adalah da’i dan setiap orang adalah pemimpin. Inilah generasi yang diharapkan sebagaimana yang dicontohkan dalam generasi para sahabat, bukan generasi yang diam ataupun berpangku tangan, bukan generasi yang berwacana tanpa kerja nyata, dan bukan genrasi yang bermimpi tanpa aksi.


TANYA JAWAB
Bagaimana cara mendakwahi keluarga agar lebih masuk?

  1. Mengundang ustadz ke rumah
  2. Mengajak anak-anak hadir ke majelis
  3. Memiliki satu sesi khusus di dalam keluarga untuk menyampaikan kebaikan
  4. Memberikan keteladanan; ini adalah pokok di dalam keluarga
  5. Bersyukur dan beristighfar terhadap kebaikan yang hadir di dalam keluarga agar tidak terkena penyakit ‘ain

wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Kutipan:
(1) https://rumaysho.com/1271-lebih-sekedar-dari-unta-merah.html

Comments to: KTM91. Memahami Konsep Kepemimpinan (2)

Your email address will not be published. Required fields are marked *