1. Arsip Kuliah Tazkiyatun Nafs (KTN)

KTN70. Al-Qohhar & Ar-Rozzaq

Kuliah Tazkiyatun Nafs – Selasa, 8 Dzulqa’dah 1443H / 7 Juni 2022

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# Pendahuluan

Tazkiyatun nafs itu bisa dikatakan sebagai latihan menata hati. Karena berupa latihan, maka akan ada jatuh dan bangun. Maka dari itu, nikmatilah proses jatuh bangunnya itu. Kadang suasana hati enak dan kadang tidak enak. Cara paling mudah dalam proses latihan itu adalah diam. Profil orang-orang yang menekuni tazkiyatun nafs itu cenderung banyak diam, tenang dan introspektif.

Dalam menekuni tazkiyatun nafs, kita harus terus latihan dan tidak boleh berhenti. Ada ulama yang latihan ikhlas selama 40 tahun dan ia mendapati bahwa riya itu bergonta ganti wajah. Profil orang yang belajar menata hati disebut dengan istilah as-sham, yakni tidak berisik, diam dan pilih-pilih dalam berbicara. Orangnya cenderung introspektif dan tidak suka menilai orang lain. Ketika kita suka menilai orang lain, kita akan lupa akan diri sendiri dan akhirnya bisa terjebak kepada ghibah.

Kita perbanyak memperbaiki diri di setiap waktu sehingga otak didorong untuk tidak terus menilai orang lain. Dalam proses belajar tersebut, diam termanifestokan dengan dzikir. Dzikir itu menggantikan berbicara. Dengan banyak berdzikir, insya Allah kita dapat menjaga diri dari perbuatan maksiat.

# Al-Qahhar

Imam Tobari mengatakan bahwa makna al-Qahhar adalah Allah Maha Perkasa atas takdir-Nya dan menang dengan kemuliaan-Nya. Tidak ada perkara makhluk Allah kecuali akan terjinakkan di bawah kuasa Allah dan di bawah kendali Allah.

Al-Qahhar Bisa juga bermakna bahwa Allah yang mempunyai ketinggian di dalam pengendalian dan perintah. Allah Maha Tinggi di atas hamba-Nya. Allah mempunyai kemuliaan dalam mengendalikan. Kendali Allah ada pada semua orang mukmin, semua ahli maksiat dan pada semua makhluk.

# Dalil terkait Al-Qahhar

Al-Qahhar dapat dicermati pada:

  • QS Ghafir (40) ayat 16
  • QS Shaad (38) ayat 65
  • QS Yusuf (12) ayat 39
  • QS Ar-Ra’d (13) ayat 16

يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ ۖ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۚ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ﴿ ١٦﴾
40:16 hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ ۖ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿ ٦٥﴾
[38:65] Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.

يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿ ٣٩﴾
[12:39] Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿ ١٦﴾
[13:16] Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

# Al-Qahhar, Maha Perkasa

Makna Al-Qahhar yang disampaikan Imam Tobari adalah bahwa seluruh makhluk Allah ada di bawah kendali-Nya. Ia diatas hamba-Nya. Ada beberapa (ayat) yang menggandengkan Qahhar dengan sifat Waahid (Maha Memaksa). Allah Maha Tinggi di atas Hamba-Nya.

# Hikmah Al-Qahhar

Jikalau makna al-Qahhar itu sedemikian luasnya yakni selain Allah ada di bawah kendali Allah, oleh karena itu kita perlu memahami betul untuk bisa beradab dan berakhlak yang benar kepada Allah.

Berikut hikmah pelajarannya:

  1. Hendaklah kita tunduk dan tidak mencoba berinisiatif untuk keluar dari kendali Allah. Kita tidak akan mampu juga, karena Ia adalah al-Qahhar.

