1. Arsip Kuliah Tazkiyatun Nafs (KTN)

KTN71. Al-Fattah & Al-Karim

Kuliah Tazkiyatun Nafs – Selasa, 15 Dzulqa’dah 1443H / 14 Juni 2022

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Materi Tazkiyatun Nafs adalah merupakan lanjutan dari materi Adab & Akhlak.

AL-FATTAH

Al Fattah disebutkan di Al Quran yaitu,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‎قُلْ  يَجْمَعُ  بَيْنَـنَا  رَبُّنَا  ثُمَّ  يَفْتَحُ  بَيْنَـنَا  بِا لْحَـقِّ   ۗ وَهُوَ  الْـفَتَّا حُ  الْعَلِيْمُ

“Katakanlah, Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui.” (QS. Saba’ 34: Ayat 26)

Makna Al Fattâh itu adalah Allah Maha Pembuka rahmat, Pembuka pintu kebaikan, keberkahan, pintu rezeki, dan segala bentuk kasih sayang-Nya yang melimpah ruah. Makna ini, antara lain, dapat dipahami dari ayat:
“Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-‘A`raf [7]:96)

Al Fattah maknanya luas yaitu membuka kesulitan dari hamba-Nya dan mempercepat solusi dan mengangkat perkara yang membelit, menghilangkan mudhorot sekaligus memberikan rahmat dan membuka pintu-pintu rezeki.

Al-Fattâh, berasal dari fataha-yaftahu fathan yang berarti membuka. Rahmat yang Allah buka untuk manusia, tidak ada yang menutupnya dan yang menutupnya tidak yang bisa membukanya.

Para Ulama sebagian mengatakan bahwa Al Fattah adalah bahwa Dia membuka teori-teori, pengetahuan-pengetahuan serta pintu-pintu ilmu, pintu-pintu rezeki yang dibutuhkan oleh manusia. Al Fattah adalah Allah membuka pintu wilayah-wilayah atau daerah-daerah bagi orang-orang sholeh.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‎اِنَّا  فَتَحْنَا  لَكَ  فَتْحًا  مُّبِيْنًا  

“Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata,” (QS. Al-Fath 48: Ayat 1)

Seluruh hal yang untuk membuka, maka digunakan Al Fattah.

Ada dua Al Fattah (pembukaan) yaitu:

  1. Allah membuka hal-hal yang terkait dengan syariat dan pembalasan.
    Contohnya: Allah membuka Syariat kepada nabi. Nya sehingga apa saja yang ditentukan oleh syariat, dan membuka lewat Para Nabi Nya. Dan Allah akan memberikan balasan bagi para musuh-musuh yang menentang Nabi.

2 Allah membuka dengan Takbir Qouni.
Allah membuka dengan takdir baik dan takdir buruk.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‎مَا  يَفْتَحِ  اللّٰهُ  لِلنَّا سِ  مِنْ  رَّحْمَةٍ  فَلَا  مُمْسِكَ  لَهَا     ۚ وَمَا  يُمْسِكْ     ۙ فَلَا  مُرْسِلَ  لَهٗ  مِنْۢ  بَعْدِهٖ     ۗ وَهُوَ  الْعَزِ يْزُ  الْحَكِيْمُ

dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. Fatir 35: Ayat 2)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.

Demikian Al Fattah dari asmaNya Allah, dan Al Fattah sifatnya ada dua yaitu Allah membuka lewat syariatNya dan Allah membuka lewat takdirnya.

Apabila Allah membuka Ilmu pengetahuan, Allah buka pintu rezekinya. Allah buka pintu kemudahan. Maka sangat penting sekali berdoa dengan menyebut Al Fattah agar (dibukakan pintu-pintu kebaikan).

Al Fattah bisa disandingkan dengan Asmaul Husna yang lain. contoh: Al Fattah Ar Razaq, Al Fattah Ar Rahman Ar Rahim, Al Fattah Al Karim.

Salah satu Adab berdoa adalah dengan memohon dengan menyebutkan Asmaul Husna. Dengan berdoa dan berbuat baik kepada Allah, In Syaa Allah, Allah wujudkan keinginan kita.

Dalam sunnah Rasulullah SAW dalam berdoa, Al Fattah, kecuali digunakan kata “Iftah”.

Makna dan Hikmah dari Al Fattah:

  1. Hendaknya kita memohon kepada Allah, untuk memohon dibukan kebaikan dunia & akhirat agar Al Fattah Allah yang Maha membuka.
  2. Hendaknlah kita semakin menyakini semua yang terjadi ini adalah keputusan dari Allah, tanpa Fattah dari Allah maka kita akan sulit menjalani hidup ini, yakni harus bersandar kepada Allah yang maha kuasa dan maha pembuka.
  3. Dengan Belajar dari Al Fattah ini adalah piawai dalam membuka setiap solusi dari setiap kesulitan. Jadi pribadi yang membuka pintu kebaikan bagi sesamanya, menjadi kreatif, inovatif, dengan membuka pintu-pintu kebaikan untuk orang lain.

Kalau ada musibah yang menimpa kita adalah:

  1. Sabar
  2. Ridho

Bersamaan dengan sabar maka kita hadirkan sifat Ridho. Bersamaan dengan sifat sabar dan ridho. Maka kita hadirkan pertanyaan kenapa ini terjadi? Sebabnya ada dua yaitu:

  1. Sebab syar’i ada pelanggaran hukum Allah dalam semesta.
  2. Sebab takdir qouni.
    musibah bisa menjadi jalan menuju pintu taubat.

