1. Arsip Kuliah Al-Hikam (KAH)

KAH55. Kitab Al-Hikam – Hikmah ke-66 (Penundaan Hukuman adalah Ujian) & ke-67 (Jangan Remehkan Yang Allah Berikan)

Kuliah Al-Hikam – Selasa, 16 Rabiul Akhir 1445 H / 31 Oktober 2023
Pemateri: Ustadz Muhsinin Fauzi, Lc. MSi.

بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

HIKMAH KE-66: PENUNDAAN HUKUMAN ADALAH UJIAN
  1. مِنْ جَهْلِ المُريدِ أنْ يُسيءَ الأَدَبَ فَتُؤَخَّرَ العُقوبةُ عَنْهُ، فَيَقولَ: لَوْ كَانَ هذا سُوءَ أدَبٍ لَقَطَعَ الإِمْدادَ وَأَوْجَبَ الإِبْعادَ. فَقَدْ يَقْطَعُ المَدَدَ عَنْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَشْعُرُ، وَلَوْ لَمْ يَكُنْ إلّا مَنْعُ المَزيدِ. وَقَدْ يُقامُ مَقامَ البُعْدَ وَهُوَ لا يَدْري، وَلَوْ لَمْ يَكُنْ إلّا أنْ يُخَلِّيَكَ وَما تُريدُ.
    Di antara kejahilan para murid adalah apabila ia beradab buruk (kepada-Nya) dan hukuman atasnya ditangguhkan oleh-Nya, maka ia berkata: seandainya ini adalah keburukan, maka pasti diputuskan bantuan (Allah) dan bahkan dijauhkan. Padahal, bantuan itu boleh jadi sudah dihentikan tanpa ia sadari, sekalipun hanya berupa tidak adanya tambahan bantuan baru. Dan boleh jadi ia juga sudah dijauhkan tanpa ia mengerti, sekalipun hanya memberikan dirimu dan apa yang engkau inginkan (dari hawa nafsumu)

Termasuk bodohnya seorang murid (yakni yang mempelajari tazkiyatun nafs) ketika ia berakhlak buruk, baik kepada Allah, kepada pembinanya ataupun kepada sesama manusia, maka diakhirkanlah dampak terhadap su’ul adzab atasnya. Kalau ini su’ul adzab, maka niscaya putusnya karunia dari Allah dan niscaya akan terjadi penjauhan dari Allah atau dari karunia. Padahal, sesungguhnya terkadang Allah memutus karunia darinya dari arah yang tidak ia kira dan ia tidak merasa sekalipun itu hanya berupa dihentikannya tambahan. Dan bisa jadi seorang murid tadi sudah ditempatkan di maqam yang jauh dan dia tidak tahu meskipun itu hanya ketika engkau diberikan angan-angan dan semua yang engkau inginkan padahal engkau sudah jauh dari Allah.

Sesungguhnya termasuk kebodohan seorang murid adalah ketika ia berakhlak buruk kepada Allah yakni berpalingnya ia dari Allah atas perbuatannya seperti ia berkata bahwa seolah-olah hari ini tidak terjadi. Sikap seperti ini merupakan su’ul adab si murid kepada Allah karena sebenarnya semua hal itu terjadi atas izin Allah. Ia menganggap bahwa yang terjadi atasnya itu bukan hal yang baik.

Atau selanjutnya, ia pun berakhlak buruk kepada gurunya yakni berpaling dari mereka dan tidak menerima pandangannya tentang apa-apa yang sudah dinyatakan kepadanya. Ia pun su’ul adab kepada orang lain seperti sombong kepada mereka atau menghina mereka. Dampak dari su’ul adab itu adalah akan diakhirkannya akibatnya, yakni bahwa dampak itu tidak diberikan secara langsung seperti sakit atau ujian. Dampak langsung itu juga tidak diberikan langsung di batinnya sesuai dengan prasangkanya sehingga murid ini berkata bahwa ketika yang terjadi padanya itu adalah su’ul adab, maka pastilah sudah diputus karunia atasnya. Padahal, su’ul adab itu sebenarnya diakhirkan sehingga dia tidak merasa. Seandainya putusnya karunia itu hanya berupa berhentinya tambahan karunia, maka sebenarnya hal ini sudah bisa dianggap seperti putusnya karunia.

Semakin dekat seseorang itu kepada Allah, maka akan semakin langsung teguran kepadanya.
Suatu kebodohan bagi kita yang sedang mempelajari tazkiyatun nafs ini adalah ketika kita berakhlak buruk kepada Allah. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan segerakan tegurannya. Orang yang paling dekat kepada Allah adalah para Nabi. Contoh ketika Nabi Yunus meninggalkan lahan dakwah, beliau langsung mendapat teguran dari Allah.

