Kuliah Tazkiyatun Nafs – Selasa, 12 Dzulhijjah 1443H / 12 Juli 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
AL-WADUD
Menterjermahkan Al-Wadud bisa mirip-mirip dengan ar-Rahman & ar-Rahim. Al-Wadud bisa sama artinya di dalam Al-Quran dengan Wa rahmah. Tapi dalam bahasan khusus berbeda makna dengan kecintaan kepada Allah SWT.
Sekiranya tidak ada Mahabbah, kepada hamba-hambanya mungkin tidak terjadi apa yang terjadi. Ini suatu bukti Mahabbah Allah kepada hambanya. Allah berikan kasih sayang kepada hambanya, Allah tuntut hambanya kejalan yang lurus. Ketika hambanya banyak dosanya, banyak kesalahannya bahkan menentangnya, Dia tetap saja memberi kehidupan kepada hambanya, Allah kabulkan doanya, Allah wujudkan apa yang menjadi hajatnya. Seluruh apa yang diciptakan Allah, semua adalah untuk hambanya, yang disediakan oleh Allah.
Termasuk bukti sempurnanya kebaikan dan kedermawanan Allâh SWT yaitu bahwa seorang hamba yang berbuat dosa maksiat dan kurang dalam menunaikan kewajibannya dalam beribadah kepada-Nya, tapi bersamaan dengan itu semua, Allah SWT, tetap melimpahkan berbagai macam nikmat kepadanya, mengondisikan berbagai sebab untuk memudahkan hamba tersebut kembali kepada-Nya, bahkan Dia Azza wa Jalla mengampuni dosa-dosa dan kekurangan hamba tersebut, sehingga kembalilah kecintaan-Nya kepada hamba tersebut. Inilah bukti Al-Wadud.
Jika demikian adanya, apakah masih pantas seorang hamba itu menjadi jauh darinya, apakah pantas seorang hamba tidak mau beribadah kepadaNya bahkan semua kebutuhannya dipenuhi oleh Allah. Sepantasnya kita malu kepada Allah. Berharap suatu saat kita bisa mencintai Allah SWT.
Allah yang mencintai makhluk-makhluknya, mencintai mereka dengan menganugrahkan kepada mereka segala apa yang mereka butuhkan. Mengabulkan harapan-harapan mereka, dan yang tidak pernah bermaksud buruk, serta tidak pernah mengenal banyaknya dosa yang dilakukan oleh hamba-hambanya.
Al-Wadud erat kaitannya dengan Mahabbah kepada Allah SWT.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَا سْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ ۗ اِنَّ رَبِّيْ رَحِيْمٌ وَّدُوْدٌ
“Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang, Maha Pengasih.” (QS. Hud 11: Ayat 90)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ﴿١٣﴾وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ
Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hamba-hamba-Nya (al-Burûj/85:13-14)
Lebih dari itu, bahkan Allâh SWT, sangat bergembira menerima taubat seorang hamba yang bertaubat kepada-Nya melebihi kegembiraan terbesar yang pernah dialami manusia. dan Allah SWT, menyayangi hamba-hamba-Nya melebihi sayangnya seorang ibu kepada anaknya.
Inilah rahasia mengapa dalam dua ayat di atas Allâh SWT, menggandengkan nama-Nya al-Wadûd dengan nama-Nya ar-Rahîm (Maha Pengasih) dan al-Ghafûr (Maha Pengampun). Al-Wadud itu berkaitan erat dengan ar-Rahman & ar-Rahim. Secara Bahasa Al-Wud = Al-Hud, masternya Mawaddah, artinya Dia adalah Cinta, Dia ada pada semua pintu-pintu kebaikan.
Al-Hubbu yaitu cinta yang terkait pada seluruh pintu-pintu kebaikan. Kuatnya hubungan sangat mencintai, antara Allah dan seorang hambanya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِ يْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)
Konteks Al-Wadud sebagai Asma Allah
Menurut Ibnu Abbas:
Al-Wadud adalah ar-Rahim, Dia yang Maha Pengasih.
