Kuliah Al-Hikam – Selasa, 7 Rabiul Akhir 1444 H / 1 November 2022
بسم الله الرحمن الرحيم
أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
# Al-Hikam, Hikmah ke-11
اِدْفِنْ وُجُودَكَ فيِ أَرْضِ الْخُمُولِ، فَمَا نَـبَتَ مِمَّالَمْ يُدْفَنْ لاَ يَــتِمُّ نَـتَاءِجُهُ
Pendamlah keberadaanmu di tanah yang tertutup atau yang dalam, karena tumbuhan yang tumbuh dari benih yang tidak tertutup itu tidak akan sempurna hasilnya.
# Pengantar
Ibnu Atha’ilah berbicara mengenai ikhlas dengan menggunakan perumpamaan tumbuhan. Pendamlah dirimu, jiwamu, syahwatmu di dalam tanah yang tertutup rapat. Jika ada benih yang tumbuh namun tidak dipendam, maka hasilnya tidak sempurna. Niat itu harus ditempatkan di bawah yakni di tempat yang sangat kokoh. Kalau seseorang menempatkan niatnya di atas yakni ketika menyukai popularitas, maka hasilnya menjadi tidak sempurna. Hikmah ini berbicara untuk menjaga keikhlasan.
Keikhlasan itu adalah satu niat kondisi hati yang menjadi syarat diterimanya sebuah amal. Kalau perbuatan tidak disertai dengan ikhlas, maka bagai kapas yang tertepa badai. Perbuatannya akan tertolak. Karena dari itu, sejak awal orang-orang sudah menjaga keikhlasan. Dinamika kehidupan itu sangat tinggi.
Yusuf Ibu Husain belajar ikhlas selama 40 tahun dan menyimpulkan bahwa wujud riya itu berganti-ganti bentuk. Karena dari itu, banyak cara yang dilakukan para ulama untuk menjaga keikhlasan ini. Ikhlas itu adalah syarat utama dan tujuan utama dalam beribadah, yakni hanya karena Allah. Para ulama berupaya sekeras mungkin untuk menjaga hal ini.
Kita diminta untuk memendam niat itu sedalam mungkin agar tidak ada satu pun peluang bagi perbuatannya untuk tampak. Ketika sudah tertanam sangat dalam, maka urusan dengan Allah itu tidak akan pernah terkoyak. Tercabutnya keikhlasan itu terkadang bukan karena kita berniat tidak ikhlas, namun karena sedikit demi sedikit kita menikmati keadaan tidak ikhlas itu. Kita menikmati pujian-pujian orang atas perbuatan yang kita lakukan. Nasihat dari hikmah ini sangatlah penting untuk mengingatkan kita akan hal ini.
Situasi ikhlas itu cenderung merahasiakan amal dan bukanlah menampakkan amal. Pendamlah atau tanamlah namamu (popularitasmu), tapi bagikanlah makananmu. Terus perbaikilah amal shalehmu namun tanamlah keinginanmu untuk populer. Kita harus menjaga agar amal shaleh yang kita lakukan itu jangan terguncang. Tantangan dari situasi masa kini adalah membuat kita untuk terus
Apakah kita tidak boleh menerima popularitas atau berada di posisi yang tampak? Apakah semua harus ditutup rapat?
# 5 sikap atas situasi dalam menampakkan atau menyembunyikan amal perbuatan:
- Jawabannya adalah dikembalikan ke konsep amalnya.
- Ketika perbuatan itu tampak, gangguan terhadap kadar ikhlas itu jauh lebih besar.
- Ketika kondisi amal itu lebih baik untuk merahasiakan amal, maka sang pelaku amal tidak diharamkan untuk menerima popularitas atau dukungan di luar kendali dirinya.
- Ketika ada kemaslahatan yang perlu diraih, maka amal perbuatan itu boleh ditampakkan.
- Merahasiakan amal itu tetap lebih baik jika tidak ada kemaslahatan dari menampakkan amalnya.
1. Dikembalikan ke konsep amalnya
Jika amal itu harus tampak, maka harus tetap tampak dan hatinya yang perlu dijaga. Contoh, shalat berjamaah itu harus tetap tampak. Menjadi imam untuk shalat. Melantunkan adzan untuk shalat. Semua dikembalikan ke syariat. Sebaliknya, amal-amal yang tidak perlu tampak maka sebaiknya dirahasiakan. Contoh, bershadaqah. Ada juga amal-amal yang perlu ditampakkan, seperti keteladanan bagi seorang pemimpin bagi orang-orang yang dipimpinnya. Keteladanan adalah amal shaleh.
2. Ketika perbuatan itu tampak, gangguan terhadap kadar ikhlas itu jauh lebih besar
Ketika amal itu tampak dan kita tidak ikhlas, maka Allah akan murka. Namun jangan dipahami bahwa lebih baik tidak beramal supaya bisa tetap ikhlas. Allah akan murka juga bagi orang-orang yang tidak beramal.