Tidak menolak dan tidak berontak, berarti Qanaah, syukur, ridha. Semakin tidak menerima maka semakin keras kendalian-Nya, sebagaimana tertuang dalam Hadits qudsi: “Saya punya kehendak dan kau (makhluk) punya kehendak, kalau kau ridha pada kehendak-Ku maka Aku akan cukupi, kalau tidak ridho pada kehendakKu maka Aku akan lelahkan.” Jadi al-Qahhar itu mencakup dua kata, yakni Allah menundukkan dan Allah mengendalikan.

  1. Semua makna dari rangkaian menata hati itu berhubungan dengan hati. Karena Allah maha mengendalikan dan menundukkan, maka hendaklah hati ini ditundukkan hanya kepada Allah. Seperti ungkapan “siapa yang tidak takut kepada Allah maka ia akan dibuat takut kepada selain Allah.” Kalau punya ketundukkan total hanya kepada Allah, maka kita akan punya kemerdekaan sebagaimana makna kalimat tauhid laa ilaa ha illallah.
  2. Akan sangat baik sekali jika kita dalam kontek memenangkan agama, meng-izharkan (dominan) agama ini di atas yang lain. Meng-izharkan bukan untuk jadi sombong tetapi untuk menjalankan dan memenangkan kebenaran. Mukmin harus punya kemampuan untuk menjelaskan dan menonjolkan kebenaran. Sebab kalau tidak ada upaya ke arah itu, kebenaran akan tertindas. Islam adalah agama yang mulia dan tinggi atas yang lain. Tanpa harus menyakiti dan menyombongkan diri, mukmin harus belajar bagaimana meng-izharkan agama ini. Belajar dari sifat Allah al-qahhar ini, kebenaran harus terus berjaya dan kuat.
# Ar-Razzak
  • Rizki secara bahasa artinya apa-apa yang bisa dimanfaatkan. Apa-apa yang bermanfaat.
  • Rizki itu pemberian Allah.
  • Kalau kata rizki berdiri sendiri, maka itu mencakup semuanya yakni rizki badan dan ruh.
  • Kalau kata rizki digabung, contoh pada kata warzukni, maka maknanya fokus kepada fisik dan rohani yang terbatas.

Ada 2 kategori rizki:

  1. Rizki yang bermanfaat untuk badan, seperti makan, rumah dst
  2. Rizki yang bermanfaat untuk ruh, seperti iman, hidayah dst

# Makna Ar-Razzak

Makna ar-Razzak adalah Yang Berkuasa untuk mengeksekusi pembagian takdirnya masing-masing (makhluk). Maknanya Allah yang akan mengeluarkan dan menetapkan takdir. Allah tegaskan bahwa di langit ada rizki kalian. Ada ketetapan rizki kalian tapi juga ada rizki yang lain.

Ar-Razzak maknanya Allah yang kendalikan hal-hal apa yang harus dibagi dan ditahan. Sudah ada ketetapannya, Allah bagi atau Allah tahan.

Ada kisah nyata, yakni kejadian seorang ustadz yang sedang dalam posisi butuh uang sekaligus posisi punya tagihan. Sang ustadz dihubungi oleh yang punya piutang dan mau ambil uangnya. Mereka sepakati bertemu jam 7. Pada hari H, Ustadz menuju rumah orang itu. Sebenarnya sang ustadz sudah sampai di rumah itu sebelum jam 7, tapi karena ustadz disiplin diri maka dia menunggu di luar hingga jam 7 tepat baru akan masuk. Si bapak yang ingin menagih, tipe orang yang juga disiplin sehingga ia keluar rumah jam 7 tepat dan kepergiannya tidak terlihat oleh ustadz. Apa yang terjadi? si bapak ke rumah ustadz dan mendapati ustadz sudah pergi. Begitupun ustadz, sama kejadiannya. Allah tahan, maka transaksi itu tidak terjadi. Padahal keduanya adalah hamba yang baik.