Menurut As-Sajjad:
Al-Wadud dalam sifat Allah adalah yang Maha mencintai hamba-hambanya yang sholeh
Para Ulama sebagian mengatakan:
Makna kedua dari Al-Wadud adalah yang mencintai hambanya tanpa adanya kesholehan. Para ulama menetapkan al-Wadûd sebagai salah satu dari nama Allâh SWT yang maha indah.
Imam Ibnul Atsîr rahimahullah dan Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa nama Allâh SWT, Al-Wadûd bisa berarti al-maudûd (yang dicintai), sehingga pengertiannya menjadi Allâh SWT, itu dicintai dalam hati para kekasih-Nya (hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya). Juga bisa berarti al-wâdd (yang mencintai), artinya Allâh mencintai hamba-hamba-Nya yang shaleh
Syaikh ‘Abdur Rahmân as-Sa’di rahimahullah berkata:
Al-Wadud = Mahabbah. Al-Wadud adalah yang mencintai nabi-nabinya, Rasul-Rasulnya dan orang-orang yang sholeh. Dialah Allâh SWT, yang dicintai para wali-Nya (hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya) dengan kecintaan yang tidak serupa (tidak ada bandingannya) dengan apapun di dunia ini.
Imam Ibnu Qoyyim mengatakan:
Dia adalah Al-Wadud yang mencintai hambanya, dan hambanya pun dan mencintai orang-orang yang mencintai Nya. Allah mencintai siapa saja, yang mencintai hambanya.
Keajaiban dari Al-Wadud adalah:
- Apabila seorang hamba yang sholeh, taat kepadaNya, pantas seorang hamba melakukannya. Tapi Yang lebih mengagumkan adalah Allah yang memenuhi kebutuhannya, bahkan mencintai hamba-hambanya yang tidak taat kepadaNya.
- Mahabbah Allah ini, mendahului Mahabbah hamba kepadaNya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْـنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗۤ ۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِ يْنَ ۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَا فُوْنَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 54)
Maka, makna nama Allâh SWT, al-Wadûd adalah bahwa Allâh, mencintai para nabi dan rasul-Nya, serta orang-orang yang mengikuti (petunjuk) mereka dan mereka pun mencintai-Nya.
- Allah SWT, tetap memberikan nikmat kepada hambanya dan tetap memenuhi kebutuhannya, sekalipun seorang hamba itu bermaksiat. Allâh mengampuni-Nya kemudian mencintai-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allâh mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri (al-Baqarah/2: 222).
Maka orang yang bertaubat adalah kekasih Allâh. Allah mengandengkan Al Ghofur dan Al-Wadud. Kepada hambanya, karena Allah mengampuni dosa-dosanya dan tetap mengasihinya.
Bagaimana makna dan hikmah tentang pemahamkan kita tentang Al-Wadud:
- Ma’rifatullah dan kenalilah bahwa Allah itu Al-Wadud, mencintai hambanya.
- Oleh karena itu hayuuk kita balas Wud nya Allah
kepada kita sebagaimana Allah mencintai kita sebagai hambanya. - Agar kita menjadi hamba (manusia) yang penuh cinta dan kasih sayang, yang sifat itu, Allah sematkan kepada Nabinya.
- oleh karena itu ketika kita, menemui kemungkaran, maka :
- memberikan maaf kepada seseorang yang melakukan maksiat.
- bersikap marah terhadap perbuatannya, (kemaksiatan) tetapi tidak menyalahkan orangnya.
Ekspresi cinta kepada Allah SWT yaitu:
- Ma’rifatullah kepada Allah
- Taqqarub kepada Allah
- Taat kepada Allah
- Jika terjadi kesalahan, segera bertaubat kepada Allah.
- Dia menebar kasih sayang kepada hamba-hamba Allah.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (UZ)
No Comments
Leave a comment Cancel