1. Arsip Kajian Tematik MFH Pondok Indah (KPI)

KPI006. Tidak Cukup Menjadi Orang Baik

Kajian Tematik MFH Pondok Indah – Ahad, 16 Muharram 1444H / 14 Agustus 2022

بسم الله الرحمن الرحيم
‎أَشْهَدُ اَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه
‎وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

TIDAK CUKUP MENJADI ORANG BAIK

Pengantar

Dalam menjaga kebaikan para ulama berkata: bahwa seseorang itu tidak disebut alim atau sholeh apabila ia tidak detail soal (mengelola) harta. Kalau setan mengetahui bahwa seseorang itu makan makanan haram, maka setan tidak akan bekerja keras dalam menggodanya. Dengan demikian, menjaga makanan yang dikonsumsi agar terhindar dari hal yang haram adalah penting.

Orang yang dikatakan baik berfokus kepada ibadah. Namun, bagaimana dengan akhlaknya? Menjadi orang baik itu perlu kerja keras. Bahkan, menjadi orang sholeh itu punya kerja keras tersendiri. Salah satu konten menjadi orang baik adalah bahwa seseorang harus menpunyai peran untuk memperbaiki keadaan. Tidak sempurna kebaikan seseorang itu tatkala tidak bisa memperbaiki keadaan.

Suatu ketika Rasulullah menyebutkan bahwa apakah kita akan binasa tatkala banyak orang sholeh tetapi banyak juga keburukan disekitarnya. Hendaklah kalian takut pada fitnah yakni apabila ada orang-orang dzalim yang berbuat dzalim dan ada orang-orang sholeh yang membiarkan kemungkaran itu terjadi.

Tidaklah cukup menjadi orang baik tatkala kita tidak mengambil peran menjadi orang baik. Allah Ta’ala berfirman,

‎يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
‎كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3).

Makna Ayat tersebut tidaklah menunjukkan bahwa jika seseorang tidak mengamalkan yang ia ilmui berarti ia meninggalkan amar maruf nahi munkar secara total. Namun, ayat tersebut hanya menunjukkan ketercelaan karena seseorang meninggalkan dua kewajiban. Perlu dipahami bahwa manusia memiliki dua kewajiban yaitu memerintahkan (mendakwahi) orang lain dan mengajak pula diri sendiri. Jika seseorang meninggalkan salah satunya, maka jangan sampai ia meninggalkan yang lainnya. Yang sempurna memang seseorang melakukan kedua-duanya. Jika kedua-duanya ditinggalkan berarti itu kekurangan yang sempurna. Jika hanya menjalankan salah satunya, berarti tidak mencapai derajat pertama (derajat kesempurnaan), namun tidak tercela seperti yang terakhir (derajat ketidaksempurnaan).

Kualifikasi orang sholeh atau orang baik:

  1. Aqidahnya benar
  2. Tindakan hukumnya & Muamalahnya benar
  3. Pemikirannya Islami
  4. Akhlaknya Mulia

Orang yang mendakwahkan kebaikan, apabila dikatakan muslih & sholeh di dirinya, maka:

  1. Dia mampu berbuat kebaikan di sekitarnya
  2. Dia sanggup mengubah keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya

Mengapa tidak cukup menjadi orang baik?

  1. Karena kebaikan dan keburukan tidak pernah berada dalam keadaan steril.
  2. Karena cara terbaik mempertahankan kebaikan adalah mengembangkan kebaikan. Salah satu hikmah dalam mengembangkan kebaikan yaitu orang-orang kafir tidak sempat mengembangkan pengaruhnya.
  3. Tentang besarnya pahala yang menyebarkan kebaikan. Ibarat mendapatkan pahala kebaikan seperti air bah.

Dakwah dalam agama itu tidak boleh tasyaddud dan tasahul. Tasyaddud itu terlalu kencang atau keras, sehingga semuanya itu serba tidak boleh dan hanya dirinya yang boleh. Kita tidak boleh tasyaddud (memberat-beratkan) urusan lebih-lebih urusan fiqih.

