Kajian Akhlak dan Adab – Rabu, 13 Jumadil Awal 1444 H / 7 Desember 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Sejenak Bersama Al-Qur’an: Surat Yusuf (12): 94-98
1) Nabi Yaqub tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara anak²nya dan ia juga sudah bisa mencium bau Nabi Yusuf (dari bajunya), padahal jarak mereka masih sangat jauh dari dirinya. Semua itu adalah pemberitahuan dan pertolongan dari Allah.
2) Adanya mu’jizat Nabi Yusuf; Ketika meletakkan baju ke wajah ayahnya, mata ayahnya yang buta langsung bisa melihat.
3) Belajar dari saudara²nya Nabi Yusuf yakni ketika perbuatan buruknya sudah ketahuan dan sudah terbukti salah, mereka tidak bersikeras / berargumen / membuat justifikasi, tetapi langsung mengaku salah dan kemudian minta ampun.
4) Contoh sikap seorang ayah kepada anaknya yang berlaku zholim; Nabi Yaqub berlapang dada, memintakan ampun anak²nya yang sudah mengaku salah dan minta maaf, dan ia mendukung proses pertaubatan anak²nya.
AL BUKHL / PELIT / BAKHIL
Akhlak bakhil ini kutub ekstrim dari israaf dan tabdziir. Kalau israaf dan tabdziir itu melebihi batasnya maka kalau bakhil kurang dari batasnya.
Sebagaimana yang tersirat dalam QS Al Isra ayat 29:
“Wa lā taj’al yadaka maglụlatan ilā ‘unuqika wa lā tabsuṭ-hā kullal-basṭi fa taq’uda malụmam maḥsụrā”. Artinya “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”
Definisi bakhil
Tidak mengeluarkan apa yang wajib ia keluarkan atau mengeluarkan tapi di bawah standar yang wajib ia keluarkan. Dalam kalimat yang lain, bakhil itu ada dua yakni tidak mengeluarkan sama sekali atau mengeluarkan tapi kurang dari yang seharusnya. Sedangkan kutub ekstrimnya yakni israaf mengeluarkan yang tidak seharusnya atau mengeluarkan melebihi yang seharusnya. Dikatakan kutub ekstrim karena jika orang israaf di salah satunya biasanya bakhil di salah satu lainnya. Contoh: orang yang berlebihan memenuhi kebutuhan pakaian misal, maka ia jadi bakhil untuk urusan memberi (sedekah) karena uangnya sudah habis.
Bakhil ini memiliki kakak yang namanya syuhha, yaitu akhlak buruk ketika milik orang lain juga ingin dimiliki (rakus). Sifat bakhil yang tidakn mengeluarkan miliknya ini lebih ringan karena tidak sampai mau mengambil hak atau milik orang. Namun, keduanya sifat ini tetap saja merupakan akhlak buruk yang harus dihindari.
- ■ Al Asfahani mengatakan bakhil itu menahan perkara² / barang² / kepemilikan orang² dari yang tidak pantas untuk ditahan. Atau menahan perkara yang wajib keluar. Contoh, ada dana yang harus keluar pada bulan tertentu, maka ketika tiba bulannya harus dikeluarkan. Nafkah dari suami untuk isteri, maka itu wajib dikeluarkan dan tidak pantas untuk ditahan.
- ■ Al Jurjani mengatakan bakhil itu menahan dari harta dirinya.
- ■ Ibnu Hajar mengatakan bakhil itu menahan apa yang diminta dari apa yang ia punya. Dan seburuk-buruknya bakhil yaitu ketika menahan apa yang diminta, padahal yang meminta itu berhak. Apalagi jika menahan yang bukan hartanya. Seperti pengelola zakat atau DKM masjid harus berhati-hati.
- ■ Al Qayyumi mengatakan bakhil itu menahan perkara yang wajib.
Dalil-dalil tentang bakhil
Di Al-qur’an banyak sekali ayat yang bicara tentang bahayanya bakhil, sbb:
QS Ali-Imran ayat 180,
yang artinya “Jangan sekali-kali orang² yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa kikir itu baik bagi mereka, padahal kikir itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan di leher mereka pada hari Kiamat. Hanya milik Allah warisan yang ada di langit dan di bumi. Allah Mahateliti atas apa yang kamu kejakan.”
