Kuliah Tazkiyatun Nafs – Selasa, 19 Sya’ban 1443H / 22 Maret 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
AL MALIK
Ada beberapa makna yang terkandung dalam Al Malik, yaitu:
- Allah Sang Penguasa dan Pemilik alam semesta
- Allah yang Maha memberi (atas kepemilikan-Nya)
- Disamping bersyukur, kita harus memberikan atau menafkahi sebagian rezeki
- Mukmin perlu memiliki kepemilikan yang cukup untuk bisa bermanfaat dalam kemaslahatan, bukan rakus terhadap dunia.
- Mukmin juga harus punya kekuasaan
1. Allah Sang Penguasa dan Pemilik alam semesta
Salah satu sifat Allah yang dijelaskan di Surah Al Hasyr:
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ – ٢٣
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. Al-Hasyr {59}:23).
Al Malik disebutkan dan dijelaskan di dalam QS Al Fatihah:
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Pemilik hari pembalasan.” (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 4)
Dari kata Mulk yang artinya kepemilikan atau rajanya para raja. Di dalam konteks ini, kata Mulk adalah pemilik atau penguasa. Bab ini menguatkan tentang Asma Allah setelah Ar Rahmaan dan Ar Rahiim. Makna Al Malik atau Al malaki adalah Penguasa dan Pemilik alam semesta. Dalam hal ini, Kita belajar mengartikan bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas. Begitu juga dengan pemaknaan Al Malik dengan kepemilikan yang berarti bahwa kepemilikan Allah tidak terbatas. dari sini dijelaskan bahwa dikarenakan Allah yang Menguasai dan memiliki semua, maka mukmin harus tenang sebagaimana Allah memberikan sesuai yang dia kehendaki.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 26)
Dalam konteks ini, maka kita harus kembali kepada Allah sebagai pemilik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَتَبٰـرَكَ الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ وَعِنْدَهٗ عِلْمُ السَّا عَةِ ۚ وَاِ لَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
“Dan Maha Suci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan Bumi, dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 85)
Dalam hal ini orang bekerja pasti akan terkait dengan kepemilikan dan kepenguasaan. Salah satu yang menjadi sesuatu yang harus kita sadari. Kita berdoa karena Allah adalah Al Malik atau yang Menguasai.
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ
“Pemilik hari pembalasan.Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 4-5)
2. Allah yang Maha memberi (atas kepemilikan-Nya)
Belajar dari Al Malik, seorang mukmin harus banyak bersyukur karena sesungguhnya Allah yang Maha memberi (atas kepemilikan-Nya) atas apa yang diberikan kepada kita.
3. Disamping bersyukur, kita harus memberikan atau menafkahi sebagian rezeki
“Wa mimma rozaqnahum yunfiqun” artinya ”dan mereka yang menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka”, maksudnya adalah dengan menafkahkan atau menginfaqkan sebagian hartanya di jalan Allah.
4. Mukmin perlu memiliki kepemilikan yang cukup untuk bisa bermanfaat dalam kemaslahatan, bukan rakus terhadap dunia.
Bukan rakus terhadap dunia (Hubbu dunya) tapi bagaimana bisa bermanfaat. Dengan demikian, kita bisa bermanfaat untuk orang banyak atas diberikannya kepemilikan harta dari Allah SWT. jangan dibenturkan antara kesholihahan dengan kepemilikan.
5. Mukmin juga harus punya kekuasaan
Disamping mempunyai kepemilikan yang cukup, mukmin harus punya kekuasaan. Namun demikian, Allah yang menguasai segalanya. Contohnya adalah kekuasaan yang diberikan kepada Nabi-nabi. Seandainya kebenaran tidak ditopang dengan kekuasaan maka kebenaran akan mudah goyah.
Belajar dari profil dari Asmaul Husna Al Malik, maka kita sebagai mukmin harus mempunyai sikap tenang, pandai bersyukur, punya kepemilikan yang cukup dan mempunyai kekuasaan.
Siapa saja yang diberikan kekuasaan?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 104)
Barangsiapa yang diberikan kekuasaan hendaknya ia mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mensejahterakan kehidupan sosial, dan mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan belajar dari sikap Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam berarti bahwa mukmin bisa menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar ketika diamanahkan mempunyai kekuasaan.
AL QUDDUS
# Makna Al Quddus
Al Quddus berarti Maha Suci, meliputi:
- Suci dari segala bentuk kekurangan
- Suci dari segala macam bentuk penyempurnaan
- Artinya tidak kotor dan tidak kurang dari apapun.
Al Quddus berarti Allah Maha Suci dan dimaknai bahwa kita harus mensucikan Allah dari segala macam bentuk kekurangan. Maka dari itu, kita harus hati-hati dalam menyebut nama Allah.
# Pelajaran dari kesucian diri
Dari Al Quddus ini, kita belajar tentang kesucian diri dan kesucian jiwa, yaitu:
- Suci dari dosa yaitu perbuatan (dengan banyak bertaubat)
- Suci dari kesalahan atau kekurangan yang berlebihan, yaitu kita harus sering membersihkan diri dari salah yang berlebihan sehingga kesalahan kita melebihi dari kekurangan (fasik)
- Menyedikitkan kekurangan dan menyedikitkan kesalahan
# Cara untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan
- Banyak ikut Tholabul ilmu
- Taubat dan Istigfar setiap hari
- Meningkatkan dan menumbuhkan amal sholeh dan kebaikan termasuk suci dari segala perbuatan dosa
# Beda Al Quddus dan Subhanallah
- Al Quds sifatnya Suci. Al Quddus artinya Maha suci.
- Subhnallah adalah bentuk dzikir yang artinya kalimat Allah untuk mensucikan Allah.
# Asmaul Husna tentang Al Malik dan Al Quddus
Al Quddus terkait dengan kepemilikan dan penguasaan. Ada pesan dari Al Quddus yaitu jadikanlah orang yang suci di tengah pergelutan kehidupan dunia yang kotor sehingga situasi yang profan harus dipantau dengan kesucian dalam mensifati nama Al Quddus.
# Doa yang dibaca setiap pagi
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 26)
# Kiat agar orang-orang sholeh bisa memimpin
- Kita perlu meningkatkan level untuk bisa ke tingkat penguasa
- Kita perlu meningkatkan kualitas kesholihan kita sebagai seorang muslim dan mukmin
- Kita perlu menguatkan jejaring kekuatan antar mukmin
Wallahu A’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (UZ/AA)
No Comments
Leave a comment Cancel