Dalam sejarah, orang sholeh itu tidak dimusuhi orang, tapi orang baik yang menyebar kebaikan akan banyak dimusuhi orang lain. Menjadi orang sholeh itu pilihan, tapi kewajiban kita harus menjadi orang muslih. Kelelahan menjadi orang muslih untuk menjadi sholeh buat diri sendiri itu jauh lebih berat dibanding lelahnya menjadi muslih dalam mengajak kebaikan kepada orang lain.

Dalam surat Ali Imran ayat 110, Allah menjelaskan untuk menjadi umat terbaik, yaitu:

‎كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ

Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta’murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu’minụna billāh.
Artinya: Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.”

Siapa yang ingin meraih keistimewaan ini, hendaklah dia memenuhi syarat yang ditetapkan Allah itu.

‎وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Hendaklah ada di antara kamu (atau setiap orang di antara kamu) menjadi bagian dari sekelompok umat yang mengajak pada kebajikan, menyuruh pada yang makruf, dan melarang yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Ayat ini persis dengan Sabda Nabi mengenai mengapa posisi seorang yang baik untuk menjadi seorang muslih.

‎كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.

”Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya”

Leader adalah pimpinan yang memikirkan orang lain, sedangkan Follower adalah seorang yang memikirkan hanya untuk dirinya sendiri”. Konskuensi di saat memikirkan menjadi orang baik maka dia akan pastinya berbuat baik. Mental ini sudah ditanamkan oleh Rasulullah SAW sejak zamannya.

Persiapan mengambil peran menjadi penyeru kebaikan
Untuk mengambil peran ini, kita perlu memenuhi persyaratan-persyaratan atau persiapan untuk naik kelas dari orang baik menjadi orang muslih, yaitu:

  1. Berniat mengambil peran di area ini. Berniat menapaki jejak Nabi karena jejak Nabi adalah berdakwah.
  2. Mau berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas ilmunya.
  3. Tidak berhenti memperbaiki diri karena dalam berdakwah tidak ada yang sempurna sehingga kita mau terus untuk memperbaiki diri.

Kalau ketiga persiapan ini bisa dijalankan, maka insya Allah kita akan bisa mengambil peran sebagai muslih.

Fokus di dalam dakwah itu adalah bagaimana bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Esensi dari dakwah yaitu bagaimana terjadi perubahan. Oleh karena itu, kita harus mencari cara & metode yang bagus sehingga hasilnya maksimal.

Cara & metode terbaik dalam berdakwah adalah jalani & nikmati saja.

5 Variabel dalam berdakwah:
1. Pelaku Dakwah. Pelaku Dakwah hanya sukses kalau yang dibawa hukum-hukum Allah, maka jadilah orang yang mempunyai kepribadian yang mempunyai kapasitas besar. Menjadi Dai itu pun harus mempesona.
2. Memahami objek Dakwah. Orang yang kita ajak dalam berdakwah adalah paling dekat dahulu, minimal kepada keluarga dan orang-orang sekeliling.
3. Memahami tujuan Dakwah. Yang harus engkau capai dalam berdakwah adalah mengajak pada kebaikan.
4. Metode atau Cara Dakwah, yakni penuh hikmah dan ketepatan dalam menemui cara.
5. Materi atau konten Dakwah.

Rumus Dakwah: kalau ada orang yang menolak dakwahmu, maka koreksi dirimu dalam berdakwah. Kita mulai berdakwah dengan memberikan peringatan kepada orang yang terdekat yaitu keluarga kepada suami atau isteri dan anak-anak.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‎يٰۤاَ يُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  قُوْۤا  اَنْفُسَكُمْ  وَاَ هْلِيْكُمْ  نَا رًا  

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6).

Tujuan berdakwah, minimal dalam keluarga, caranya yaitu:

  1. Minimal seminggu sekali adakan sesi taklim di dalam rumah tangga. Ini adalah kesempatan kita untuk membangun sistem, contoh tentang shalat dan akhlak.
  2. Sering putar kajian-kajian di waktu tertentu yang diperdengarkan oleh anggota keluarga.
  3. Mendampingi anak-anak di saat tertentu.

wallahu a’lam bishowab
Ditulis oleh Tim Formula Hati (UZ)

Comments to: KPI006. Tidak Cukup Menjadi Orang Baik

Your email address will not be published. Required fields are marked *