QS An-Nisa ayat 37,
yang artinya “Yaitu orang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir serta menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan azab yang menghinakan untuk orang kafir.”
QS Al-Hadid ayat 24,
yang artinya “Yaitu orang² kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Siapa pun yang berpaling dari perintah² Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.”
QS An-Nisa ayat 128,
pada ayat ini Qur’an bicara tentang akhlak buruk syuhha.
Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi saw berdoa “Allahumma innii a’uudzu bika minal hammi walḫazan, wa a’uudzu bika minal ‘ajzi wal kasal, wa a’uudzu bika minal jubni wal bukhl, wa a’uudzu bika min ghalabatid-daini wa qahrir-rijaal.” Artinya ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana dan sedih, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang menumpuk dan aku berlindung kepada-Mu dari orang² yang dominan/menjajah.’
Beberapa ungkapan tentang bakhil dari salafussholeh:
■ Ali bin Abi Tholib ra, bakhil itu penutupnya kemiskinan dan bisa jadi orang yang dermawan akan masuk surga dengan kedermawanannya.
■ Tolha bin Abdila bin Ubaidillah ra, sesungguhnya kami mendapati harta kami seperti yang didapati orang² bakhil, kami menyikapi harta kami sebagaimana orang² bakhil menyikapi, tapi kami tahan yakni tahan untuk terus bisa mengeluarkan terhadap yang wajib dikeluarkan.
■ Hasan bin Ali ra, bakhil itu seseorang yang punya sudut pandang kalau memberi itu jadi binasa (hilang uangnya), kalau ditahan jadi mulia.
■ Tawus ra, bakhil itu bakhil dari apa yang ada ditangannya.
■ Muhammad ibn Al Munkadif ra, jika Allah menginginkan suatu kaum itu buruk maka Allah akan kuasakan orang yang paling buruk kepada mereka dan Allah tempatkan rizki² mereka ditangan orang² bakhil.
■ Imam Abu Hanifa ra, saya tidak akan menilai orang bakhil sebagai orang yang adil karena orang bakhil itu ekstrim, dia adalah orang yang suka mengambil diatas haknya karena takut dicurangi, maka yang demikian itu tidak amanah orangnya. orang bakhil tidak bisa diamanahi.
■ Ada cerita menarik yaitu ketika sekelompok orang memuji seorang wanita didepan Nabi saw, orang² itu berkata tentang wanita itu, bahwa dia ahli puasa, ahli qiyamullail tapi dia bakhil, jawab Nabi saw “Jadi kalau begitu baiknya dia apa?”. Demikianlah orang bakhil itu dianggap tidak ada baiknya. Kenapa? Karena ia tidak mengeluarkan yang wajib dikeluarkan.
■ Ibn Bisyr ibn Haris ra, melihat orang bakhil itu bisa mengeraskan hati, bertemu orang bakhil itu merupakan bencana di hati orang mukmin, jangan kau nikahkan anakmu dengan orang bakhil, jangan bermuamalah dengan orang bakhil dan betapa buruknya ulama yang bakhil.
■ Ummul Banin ukhtu Umar bin Abdul ‘Aziz ra, betapa buruknya orang bakhil itu, kalau ia adalah baju aku tidak akan mau memakainya dan kalau itu sebuah jalan aku tidak mau melewatinya.
■ As Sabih ra, saya tidak tahu mana yang paling dalam / jauh tempatnya di neraka, orang bakhil atau seorang pembohong.
■Yahya bin Muad ra, seorang dermawan selalu ada dihati mesikpun ia buruk tapi orang bakhil itu dibenci walau dia baik.
■ Hubais ibn Mubasyir ra, saya duduk bersama Imam Ahmad ibn Hambal dan semua orang ada disitu, mereka sepakat bahwa mereka tidak pernah tahu ada laki² soleh yang bakhil.
■ Ibnul Qayyim ra, pengecut dan bakhil itu dua sahabat. Kalau tiada manfaatnya tentang masalah badan berarti dia pengecut. Dan kalau tiada manfaat di hartanya itu namanya bakhil.
Kenapa bisa jatuh pada akhlak bakhil?