Al Fattah bisa menjadi wirid dalam keseharian kita & Al Fattah bisa menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan.

AL-KARIM

Al Karim disebutkan dalam Al Quran:
‎فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ

Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) ‘Arsy yang mulia. (QS. Al Mu’minum: 116)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‎يٰۤاَ يُّهَا  الْاِ نْسَا نُ  مَا  غَرَّكَ  بِرَبِّكَ  الْكَرِ يْمِ  

“Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pengasih.” (QS. Al-Infitar 82: Ayat 6)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
‎ۗ فَلَمَّا  رَاٰ هُ  مُسْتَقِرًّا  عِنْدَهٗ  قَا لَ  هٰذَا  مِنْ  فَضْلِ  رَبِّيْ   ۗ لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ  اَمْ  اَكْفُرُ   ۗ وَمَنْ  شَكَرَ  فَاِ نَّمَا  يَشْكُرُ  لِنَفْسِهٖ   ۚ وَمَنْ كَفَرَ  فَاِ نَّ  رَبِّيْ  غَنِيٌّ  كَرِ يْمٌ

“Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.” (QS. An-Naml 27: Ayat 40)

secara bahasa karim, akram, dan ikraam berasal dari akar kata kaaf-raa-meem yang memiliki dua arti. Al Karim ada yang menggunakan kata aqrab, Ikro warrubukkal Akrom.

  1. Arti pertama adalah menjadi dermawan atau memberi
  2. Arti kedua adalah sangat dihormati atau dihargai.

Dengan demikian, makna karim meliputi semua yang mengindikasikan hal yang baik, dermawan, dan mulia.

Imam Ghazali menjelaskan Makna Al Karim yaitu ketika ia berjanji dia memenuhi, ketika berjanji dia memberi lebih, ketika berjanji dia lapang. Dia tidak peduli kepada siapa dia memberi. Dia Maha Mulia & Maha memberi.

Al Karim ada konteks pemberian, ada konteks kemuliaan dan ada juga konteks kedermawanan. Kalau mengunakan kata Karom adalah memberi harta yang banyak dengan mudah dalam dirinya dengan banyak manfaatnya. Imam Ghazali adalah Karom maknanya berbuat baik, memberi makan dalam keadaan yang sulit. Al Karom adalah ada kelapangan, ada kemuliaan, ada kedermawanan. sehingga tidak berhitung dalam memberikan. Al Karom adalah Maha Mulia & Maha Memberi.

Menurut Imam Al Qurtubi, Ada 16 Makna Al Karim adalah:

  1. Memberi tanpa membalas
  2. Memberi tanpa batas
  3. Memberi tanpa wasilah
  4. Tidak peduli siapa yang Dia beri & dia baikin.
  5. Memberi & memuji.
  6. Memberi kepada siapa saja baik yang butuh maupun yang tidak butuh.

Sunnah Nabi SAW:
Bahwa Allah Maha memberi & Maha Mulia, serta mencintai Akhlak baik dan membenci Akhlak yang buruk. Barang siapa yang lembut, rendah hati & hangat Allah haramkan Api Neraka.

Beberapa makna yang kita ambil dari Sifat Al Karim yaitu:

  1. Semakin banyaklah berdoa kepada Allah, karena sesunghuhnya Allah maha memberi.
  2. Jangan berhenti / terus menerus berdoa, karena sesungguhanya Allah maha mulia dan Maha pemberi.
  3. Menjadi pribadi yang karom yaitu memberi dengan kemuliaan bukan memberi dengan kehinaan.

Belajar dari Asmaul husna, dengan sifat-sifat Allah dengan berusaha menjadi pribadi yang Karim.

Allah ta’ala berfirman:
Fattaqullaha Mastatho’tum, Artinya: “Bertakwalah kamu kepada Allah sesuai kemampuanmu.”

Hikmah-hikham yang kita dapatkan dari Al Karim yaitu:

  1. Kita menampakkan kenikmatan dari Allah (bukan berarti riya) tetapi kita nikmati dengan tidak menyimpan / menyembunyikan.

Hadits Rasulullah SAW, dari Malik bin Nadhlah berkata:
“Aku mendatangi Rosulullah Shollallaahu ‘alaihi Wasallam dalam keadaan memakai baju yang jelek dan lusuh.” Beliau bersabda, “Apakah kamu memiliki harta..?” “Punya..” jawabku. Apabila Allah memberimu harta, maka hendaklah terlihat pada dirimu..” (HR Ahmad dengan sanad yang shohih)

Namun, bukan dengan memakai pakaian yang amat mahal karena itu termasuk pakaian syuhroh, akan tetapi pakaian yang bagus dan tidak jelek. Ini sebagai rasa syukur kepada Allah atas pemberian-Nya.

  1. Harus paham bahwa pemberian-pemberian Allah SWT itu adalah ujian, apakah kita termasuk hamba bersyukur atau kufur. atau Apakah pemberian dari Allah, dimanfaatkan dengan ketaatan atau maksiat?
  2. Kita harus punya sifat Karom, tentunya tidak sama dengan sifat Karomnya Allah SWT.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (UZ)

Comments to: KTN71. Al-Fattah & Al-Karim

Your email address will not be published. Required fields are marked *