Kajian Cabang Iman – Jum’at, 22 Jumadil Awal 1444H / 16 Desember 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Sejenak Bersama Al-Qur’an QS Al Fath (48): 20
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَٰذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
[48:20] Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus.
# Pelajaran Ayat
- Ketaatan kepada Nabi secara total akan berdampak kepada sesuatu yang baik
- Bahwa akhirnya orang yang taat kepada Allah akan berujung kepada kemenangan
- Bahwa kemenangan dan keberlimpahan merupakan tanda kekuasaan Allah dan jalan menuju kebenaran
# Cabang Iman ke 46 – Merasa bahagia saat berbuat kebaikan dan merasa sedih saat berbuat keburukan
Dasar hukum:
Hadits Tirmidzi/Ahmad: Barangsiapa yang perbuatan baiknya membuat dia bahagia dan perbuatan buruknya membuat dia sedih maka dia mukmin
Bahwa agama menginginkan kita dalam menjalani ketaatan dengan bahagia, dan kalau tidak taat maka akan merasa sedih. Kenikmatan dalam ketaatan merupakan bagian dari iman. Situasi emosi atau rasa dalam pengambilan keputusan sebenarnya lebih dominan dari logika.
Jika orang merasa bahagia dalam ketaatan maka:
- Bisa maksimal dalam ketaatan
- Bisa menghindarkan dari meninggalkan ketaatan/jauh dari maksiat
- Sehari-hari dijalani dengan penuh kebahagiaan
Situasi yang sering kita hadapi adalah kita lebih bahagia ketika tidak taat. Hal ini terjadi karena:
- Bisa jadi belum selesai dengan manajemen syahwat, salah satu solusinya bisa perbanyak zikir
- Bisa jadi kita ini menjadi korban proses kapitalisme, diarahkan semua ke materi dan kebahagiaan duniawi, perlu ada keseimbangan dalam kehidupan
- Ada syetan yang punya modus menghias-hiasi hati kita supaya yang baik tampak buruk yang buruk tampak baik, harus dihadapi dengan ilmu
- Bisa jadi kita tidak menghadirkan makna ketika berbuat baik, misal ketika solat kita khusyu supaya ada rasanya, tidak hanya sekedar menjalankan saja
TANYA JAWAB
Apakah kebahagiaan itu tidak bersifat individu tetapi lebih ke sosial?
Tidak ada aturan bakunya, yang penting dalam aturan umumnya ketika berbuat baik dia Bahagia, ketika berbuat buruk dia sedih. Jika ada yang lebih bahagia ketika melakukan kegiatan sosial ya silakan saja.
Ada ungkapan kebahagiaan yang hakiki ada di akhirat. Apakah parameter kebahagiaan di dunia ini bisa menjadi parameter kebahagiaan di akhirat?
Sebenarnya berbeda konteks, jika kebahagiaan di dunia merupakan kualitas hidup.
Apakah ada tahapan supaya kita bisa bahagia ketika dalam ketaatan?
Tahapannya sebagai berikut:
Level pertama sedih ketika berbuat buruk tetapi belum bahagia ketika berbuat baik
Level selanjutnya bahagia ketika berbuat baik
Level tertinggi yaitu khalawatul iman (mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari siapapun, mencintai saudaranya karena Allah, tidak mau kembali ke kekafiran)
ijin bertanya ustad. materi ini saya pikir merupakan inti dari setiap amal ya ustad. Pertanyaan saya bagaimana memupuk rasa ini kepada anak-anak balita atau remaja. rasanya keren banget apabila kita bisa mengasah hal ini buat anak-anak dan cucu kita. murid murid kita.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Ketika masih anak-anak perlu pembiasaan. Sehingga akan tertanam di hati.
- Hadirkan hal-hal yang baik untuk membentuk selera.
- Bisa dilakukan penanaman materi.
Bismillah ijin bertanya…Ada do’a ketika umur 40 tahun itu ya Tadz? Dalam Al Ahqaf ayat 15. Mengapa Allah mensyaratkan umur 40 tahun? Bagaimana jika banyak yang umur 40 tahun masih belepotan dengan iman? Apa hikmahnya? Jazakallah khair
Masalah umur 40 tahun dianggap tingkat paling matang seseorang, ada banyak studi tentang kematangan mental dan perilaku yang juga mendukung hal ini. Jika masih belepotan maka segeralah bertaubat. Tapi tidak menutup kemungkinan setelah umur 40 tahun bisa saja mendapat hidayah. Perbanyaklah mencari ilmu setelah bertaubat.
wallahu a’lam bishawab.
Notulensi ditulis oleh tim Formula Hati (GZ).
No Comments
Leave a comment Cancel