1) lemahnya iman, kurang percaya adanya akhirat
2) mencintai harta secara berlebihan, orang wajib punya harta tapi tidak boleh mencintainya
3) bisa jadi ada karakter zholim, orangnya memang suka melampau batas, suka melanggar
4) anggapan yang keliru bahwa bakhil itu bisa membuat dirinya kaya
5) ketakutan akan masa depan yang berlebihan
6) ketakutan untuk urusan yang berhubungan dengan anak
7) salah didik, mungkin orangtuanya bakhil atau dahulu dirinya disikapi bakhil oleh orang² sekitarnya
8) karena tidak paham betul akibat yang akan diterima di akhirat
9) banyak keinginan yang berujung banyak pengalokasian dan pengeluaran
10) visi akhirat kurang kuat sehingga tidak tertarik kepada pahala
Melatih kedermawanan:
1) mengembangkan husnudzon kepada Allah bahwa Allah justru akan membalas banyak
2) penguatan iman khususnya iman hari akhir
3) sering membaca fadilah² sedekah
4) sering membaca bahayanya bakhil
5) banyak berkumpul dengan orang² dermawan
6) latihan sedekah dimulai dari perkara yang tidak ia butuhkan, misal kasih makan kucing, sedekah dengan nilai kecil, dst
TANYA JAWAB
Q: Jika ada orang memberi banyak kepada yang kaya, tapi kalau kepada yang miskin memberi sedikit sekali; orang itu masuk kategori apa? Jika ada orang tidak mau memberikan hadiah ke orang kaya karena dianggapnya sudah mampu, sementara kalau ke orang miskin memberi seperlu saja; orang itu masuk kategori apa?
A: Ini bab tentang sasaran pemberian. Kalau sasarannya adalah orang miskin, untuk yang wajib namanya zakat; yang sunah namanya sedekah, infak, dst. Kalau sasarannya orang kaya, namanya hadiah. Kalau sudah melakukan itu semua, maka selesai. Tinggal bicara level atau tingkatan. Semakin jauh dari bakhil, makin baik kedermawanannya.
Q: Misal mau infak dengan niat untuk orangtua, pasangan, anak, cucu, apakah harus disebutkan atau cukup di dalam hati saja?
A: Tergantung jenis infaknya. Kalau infak yang umum tidak perlu, cukup dalam hati saja. Kalau kaitannya dengan qurban, maka harus disebutkan. Demikian juga kaitannya dengan wakaf bangun masjid misal, bagusnya dinyatakan, supaya pewakafannya jadi benar.
Q: Kadang di daerah tertentu diasumsikan sebagai daerah yang orangnya pelit², apakah bijaksana mengatakan demikian? beberapa kenyataannya seperti itu, bahkan sampai ada ucapan ‘jangan ambil pasangan dari daerah itu’.
A: Kalau melihat teori tentang bagaimana pembentukan karakter, orang jadi pelit itu bisa karena lingkungannya. Lingkungan sangat mempengaruhi. Jadi kalau lingkungannya banyak yang pelit maka bukan mustahil seorang anak kelak akan jadi pelit. Secara makro, logic kalau dikatakan satu daerah itu orangnya pelit. Persoalannya apakah semuanya pelit? Pukul rata semuanya pelit? Kan tidak bisa begitu, tidak bijaksana.
Q: Apakah kalau sudah menunaikan yang wajib, juga sudah mengeluarkan yang sunah misal sedekah subuh, lalu untuk memberi yang diluar itu agak banyak pertimbangan/perhitungan itu disebut bakhil?
A: Kalau sudah menunaikan yang wajib itu artinya sudah melewati batas, tidak disebut bakhil. Katakanlah dermawan level 1. Jika bisa memberi lagi diluar yang wajib dan sunah, dermawan level 2, semakin lebar atau luas sebaran sedekahnya makin tinggi levelnya.
Q: Apakah disebut pelit jika pemilih dalam hal memilih lembaga ziswaf? Dan kalau bertemu yayasan yang suka memaksa minta, apakah tetap diberikan atau tolak?
A: Memilih lembaga ziswaf, boleh. Itu bukan pelit. Menyikapi yayasan yang suka memaksa ya dikasih saja.
wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (WW/AA)
No Comments
Leave a comment Cancel