Ini maknanya Allah menahan rizki. Walau itu hak, kalau Allah tahan maka kita tidak dapat. Pemberian Allah itu detil dan presisi, pas, cukup dan bermanfaat untuk semua makhluk. Kalau Allah bagi untuk kucing, maka tidak akan bisa diambil oleh tikus. Rizki akan jatuh kepada kita persis yang Allah jalankan. Rizki sudah dibagi, tidak datang sebelum waktunya dan tidak mundur sebelum waktunya. Allah kendalikan dan Allah yang bagi. Tinggal kita sebagai hamba, syukuri dan ridha.

Firman Allah di dalam surat At-Talaq (65) ayat 3:

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ﴿ ٣﴾
[65:3] Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

# Penutup

Ada sebuah hadits yang dinukil dari Syaikh al-Bani,
“Taqwalah kepada Allah dan indahkanlah dalam berdo’a (minta rizki). Orang tidak akan mati sampai Allah penuhi rizkinya walau lambat datangnya. Ambil yang halal dan tinggalkan yang haram. Kau tidak akan mendapat yang bukan bagiannya.”

Hikmah hadits tersebut di atas dalam konteks rizki:

  1. Yakinlah bahwa hanya Allah yang memberi rizki
  2. Berdoa sebanyak-banyaknya minta rizki
  3. Berusaha/ikhtiar yang baik dan maksimal
  4. Bersyukur atas pemberian Allah, karena Allah sudah bagi
  5. Kalau belum dibagi maka bersabarlah, karena Allah pasti bagi. Kalau belum dapat juga, berarti jatah kita sudah habis dan itu adalah saatnya datang kematian kita.
  6. Ridho dan qanaah atas pembagian itu.

TANYA JAWAB

Ada fenomena yang terjadi di Indonesia berupa munculnya istilah cebong dan kadrun. Apakah ini ada kaitannya dengan pendapat ulama yang mengatakan bahwa orang beriman makin beriman dan orang buruk makin buruk?
Proses menggumpalnya kedua istilah tersebut diatas adalah karena masalah politik pada awalnya. Tapi dalam perjalanannya masuk juga ke ranah ideologi seperti yang terjadi di India. Apakah ini adalah tanda akhir jaman yang terdapatmuslim yang lurus dan muslim yang nifaq? wallahu a’lam.

Yang, jelas di akhir masa itu akan terjadi pembelahan atas kaum muslim. Ada muslim yang lurus dan ada muslim yang benci oleh syariat Islam dan orang muslim lain (zindik). Kita tidak boleh mengatakan seseorang itu munafik. Yang dapat dikatakan adalah dia memiliki sifat-sifat zindik. Di akhir masa nanti, Allah akan tampakkan yang mukmin dan yang zindik itu. Ciri lain dari fitnah akhir masa adalah benar dan salah itu bias. Nasehat terbaik menyikapi masa ini adalah segeralah berbuat baik dan tidak usah banyak alasan. Segera saja berbuat baik kepada orang jahat apalagi kepada orang baik.

Apakah Qahhar itu ada hubungannya dengan kita dalam mengendalikan hawa nafsu? Bagaimana mengendalikannya dan mengaitkannya dengan Qahhar?
Sangat ada hubungannya.

Rizki itu bermanfaat dan berkah. Apakah ada rizki yang tidak berkah? Misal, ada seseorang yang memiliki suatu benda tapi manfaatnya dirasakan orang lain. Mohon penjelasannya.
Sehat itu rizki. Sakit itu ujian. Misal punya anak, boleh jadi engkau dapat rizki berupa kehadiran anak, tapi tidak dapat rizki berupa kebaikan si anak. Misal yang dapat adalah kakeknya.

Berkah itu bertambahnya kebaikan. Ada rizki yang menjadi sebab bertambah kebaikan tapi ada juga rizki yang tidak berkah. Contoh, dapat rizki banyak tapi malas ibadah, boros, dan seterusnya.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (WW/AA)

Comments to: KTN70. Al-Qohhar & Ar-Rozzaq

Your email address will not be published. Required fields are marked *