1. Arsip Kuliah Umum Tematik (KTM)

KTM58. Berpikir Sesuai Karakter Islam

Kuliah Tafkir Islami – Kamis, 16 Rabiul akhir 1444 H / 10 November 2022

‎بسم الله الرحمن الرحيم
‎أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
‎وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

BERPIKIR SESUAI KARAKTER ISLAM

Kaidah umum:
Kaidah 1 – Yang benar dan salah itu kembali ke syariat
Kaidah 2 – Berpikir sesuai karakter Islam

Pengantar
Ketika seorang muslim itu berpikir, maka ia harus berpikir dengan corak berpikir yang mencerminkan agamanya. Ia tidak berpikir dengen corak-corak yang lain, seperti berpikir dengan corak atheis, kapitalis, hedonis, dan lainnya. Ia seharusnya berpikir dengan cara islami yakni berpikir yang mencerminkan karakter-karakter dan sifat-sifat agama Islam.

Pembagian karakter islam:

  1. Dinnul rahmah; Islam adalah agama yang rahmah
  2. Adil; Islam adalah agama yang adil
# 1. Islam adalah agama yang rahmah

wama arsalnaaka illa rahmatallil ‘aalamiin. Hal ini adalah karakter yang dominan. Di dalam surat Al-Fatihah, disebutkan mengenai sifat rahmat Allah. Rahmat Allah mendahului murka-Nya. Seorang muslim itu berpikir dengan dipandu sifat rahmah ini. Berpikirnya tidak bengis.

Contoh, sikap Nabi yang tidak bengis dalam membawa kebenaran karena selalu dipandu oleh rahmat Allah. ada beberapa konsep dalam islam, misal janganlah engkau memaki-maki tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah. Muslim itu benar, tapi tidak boleh keras dan memaki-maki orang lain. Hal ini tercermin dari cara berpikirnya.

Contoh, ketika berbicara tentang hak dan kewajiban namun tidak melibatkan unsur rahmah, maka akan lahir satu situasi yang benar dari sudut hukum namun dirasa bengis. Hal ini sering terjadi di dalam proses pengadilan. Misal, seorang nenek tua yang mencuri semangka karena menginginkannya namun tidak mempunyai uang. Dari prosedur hukum, perbuatannya salah. Namun dari segi rasa, kita masih bisa memperlakukannya agar ia tetap mengetahui kesalahannya tanpa harus dihukum.

Dalam bab fiqih di Islam, ada prosedur hukum dan ada maksud hukum. Umar lah yang pertama kali mempraktekkan hukum ini. Ia memutuskan untuk tidak menghukum orang-orang kelaparan yang mencuri. Jangan sampai seorang muslim itu benar tapi bersifat bengis.

Dari contoh-contoh Nabi, bersikap benar itu tidak selalu menggunakan pendekatan yang berdasarkan hukum. Ketika Nabi menyuruh Anas untuk pergi ke pasar, Anas mengatakan tidak walaupun di hatinya Anas itu ingin pergi. Nabi kemudian mengingatkannya namun tidak memarahinya. Nabi mengetahui bahwa Anas sedang bercanda. Tidak serta-merta semua tindakan itu harus dalam pendekatan hukum.

Sumber hukum nasional yang digunakan saat ini:

  1. Hukum Islam
  2. Hukum Belanda
  3. Hukum adat
  4. Hukum internasional

Seorang muslim harus berempati dan mengingatkan orang lain. Cara berpikir muslim itu harus menggunakan rasa. Penetapan perkara, pemilihan prosedur dan pemilihan cara itu dipandu dengan kebenaran dan kasih sayang. Orang yang benar itu tidak menyulitkan atau memberatkan.

Rahmah ini harus masuk dalam seluruh dimensi berpikir seseorang, misal:

  • waktu mengambil keputusan
  • waktu menetapkan hukum
  • waktu berdakwah

Ketika berpikir sudah dipandu oleh karakter rahmah, maka tindakan islam itu akan enak dan bukanlah berupa tindakan yang tidak nyaman. Jikalau keputusan-keputusan Nabi hanyalah berdasarkan landasan hukum, maka banyak masalah yang tidak akan diketemui solusinya. Janganlah melihat sesuatu itu hitam atau putih saja. Berpikir tidak boleh hanya menggunakan satu sisi. Kasih sayang ini akan memandu itu semua. Dalam situasi perang sekalipun, seorang muslim tetap penuh kasih sayang. Saat Ibrahim putra Rasulullah sedang sakaratul maut, beliau pun meneteskan air mata. Rasul mengatakan bahwa ini adalah bentuk kasih sayang dan hal ini tidak melanggar syariat.

Beberapa Dalil terkait Rahmah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ ﴿ ١٠٧﴾

wamaa arsalnaaka illaa rahmatan lil’aalamiina
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. [QS Al-Anbiya (21):107]

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ – هُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ ، وَهْوَ وَضْعٌ عِنْدَهُ عَلَى الْعَرْشِ – إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى »

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 7404 dan Muslim no. 2751)

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

# 2. Islam adalah agama yang adil

Adil itu tidak dzalim, fair dan dalam sebagian konteksnya adalah bersikap sama. Adil adalah karakter islam yang harus masuk pada setiap muslim. Kalau orang yang tidak kita sukai itu benar, maka kita tetap perlu benarkan. Kalau apa-apa yang kita pahami itu salah, maka kita mengaku bahwa itu salah. Kalau apa-apa yang orang lain pahami itu benar, maka kita mengakui bahwa itu benar. Bersikap fair. Kalau seseorang kehilangan keadilannya, maka ia akan tersesat. Muslim itu tidak berpihak kepada siapa pun. Ia hanya berpihak kepada kebenaran. Hikmah dan kebenaran itu adalah barang mukmin yang hilang. Jika menemukannya, maka ia mengambilnya kembali.

Contoh, ketika Nabi SAW bersama sahabatnya dalam memperlakukan tawanan perang Badar, Nabi cenderung untuk menebus dan tidak menghukumnya. Namun kemudian turun ayat untuk membunuhnya, maka Nabi mengikutinya.

Kita tidak memaksakan data atau tricky dalam menetapkan perkara. Kalau keadilan itu tidak muncul dalam cara berpikir kita, maka kedzaliman itu akan muncul dalam penetapan keputusan. Mengakali hukum itu tidak diperkenankan dalam islam. Keadilan ini perlu menjiwai cara berpikir kita. Kita akan berlaku adil sewaktu menciptakan dan hukum.

Catatan:

  1. Keadilan itu dekat dengan ketakwaan
  2. Berbuat adil-lah karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil

TANYA JAWAB

Apakah menemukan kebenaran itu perlu kematangan berpikir?
Betul. Menemukan kebenaran itu adalah proses yang tidak berhenti. Seseorang akan menjadi lebih bijak dan lebih matang. Bersikap benar itu ada beberapa pilihan.

wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Comments to: KTM58. Berpikir Sesuai Karakter Islam

Your email address will not be published. Required fields are marked *