Termasuk berhentinya suatu karunia adalah ketika Allah sudah tidak lagi menambahkan karunia. Setiap mukmin itu seharusnya mendapatkan tambahan karunia setiap harinya dari Allah.

Sikap kepada Allah

  1. Iman –> awal dari segala sesuatu
  2. Taqwa atau ketaatan –> kita bertaqwa dan taat kepada Allah
  3. Khusnul adab, yakni berakhlak baik kepada Allah –> meliputi segala hal berupa sikap kepada Allah

Dalam pandangan orang-orang yang menekuni tazkiyatun nafs, ungkapan yang menyatakan bahwa hal-hal yang terjadi di kehidupan kita itu seperti tidak terjadi adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan adanya ketidakridhaan terhadap keputusan yang telah Allah tetapkan.

Pesan dari hikmah ke-66:

  1. Agar jangan sampai kita su’ul adab kepada Allah SWT. Sekalinya terjadi su’ul adab, maka akan ada peringatan. Bentuk dari peringatan itu bisa jadi tidak langsung berupa yang buruk-buruk. Peringatan itu bisa juga berupa dihentikannya tambahan karunia atau bahkan ketika seseorang memiliki mimpi-mimpi yang lebih namun Allah tidak menghentikannya sehingga kita merasa tersiksa. Peringatan ini juga bisa berupa tidak dekatnya kita kepada Allah. Ketika ibadahnya sudah tidak lagi baik, Allah akan tempatkan ia ditempat yang jauh. Ini juga berupa peringatan.

Peringatan keras bagi hamba-hamba Allah yang dekat kepada-Nya itu adalah ketika Allah cabut kenikmatan atas ibadah-ibadah yang dilakukan olehnya. Salah satu karunia Allah yang besar kepada kita adalah ketika Allah izinkan kita untuk dekat kepada-Nya.

  1. Oleh karena itu, pastikan kita bisa terus memantau dinamika apakah ada adab yang kurang baik kepada Allah agar tidak terjadi peringatan. Kalau terjadi, maka kita sudah su’ul adab kepada Allah dan kita perlu segera istighfar kepada Allah agar Allah tidak murka dan kita dijauhkan dari murka-Nya Allah.

TANYA JAWAB

Apa saja contoh su’ul adab kepada orang tua?

  • Ketika dipanggil orang tua, seseorang tidak segera datang
  • ketika seseorang tidak memperhatikan orang tuanya atau memenuhi kebutuhannya

HIKMAH KE-67: JANGAN REMEHKAN APA YANG TELAH ALLAH BERIKAN KEPADA SEORANG HAMBA
  1. إذا رَأيْتَ عَبْداً أقامَهُ اللهُ تَعالى بِوجودِ الأوْرادِ، وَأَدامَهُ عَلَيْها مَعَ طولِ الإمْدادِ، فَلا تَسْتَحْقِرَنَّ ما مَنَحَهُ مَوْلاهُ لِأَنَّكَ لَمْ تَرَ عَلَيْهِ سِيما العارِفينَ وَلا بَهْجَةَ المُحِبّينَ؛ فَلَوْلا وارِدٌ ما كانَ وِرْدٌ.
    Jika engkau melihat seorang hamba yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga wiridnya dan dilanggengkan-Nya dalam keadaan demikian, namun lama ia tak mendapatkan pertolongan-Nya, maka jangan engkau sampai meremehkan apa yang Allah telah berikan itu kepadanya hanya karena engkau belum melihat tanda-tanda orang ‘arif ataupun cahaya indah seorang pencinta Allah pada diri hamba itu.

Ada dua kelompok bagi orang-orang yang dekat kepada Allah:

  1. Hamba-hamba Allah yang Allah dudukkan posisinya sebagai yang banyak menjalankan ibadah dan Allah berikan karunia kepada mereka supaya kuat beribadah. Contoh ketika imam Syafi’i dimampukan untuk menyelesaikan 250 masalah dalam satu malam. Tampak ibadahnya dan tampak zuhudnya.
  2. Hamba-hamba Allah yang tidak Allah tampakkan kekhususannya, yakni tampak biasa dan wiridnya tidak tampak banyak. Namun, orang-orang ini memiliki kedalaman cinta kepada Allah dan sangat merindukan Allah.

Pesan dari hikmah ke-67:
Kita perlu terus taat kepada Allah sampai levelnya kita bisa cinta kepada Allah dan akhirnya ridha kepada Allah. Pada akhirnya, bisa jadi kita diberikan karunia oleh Allah berupa rasa syukur yang tinggi dan ini adalah karunia yang sangatlah besar.

Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)

Kutipan:
https://www.mushaf.id/

Comments to: KAH55. Kitab Al-Hikam – Hikmah ke-66 (Penundaan Hukuman adalah Ujian) & ke-67 (Jangan Remehkan Yang Allah Berikan)

Your email address will not be published. Required fields are marked *