1. Arsip Kajian Akhlak dan Adab (KAA)

KAA56. Akhlak Buruk ~ Dusta

Kajian Akhlak dan Adab – Rabu, 20 Jumadil Awal 1444 H / 14 Desember 2022

‎بسم الله الرحمن الرحيم
‎أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
‎وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

# Sejenak Bersama Al-Qur’an: Surat Yusuf (12): 99-100

Pelajaran dari ayat

  1. Perjalanan hidup manusia yang penuh dengan dinamika, disana ada konflik keluarga, ada urusan cinta, ada kekuasaan, ada fitnah, ada berurusan dengan penjara, dan seterusnya dapat berakhir dengan indah, kalau manusia menjalani dinamika kehidupan itu dengan ketaatan dan kejujuran yang tinggi kepada Allah.
  2. Kebesaran hati seseorang terlihat ketika dia bisa memaafkan orang yang bersalah pada dirinya. Dan itulah yang dicontohkan Nabi Yusuf.
  3. Dinamika kehidupan Nabi Yusuf sangat lengkap dalam perjalanan hidup seseorang. Ada konflik keluarga, ada dukungan orangtua, ada konflik cinta, ada kekuasaan (karir) dan seterusnya. Itulah kehidupan yang nyata. Dan Nabi Yusuf dapat melewatinya dengan baik. –> Ini bisa dijadikan rujukan bagi kita jika ingin endingnya bahagia.

BAHAYANYA DUSTA

Dusta, kata sebagian ulama dapat dikategorikan sebagai salah satu dosa besar karena saking berbahayanya.

Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kejujuran akan membimbing pada kebaikan dan kebaikan akan membimbing ke surga. Sesungguhnya, jika seseorang selalu berlaku jujur ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sungguh, dusta akan mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan akan menggiring ke neraka. Sesungguhnya, jika seseorang selalu berdusta, ia akan dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” HR Bukhari.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr ra, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: (1) jika diberi amanah, khianat; (2) jika berbicara, dusta; (3) jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; (4) jika berselisih, dia akan berbuat zalim (melampaui batas).” HR Muslim no. 58

Ibrah dari hadits di atas adalah bahwa kebohongan itu identik dengan kemunafikan. Sudah umum diketahui bahwa sifat utama orang mukmin itu jujur dan rendah hati. Sifat utama orang kafir itu sombong. Dan sifat utama orang munafik itu dusta.

Dalam sejarah, beberapa ulama menyikapi akhlak buruk ini dengan keki (sebal). Ke-keki-an itu nampak ketika mereka membahas tentang apakah pendusta diterima taubatnya? Sebagian mengatakan taubatnya diterima, sebagian lainnya mengatakan tidak diterima. Mereka yang bilang tidak diterima mengatakan bahwa apa jaminannya bahwa taubat si pendusta itu jujur? Dari sini timbullah polemik bahwa jujurnya seorang pendusta itu dusta atau jujur? Ini berawal ketika dahulu pendusta membuat hadits palsu. Mereka berdusta atas nabi dan perbuatan mereka telah membuat kericuhan di kalangan ulama saat itu. Membuktikan kejujuran pendusta itu bukan perkara sederhana, sehingga daripada membuang waktu untuk hal yang sulit maka lahirlah pendapat kedua seperti yang telah disebutkan di atas.

Definisi dusta yaitu memberitakan sesuatu berbeda dengan fakta. Pertanyaannya, kalau seseorang memberitakan sesuatu hanya sebagian saja, apakah disebut dusta? Hal ini bergantung kepada konteksnya. Kalau ia menyebutkan sebagian karena yang ditanyakan sebagian saja, maka itu berarti jujur. Tapi kalau ia menyebutkan semuanya, berarti hal itu adalah polos.

Antara jujur dan polos adalah dua hal yang berbeda. Orang wajib jujur tapi tidak wajib polos. Kalau kemaslahatannya menyebutkan semuanya, maka baik menyebutkan semuanya. Tetapi kalau kemaslahatannya tidak, maka tidak perlu semuanya. Poinnya adalah jangan sampai berdusta sebab dusta hukumnya haram.

