Kuliah Tazkiyatun Nafs – Selasa, 1 Dzulqa’dah 1443H / 31 Mei 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# MEMAHAMI ASMAUL HUSNA: AL-JABBAR
Al Jabbar ada 3 makna:
- Jabbarul quwwah: Allah bisa memaksa raja/penguasa dan bisa mengalahkan mereka
- Jabbarur rohmah: Allah bisa memaksa yang lemah untuk bisa menjadi kuat
- Jabbarul khuluq: Allah berada di atas makhluknya
Asal katanya: menambal/memaksa (Maha Menambal/Maha Memaksa)
Sifat ini bagi Allah termasuk kemuliaan.
Sifat ini bagi hamba Allah tidak boleh (termasuk sifat buruk)
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
[59:23] Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Beberapa pandangan ulama mengenai Al Jabbar:
- Allah yang memperbaiki semua urusan makhluk-Nya demi kebaikan mereka (Imam Tobari)
- Allah memaksa makhluk-Nya untuk menjalankan apa yang Dia kehendaki
- Dia yang menutupi kekurangan-kekurangan makhluk-Nya
- Allah Maha Tinggi atas makhluk-Nya
- Keagungan dan kebesaran Allah (Asy Syaukani)
Buah iman dengan Al Jabbar:
- Kita dituntun meyakini Allah Maha Tinggi atas makhluk-Nya, memperbaiki dan bisa menjalankan kehendak-Nya, semua sesuai dengan izin-Nya.
- Bahwa Allah menjalankan kehendak-Nya dan tidak ada satupun makhluk yang bisa menolak, oleh karena itu hendaknya seorang mukmin mendekat kepada Allah.
- Bahwa Allah akan jalankan paksa kepada makhluk-Nya atas apa yang dia kehendaki artinya Allah syariatkan kepada hamba-Nya, mau tidak mau harus dijalankan. Oleh karena itu hendaknya seorang mukmin taat kepada syariat-Nya.
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
[41:11] Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
[41:12] Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Hendaknya kita ridho atas semua ketentuan Allah baik takdir kauni maupun syar’i.
Takdir kauni: ketetapan rezeki, hidup, jodoh
Takdir syar’i: halal haram
Beberapa catatan:
- Allah memaksa bukan dalam konteks buruk karena Allah Maha Rahman, Maha Rahim dan Maha Adil
- Allah memang jalankan kehendak-Nya tetapi Allah juga memberikan pilihan bagi hamba-Nya, terserah kepada hamba-Nya untuk berikhtiar
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
[18:29] Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.
- Jika Allah menghendaki maka Allah akan berikan hidayah
وَلَوْ شِئْنَا لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلَٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
[32:13] Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari pada-Ku: “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”.
- Hendaknya mengenai kehendak Allah ini kita tidak mempertanyakan dengan menggugat
- Hendaknya seorang mukmin bisa memperbaiki keadaan, menambal masalah di sekitarnya
TANYA JAWAB
Bagaimana kita memahami sifat ini, bukankah Allah Maha Terpuji sehingga sifat ini bersifat konotatif?
Sebenarnya bukan dalam arti negatif, secara bahasa ada keterbatasan makna. Dalam artian tidak hanya memaksa tapi ada arti lain juga yaitu menjalankan kehendak-Nya.
Apakah menghafal asmaul husna maka akan masuk surga?
Sebenarnya dari haditsnya bukan menghafal saja tapi juga memahami artinya dan mengamalkannya.
Apa perbedaan Al Jabbar dengan Al Aziz?
Al Aziz bermakna kemuliaan sedangkan kalau Al Jabbar ada esensi memperbaiki.
Assalamualaikum mohon ijin bertanya… Kita harus ridho dengan apa yang terjadi pada diri kita (senang atau tidak senang).. Apa berarti kita tidak boleh memohon/menjalankan seperti yang kita inginkan?
Boleh, karena merupakan hal yang berbeda antara ridho dan memohon perbaikan. Jadi bersyukur dulu baru kemudian meminta perbaikan. Hal ini sesuai dengan ajaran Rasulullah.
Ustad ijin bertanya .. Kaitan dengan nama yang menggunakan Asmaul Husna tapi panggilan kan kadang asal-asal.. Bagaimana ya ustad?
Sebenarnya ini salah kaprah karena masalah budaya kita, jadi memanggil nama dengan disingkat-singkat. Seharusnya kalau di negara asalnya Arab memanggil nama Asmaul Husna dengan nama lengkap, misalnya Abdur Rohman.
Ijin bertanya ustadz, apakah kalau kita ridho dengan ketetapan Allah itu harus kita ucapkan atau cukup diterima di hati?
Ridho sebenarnya sifat hati, kalaupun diucapkan itu lebih baik tapi hanya sebagai tambahan. Ridho bisa naik turun sehingga perlu ditata, itu salah satu gunanya diucapkan supaya bisa memantau kondisi hati.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (GZ)
No Comments
Leave a comment Cancel