3. Ketika kondisi amal itu lebih baik untuk merahasiakan amal, maka sang pelaku amal tidak diharamkan untuk menerima popularitas atau dukungan di luar kendali dirinya.
Contoh: para ulama. Kebaikan amal-amal dari orang-orang shaleh itu suatu saat diketahui oleh orang banyak karena diceritakan oleh orang lain.
4. Ketika ada kemaslahatan yang perlu diraih, maka amal perbuatan itu boleh ditampakkan
Pada dasarnya, perbuatan yang mendekatkan keikhlasan adalah merahasiakan amal. Tetapi, rumus untuk merahasiakan ini tidak berlaku jika ada kemaslahatan lebih besar yang perlu diraih. Misal, keteladanan dan pelaporan. Jika perbuatan seseorang itu harus tampak untuk membawa kebaikan, maka ini diperbolehkan.
5. Merahasiakan amal itu tetap lebih baik jika tidak ada kemaslahatan dari menampakkan amalnya
Karena merahasiakan amal itu dekat dengan keikhlasan, maka jika tidak ada kemaslahatan apapun dari perbuatan itu untuk tampak, maka tetap lebih baik untuk merahasiakannya.
# Pesan yang utama:
Kita harus menjaga sekuat mungkin agar amal perbuatan itu tetap ikhlas, agar hati tidak berbelok kepada pengakuan dari orang lain. Orang-orang shaleh terdahulu itu banyak berbuat amal dalam keheningan, dan bukan sedikit berbuat amal di dalam keramaian.
Memahami hikam itu perlu kokoh ilmu sekitarnya. Ketika hanya diambil sepenggal, hikmahnya tidak applicable dan bisa jadi missed. Ikhlas itu tidak membuat kita menjadi orang terpinggirkan (mengucilkan diri).
# Kapankah niat itu perlu hadir?
- Di awal: saat memulai perbuatan
- di tengah: saat perbuatan berlangsung
- Di akhir: saat setelah perbuatan selesai berlangsung
# Salah satu cara mendatangkan keikhlasan adalah dengan memperbanyak amal.
Situasi saat ini
Hari ini, hampir semua perkara tampak. Hampir setiap orang memiliki akses ke media sosial. Kita berada di area badai karena saat ini kita berada di dalam ring ujian. Tantangannya adalah bagaimana hati kita tidak goyah atas dukungan atau tanpa dukungan, atas pujian atau tanpa pujian.
Situasi seperti apa ikhlas itu masuk atau tidak?
Contoh: Ketika seseorang mencari nafkah. Jika niatnya mencari gaji untuk mendapatkan nafkah untuk keluarganya karena memenuhi perintah Allah, maka ini bisa menjadi ikhlas.
# Rukun Ikhlas
- Tujuannya hanya untuk Allah
- Sesuai dengan ilmu
- Maksimal
Dua Sesi Kuliah Tazkiyatun Nafs bersama Ust Muhsinin Fauzi dengan tema “Ikhlas” yang bisa disimak kembali:
https://youtu.be/PMXfEyT_8uQ
https://youtu.be/J2hKyprD5lw
TANYA JAWAB
Apa indikasi bahwa kita telah ikhlas karena ikhlas adanya di dalam hati?
Hanya Allah yang mengetahuinya. Namun, para ulama memberikan indikasi sebagai berikut:
- Amal perbuatannya terus istiqomah
- Amal tetap konsisten di situasi tampak atau tidak tampak kepada orang lain
- Sekiranya dirinya atau amalnya menjadi populer, ia tetap tidak menikmati kepopulerannya.
Bagaimana jika kita mendapatkan situasi ujian berupa gunjingan dari orang lain?
- Kita nikmati saja situasi ini. Kita tidak bisa mengendalikan sikap orang lain terhadap kita. Kita jangan terganggu dengan sikap orang terhadap kita. Yang perlu kita lakukan adalah terus memperbaiki diri kita. Kalau kita berbuat salah, kita minta maaf dan perbaiki.
- Uzlah (mengasingkan diri) untuk menghindarkan diri dari fitnah.
- Sikap terhadap musibah yang betul adalah mengharapkan ridha Allah atas kesabaran kita terhadap menghadapi musibah yang sedang hadir.
Ada yg mengatakan bahwa takut riya’ itu adalah riya. Sebatas apa hal ini bisa dikatakan riya’?
Takut dikatakan tidak ikhlas itu bagian dari riya. Namun, takut dirinya terkena riya itu adalah bagian dari proses menuju keikhlasan.
Bagaimana dengan pernyataan bahwa “beramal karena makhluk adalah syirik, meninggal amal karena makhluk adalah riya”?
Yang dimaksud dengan syirik disini adalah riya’, yakni syirik kecil. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa perbuatan yang ikhlas itu bukan karena orang lain, namun hanya karena Allah. Jangan sampai terjebak riya dalam bentuk yang lain.
Wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (AA)
No Comments
Leave a comment Cancel