Bahayanya dusta:

  1. dusta merupakan bagian dari nifaq
  2. dusta bisa membuat orang kehilangan kepercayaan dalam hubungan antar sesama
  3. dusta akan membawa kepada kesalahan dan kejahatan (berikutnya)
  4. dusta termasuk dosa yang bisa dikategorikan dosa besar karena bahayanya itu sebesar dosa munafik, apalagi jika dusta itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dosa yang bisa dikategorikan dosa besar:
a. disebut dosa besar kalau ada ancaman neraka
b. disebut dosa besar kalau ada ancaman murka
c. disebut dosa besar kalau ada ancaman marahnya Allah
d. disebut dosa besar kalau ada ancaman habis amalnya
e. disebut dosa besar kalau masuk kategori kufur atau nifaq
f. disebut dosa besar kalau ada ancaman pidana (qisas)

Tingkatan sasaran dusta dimulai dari yang paling berbahaya:

  1. Dusta kepada Allah, contoh: sumpah palsu, tidak percaya kepada Allah (orang kufur)
  2. Dusta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, contoh: buat hadits palsu, menyebarkan hadits palsu (yang sudah diketahui kepalsuannya)
  3. Dusta kepada sesama manusia, sesuai dengan tingkat yang wajib dimuliakan, makin tinggi kemuliaan orang itu, makin besar dosanya, contoh: dosa kepada orangtua, guru, suami/isteri, dst.

Penyebab orang berdusta:

  1. kelemahan mental/diri/rapuh, lemah membuat rasa takut dst
  2. besarnya keinginan yang tidak diikuti oleh besarnya kemampuan
  3. karena memang sudah ada benih nifaq, seperti teori ayam dan telor, yang mana duluan saja; orang bohong bisa mengulik kemunafikan dan begitu ia munafik sudah pasti pembohong
  4. karena ia menjadi korban dusta
  5. ia berada di lingkungan pendusta

Tips agar terhindar dari akhlak buruk dusta:

  1. perlu penguatan mental agar tidak mudah diintimidasi, mental pemberani/kokoh berawal dari ikhlas (tidak takut dijelekin, tidak takut ini itu), tanggung jawab, berani ambil risiko
  2. proses penanaman agama yang kuat, terutama penguatan iman kepada malaikat dan hari akhir
  3. perlu pembiasaan penanaman sikap jujur dari awal (sejak kecil), jangan kasih ruang dusta sekalipun pada hal sepele karena nanti kebiasaan
  4. moderat dalam berkeinginan, wajib zuhud
  5. banyak berdoa
  6. cari lingkungan yang jujur

TANYA JAWAB

Q : bagaimana menyikapi orang yang selalu suudzon kepada kita?
A : suudzon tidak masuk kategori munafik, tapi itu perbuatan dosa. bagaimana menyikapinya? (1) jangan suudzon sama orang, (2) sabar, (3) buat klarifikasi dan (4) bersikap super baik kepada orang² itu (tidak membalas)

Q : kalau ditanya orang lalu jawabnya abu² / makna ganda, apakah itu dusta?
A : kalau menyelisihi fakta ya dusta ; kalau tidak menyelisihi fakta ya bukan dusta

Q : apakah ada dusta yang bisa diterima?
A : tiga hal dusta yang diperbolehkan

  1. dusta untuk menjaga dosa yang lebih besar atau untuk menghindarkan hilangnya nyawa orang
  2. dusta antar suami isteri di kontek penyanjungan
  3. dusta dalam rangka meng-islah diantara orang
    Lain dari itu tidak boleh

Q : berbohong atas nama menjaga kerahasiaan amalannya orang, apakah itu dusta?
A : itu masuk kategori dusta; pilihan jawaban yang terhindar dari dusta misal katakan ‘ini dari hamba Allah’ atau ‘ini ada seseorang yang wakaf’ dst; pilihan jawaban² tersebut tidak dusta dan tetap dapat memberi kepuasan si penanya, jadi dalam kontek ini milikilah seni ber-etika menjawab agar terhindar dari dusta

Q : pada aplikasi whatsApp ada fasilitas dimana jika sebuah pesan sudah di-read maka contreng dua berubah jadi biru; nah teknologi ini juga menawarkan yakni tidak ada contreng dua biru padahal sebenarnya sudah di-read… hal ini jadi terasa menyakitkan ketika seseorang kirim pesan untuk menagih hutang misal, pesan tersebut belum berubah warna biru padahal sudah dibaca, kan orang ini jadi engga bisa push soal penagihan hutangnya.. bagaimana mau push wong pesan belum dibaca, begitu pikirnya.. Bagaimana pandangan ustadz? Apakah teknologi bisa dihukumi mendukung dusta?
A : dalam kontek ini disebut mendukung dusta ya engga, disebut engga mendukung dusta ya engga juga, jadi hukumnya zero..

Q : sering ditemui orang merayu untuk mendapatkan sesuatu, contoh ‘hai cantik tolong buatkan ini dong’ padahal semua orang tahu bahwa dia tidak cantik; apakah ini termasuk dusta?
A : ini bukan kategori berita, tapi hanya soal panggilan, jadi tidak masuk dusta. Dusta itu harus ada ukurannya. Sedangkan pada kasus ini, panggilan itu tidak ada ukurannya.

wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (WW/AA)

Comments to: KAA56. Akhlak Buruk ~ Dusta

Your email address will not be published. Required fields are marked *